Chereads / Subarashii Classroom: Kelas Aneh! / Chapter 43 - Kesulitan Menjadi Perempuan

Chapter 43 - Kesulitan Menjadi Perempuan

(POV Roman)

Malam ini, aku dan rekan setim baru saja menyelesaikan latihan rutin untuk persiapan kejuaraan bola voli minggu depan. Kami berkumpul membentuk setengah lingkaran, kemudian kapten tim memberikan pengarahan.

"Minggu depan Interhigh akan dimulai. Jaga kondisi tubuh, atur pola makan, dan berlatihlah dengan keras. Kita pertahankan gelar juara tahun kemarin! Kalian mengerti?"

"Ya!!"

"Dan kau Roman, cobalah menyewa pawang hujan. Kalau minggu depan turun hujan, kami semua akan kerepotan. Kau adalah pemain inti di tim ini."

"Ya, kapten!" balasku.

"Baiklah, kita akhiri latihan hari ini. SMA SUBARASHII!!"

"BAKA!! BAKA!! BAKA!!" (Bodoh! Bodoh! Bodoh!)

Setelah itu, latihan bubar dan setiap anggota klub pulang ke rumahnya masing-masing.

Di pintu keluar, ada seorang gadis yang sedang berdiri entah menunggu siapa. Karena aku mengenal orang itu, aku tidak segan untuk langsung menyapanya.

"Sera, sedang apa kau di sini?" tanyaku

"Tidak ada, aku hanya ingin menyerahkan ini padamu." Sera menyerahkan sebuah kantong keresek.

"Ini kan ... kantong keresek? Buat apa?" tanyaku

"Hei! jangan meniru kata-kataku!" Sera protes, "Ehmm... lihat saja isinya, di sana ada buah-buahan."

Aku pun mengecek isinya.

"Waah banyak sekali buah apelnya, kau dapat dari mana?"

"Aku dapat dari kepala sekolah. Di rapat ketua kelas tadi sore, kepala sekolah membagikan buah apel kepada setiap perwakilan kelas yang hadir. Karena kudengar kau sedang latihan, j-jadi aku menunggumu untuk menyerahkannya."

"Oh, begitu. Makasih ya!" ucapku.

"Ya, sama-sama," balas Sera

"A-anu, Sera, ada yang ingin kubicarakan denganmu."

"B-bicara apa?"

Aku memandang Sera dalam-dalam.

"Sera, maafkan aku, meski aku ketua kelas, aku sama sekali tidak pernah hadir dalam acara perkumpulan kelas. Aku terlalu sibuk di klub voli. Terima kasih karena selalu membantu dan menggantikan tugasku," kataku, meminta maaf dari lubuk hati yang terdalam.

"A-apaan sih, santai saja. Kau tidak perlu berterima kasih, sudah jadi tugasku untuk selalu membantumu. Aku kan wakil ketua kelas," kata Sera, dia memalingkan wajah.

"Tidak, aku harus berterima kasih," kataku, "Hmm, nanti aku kasih kamu buku deh. Aku jamin, kamu pasti belum membacanya."

"Eh, tidak usah repot-repot. Buku apa memangnya?"

"Rahasia. Tunggu saja, ya."

"Eh??? Oke deh, aku tunggu!"

*Seminggu Kemudian

Malam sebelum pertandingan, hujan turun begitu lebatnya. Aku yang sedang berendam di rumah langsung melihat penampakan dua buah gunung di depan mataku. 'Barang' yang sedang aku pegang tiba-tiba menghilang. Aku berubah menjadi perempuan.

Sial!!

Teru-teru bozu (Boneka hujan) yang aku gantung di kamar tidak berguna sama sekali. Meski sudah kupasang selama seminggu, hujan tetap saja turun. Ini salahku, seharusnya aku mendengarkan ucapan kapten. Seharusnya, aku menyewa pawang hujan saja.

Malam itu, kegalauan melanda diriku. Aku memukul-mukul boneka teddy bear saking kesalnya.

Ah tidak, jangan berpikir ke mana-mana. Boneka teddy bear ini bukan punyaku, ini punya Lemon. Boneka ini aku dapat ketika aku sedang berada dalam mode Lemon. Aku diberi oleh laki-laki dari kelas lain. Aku menerima boneka ini agar di waktu kesal seperti ini bisa aku pukul sepuas hati.

Dan sekarang, aku benar-benar kesal!

Sial! Sial! Sial!

Kenapa aku harus punya kekuatan aneh ini? Kenapa kekuatan aneh ini aktif di waktu yang paling tidak tepat? Kenapa aku harus repot-repot latihan kalau akhirnya aku tidak ikut bertanding?

Aku tidak ingin jadi Lemon, aku ingin jadi Roman selamanya!

***

Mataku sembab, aku menangis semalaman. Biar, aku tidak keberatan dibilang cengeng. Mengikuti Interhigh adalah cita-cita terbesarku saat ini. Tidak mengikuti Interhigh sama saja dengan mati.

Aku yang berubah menjadi Lemon, duduk dengan kesal di dalam bis yang sedang melaju menuju arena pertandingan. Aku bad mood seharian.

"Sudahlah Lemon, kau tidak usah khawatir. Kami akan memenangkan pertandingannya," hibur Azuki-senpai, manajer tim bola voli SMA Subarashii.

"Iya, aku percaya pada mereka," balasku, dengan suara perempuan.

Setengah jam berlalu, kami pun sampai di arena pertandingan. Semua anggota turun dengan semangat, kecuali aku yang turun dengan wajah muram. Kami semua turun dengan memakai jaket kebanggan tim bola voli SMA Subarashii. Jaket kami terlihat gagah dengan warna kombinasi hijau dan putih.

Berstatus sebagai juara bertahan, tentu saja kami semua disambut oleh media dengan sangat meriah. Kamera tidak berhentinya mempotret kami saat berjalan masuk ke dalam gedung olahraga. Kalau ada orang yang melihatku, mereka pasti akan mengira kalau aku adalah manajernya.

Pertandingan pertama Interhigh, tim kami sudah harus berhadapan dengan tim yang kuat, yaitu SMA Sugoii. Di SMA Sugoii, aku punya seorang kenalan yang bernama Kiyoshi (Bukan Roy Kiyoshi). Dia adalah orang yang dulu pernah curhat padaku di kedai ramen.

Sungguh, Kiyoshi adalah seorang Libero yang sangat kuat. Timku pasti kesulitan menembus pertahan tim SMA Sugoii.

Ah, andai saja aku bisa bermain. Aku ingin sekali bertanding melawan Kiyoshi.

Kami pun sampai di ruang ganti.

Aku masih merasa kesal, aku sangat ingin sekali bermain. Aku takut tim ini kalah di ronde pertama. Akhirnya, aku pun bicara pada kapten, aku mencoba untuk tetap bermain, meski sekarang aku sedang menjadi perempuan.

"Kapten! Biarkan aku bermain!" pintaku, dengan suara perempuan.

"Maaf tidak bisa." Dia menjawab dengan cepat.

"Kenapa? Karena aku perempuan? Percayalah, kemampuanku tidak berkurang sama sekali. Aku masih bisa menjadi setter yang handal!" kataku, bersikeras.

"Bukan itu masalahnya."

"Terus apa? Karena rambutku panjang? Oke, aku akan memotongnya sekarang juga!"

"Tidak, bukan itu juga." Kapten menggaruk kepalanya.

"Terus apa masalahnya?" tanyaku, dengan kesal.

Kapten terdiam sejenak dan mengambil napas.

"Kalau kau bermain, kami semua tidak bisa fokus. Kami pasti akan melihat ke arahmu terus-menerus," jawab si kapten.

"Hah? Kenapa begitu?"

"Apa kau tidak sadar? Semua anggota tim me-me-me-me-menyukaimu loh saat kau dalam wujud Lemon.," ucap si kapten malu-malu.

Aku terdiam mematung. Aku TERCENGANG.

"Oke, aku ke tribun penonton sekarang juga," kataku, segera berenjak keluar dari ruang ganti.

Perasaan kecewaku mendadak berubah menjadi perasaan jijik karena disukai oleh sesama laki-laki. Aku tidak tahan dengan perasaan aneh ini. Aku harus segera melihat wajah cewek cantik untuk meredakan perasaan jijikku.

"Tunggu, Lemon!" Kapten memanggilku lagi.

"Apa?!" Aku menoleh, dengan perasaan sedikit kesal.

"To-tolong. Tersenyumlah dan semangati kami semua. Dengan begitu, kami pasti bisa memenangkan pertandingan," pinta si Kapten dengan wajah malu-malu. Anggota lain juga terlihat malu-malu.

Sialan, apa-apaan mereka? Situasi macam apa ini? Aku ini laki-laki, woy!

Aku pun tersenyum dengan terpaksa. "Semangat!" kataku sambil mengepalkan tangan.

Wajah mereka mendadak blushing. "YA!!!!" Mereka kompak berteriak.

Akhirnya, aku pun keluar dari ruang ganti. Aku segera masuk tribun penonton supaya berada jauh dari mereka. Mulai sekarang, aku tidak akan mendekati mereka lagi saat sedang berwujud Lemon.

Sungguh, laki-laki benar-benar menjijikkan!