Arumi dan Rayyan menginap di rumah Ema malam itu. Mereka menempati kamar tamu yang lumayan luas. Keduanya kini sedang rebahan di tempat tidur. Rasanya sangat lega bisa melewati semua ujian ini. Tak lagi ada ganjalan di hati keduanya saat ini. Apalagi Arumi yang sekarang sudah merasa plong karena Ayah mertuanya kini sudah mau memaafkan dia. Sejak masuk ke dalam kamar dan mandi berdua dengan Rayyan, Arumi terus mengembangkan senyumnya.
"Kenapa dari tadi senyum terus, Rum?" tanya Rayyan dengan sebelah tangan dijadikan bantal oleh Arumi.
"Aku bahagia, Mas. Sangat bahagia. Aku tidak menyangka semua tidak sesulit apa yang aku pikirkan sejak berangkat tadi. " Arumi yang memakai baju tidur tanpa lengan itu kini tiduran di tangan Rayyan.
"Allah mendengarkan doamu, sayang. Benar kan janji Allah. Allah tidak akan mengecewakan hambanya yang merendah untuk berdoa padanya." Rayyan mengecup puncak kepala Arumi.