Fathiya keluar dari ruangan dan setengah berlari sambil menangis. Perasaannya campur aduk tak karuan. Teriakan Keenan memanggil namanya pun tidak dia gubris. Sakit sekali rasanya. Kini Fathiya tahu kenapa Arthur dari tadi melarang dia untuk pergi ke ruang meeting. Ternyata ada sesuatu yang harusnya tidak dia lihat. Karena hanya menambah dosanya.
Beberapa karyawan yang bertemu dengannya dan menyapanya pun diabaikan. Bahkan semua orang menatap heran pada istri bosnya yang sedang menangis.
"Fathiya tunggu." Keenan berlari dan akhirnya jaraknya semakin dekat dengan Fathiya. Perempuan itu memang tidak bisa berlari kencang. Karena dia sedang hamil muda. Dan dia lebih berat menjaga kandungannya.
"Pak Jalan." titah Fathiya saat sudah masuk ke dalam mobil.
"Tapi Pak Keenan bu?" ucap si sopir karena melihat Keenan berlari ke arahnya.