Makan malam di rumah Ema kali ini terasa berbeda. Ema sudah cukup ikhlas untuk menerima Arumi seperti pertama dia bertemu di pabrik dulu. Suasana malam itu juga terasa lebih hangat. Karena masing-masing bisa sudah tidak punya dendam atau amarah apapun. Saling memaafkan itu indah. Bahkan mereka bisa saling bercanda. Terutama Rayyan yang terus-terusan menggoda Ayah dan Tantenya.
"Tan, mau aku cariin suami lagi ga Tan?"
"Kamu ini Yan yan.. Tante ini sudah tua. Masa disuruh nikah lagi."
"Ayah kan seusia Tante. Tapi masih mau nikah lagi."
"Ya biar aja. Aku masih setia dengan almarhum Papanya Keenan. Sampai kapanpun tante tidak akan bisa menggantikannya dengan orang lain."
"Tante benar-benar setia, ya? padahal Om kan meninggal udah lama banget. Kalau ga salah waktu Aku dan Keenan masih SD kan ya?"