Chapter 58 - Jessica

Setelah membaca pesan Frank langsung pergi menuju lift untuk turun ke parkiran dimana mobilnya berada , dengan penuh amarah Frank memacu mobilnya menuju ke apartemennya yang ia pakai untuk menyimpan Jessica sementara waktu . Frank menerima pesan dari asisten rumah tangga yang ia tugaskan untuk menjaga Jessica yang berkali-kali mencoba bunuh diri dan kali ini ia juga melakukan hal yang sama dengan meminum pil penenang yang diberikan oleh Frank lalu tidur di bathup yang penuh dengan air .

Arrrgghhhh....

" kau adalah wanita tergila yang aku kenal jessica !! "  teriak Frank berulang-ulang sambil memukul setir mobilnya dengan kesal .

Setelah pulang dari rumah sakit saat menghadiri sidang kode etik Viona ia langsung pulang begitu membaca pesan ancaman dari Jessica yang sudah mengiris tangannya dengan pisau setelah Frank mengatakan kalau ia membebaskan Jessica dan memintanya untuk pergi menjalani hidup bebas di luar  , alih-alih menuruti perkataan Frank yang memintanya pergi Jessica justru memilih mati .

Walau Frank seorang maniac tapi ia tetaplah dokter , jadi sewaktu mengetahui Jessica mencoba bunuh diri ia langsung pulang ke rumah . Rupaya Jessica telah benar-benar jatuh cinta pada Frank karena menganggap Frank adalah tempat untuknya bersandar sejak Frank menyelamatkannya dari jalanan beberapa tahun lalu , sedangkan Frank yang memang tak punya perasaan apapun pada Jessica akhirnya memilih mengakhiri hubungannya dengan Jessica karena ingin fokus mengejar Viona seperti yang ia sudah rencanakan selama setahun terahir ini . Frank sudah jatuh cinta pada Viona sejak pertama ia melihat Viona di Irlandia setahun lalu ,makanya Frank langsung mencari tau siapa Viona untuk mengejarnya bahkan ketika Viona memilih keluar dari rumah sakit di Inggris ia pun melakukan hal yang sama kemudian terbang ke Canada demi mengikuti Viona .

Tak lama kemudian mobil sport Frank sampai di apartemennya , ia langsung masuk ke dalam rumah dan mendapati sang pelayan sudah panik karena Jessica tak merespon walau sudah di panggil-panggil , Frank langsung membawa Jessica ke rumah sakit dimana ambulance sudah menunggu di depan setelah ia telfon sebelumnya . Tubuh Jessica sudah sangat dingin dengan wajah yang sudah memucat ditambah denyut nadi yang lemah membuatnya terpaksa dibantu alat bantu nafas , Frank berusaha menjaga keprofesionalnya dihadapan petugas medis yang lain karena selama ini tak ada yang tau kalau Frank punya wanita simpanan . Jadi saat di mobil Frank bersikap layaknya dokter yang sedang berusaha menyelamatkan wanita muda yang berupaya bunuh diri  .

" ruang gawat darurat sudah siap dokter " ucap seorang suster pada Frank ketika ia membuka pintu belakang ambulance yang sudah sampai di rumah sakit .

" bagus , ayo bantu saya " titah Frank datar .

Tubuh Jessica kemudian dipindahkan ke stretcher untuk didorong ke ruang gawat darurat karena kondisi Jessica yang makin lemah , Frank kemudian masuk ke gawat darurat untuk menyelamatkan nayawa Jessica .

" proff sepertinya gadis ini sudah berulang kali mencoba bunuh diri " ucap seorang suster pada Frank ia menunjukan bekas sayatan di kedua tangan Jessica

" sepertinya begitu , tugas kita adalah menyelamatkannya saat ini jadi ayo fokus dengan itu " sahut Frank melirik tajam ke arah suster yang membantunya .

"  baik proff " jawab semua orang yang ada diruang gawat darurat kompak .

Frank kemudian melakukan tindakan untuk menyelamatkan Jessica yang sudah makin melemah itu , setelah hampir satu jam berjuang akhirnya nyawa Jessica berhasil diselamatkan setelah air yang tertelan Jessica berhasil dikeluarkan . Karena kondisi Jessica yang lemah akhirnya ia harus dirawat sampai menunggu kondisinya stabil , saat mengisi data diri Jessica untuk keperluan asministrasi Frank langsung memasukan alamat apartemennya yang kini sudah dibalik nama atas nama Jessica walau sebenarnya ia adalah pemilik asli apartemen itu . Frank tak mau ada orang yang tau tentang hubungannya dengan Jessica .

" proff anda tidak pulang ? " tanya seorang dokter muda yang beenama dokter Ammy pada Frank yang masih duduk di ruang jaga dokter dekat ruang gawat darurat

" aku harus memastikan pasienku tadi kondisinya benar-benar stabil dulu " jawab Frank dengan santai .

" baik kalau begitu , kami pulang dulu dok " imbuh dokter Ammy berpamitan pada Frank bersama dengan dokter dan suster yang tadi sudah membantu Frank .

" oke , kalian hati-hati " ucap Frank dengan tersenyum

Para dokter muda itu kemudian pergi meninggalkan Frank sendirian di ruang jaga bersama seorang beberapa orang suster yang menemani , mereka merasa takjup dengan loyalitas Frank yang terlihat sangat bertanggung jawab pada pasiennya itu .

" andai semua dokter seperti profesor Frank aku pasti akan betah lembur di rumah sakit " celetuk seorang suster ketika berjalan keluar dari rumah sakit , rupanya berita mengenai Frank yang memilih tinggal dirumah sakit dan menjaga pasiennya sudah menyebar dikalangan para staff wanita .

" betul , aku sangat kagum padanya " imbuh suster lainnya merespon perkataan temannya .

" sudah-sudah kalian berhenti bergosip ini sudah malam ayo pulang " ucap dokter Ammy yang tak suka melihat ada orang yang membicarakan profesor Frank , dari awal dia sengaja memilih rumah sakit Global Bross agar bisa bekerja bersama dengan profesor Frank sang kakak senior dikampusnya dulu .

Mendengar suara dokter Ammy membuat para suster itu menghentikan percakapannya mereka kemudian mempercepat langkah kakinya untuk pergi meninggalkan rumah sakit atau lebih tepatnya menjauhi dokter Ammy yang tak suka kalau ada staff wanita lain yang membicarakan proffesor Frank . Setelah semua staff pergi Frank berjalan ke arah kamar perawatan Jessica , ia menatap tajam ke arah Jessica yang terbaring lemah . Hati kecilnya berbisik untuk memintanya menghabisi Jessica tapi rupanya pikiran waras Frank masih bekerja jadi ia mengurungkan niatnya itu .

Frank kemudian memilih kembali ke meja jaga sambil memikirkan bagaimana kondisi Viona saat ini , berulang kali ia menghubungi Viona tapi gagal karena ponsel Viona rupaya sedang mati . Walau Frank ada dirumah sakit tapi setengah jiwanya tengah melayang ditempat lain karena tak mendapatkan kabar Viona sampai akhirnya Frank pun terlelap di atas meja kerjanya dengan beralaskan baju dokternya .

" proff bangun proff " ucap seorang wanita membangunkan Frank yang masih tidur walau hari sudah mulai pagi .

" mmmmm maaf aku ketiduran astaga !! jam berapa sekarang suster ? " tanya Frank sambil menutup mulutnya .

" jam enam pagi proff " jawab suster itu ramah .

" oke aku mandi dulu , jaga ruangan ini ya " pinta Frank sambil berjalan ke arah ruang pribadinya .

" baik proff " sahut suster itu patuh .

Frank berjalan ke ruang pribadinya untuk membersihkan tubuhnya dikamar mandi pribadinya , Frank selalu menyiapkan baju ganti di ruangannya untuk berjaga-jaga jika ia harus menginap di rumah sakit seperti tadi malam . Frank akhirnya teringat kondisi Jessica setelah mengingat kenapa ia harus tinggal di rumah sakit semalaman . Setelah mandi dan berganti baju Frank kemudian menuju ke kantin untuk mencari kopi , saat Frank berjalan ke kantin banyak suster dan dokter muda yang menegurnya karena memang tingkat popularitas Frank di rumah sakit sangat tinggi .

Saat Frank sedang menikmati segelas kopi tiba-tiba ia melihat Viona yang baru datang bersama suster Tina , kedatangan Viona pun membuat para dokter pria langsung sumringah . Sebagai dokter bedah yang terkenal akan kehebatannya Viona juga dikenal karena mempunyai wajah yang cantik alami , karena memang Viona tak pernah memakai make-up dirumah sakit . Frank kemudian berjalan ke arah Viona yang sedang mengambil salad untuk menu sarapannya .

" heii " sapa Frank dengan lembut .

" oooh pagi Frank oh maaf profesor Frank " jawab Viona dengan cepat memperbaiki ucapannya .

" duduk dimejaku disebelah sana ada yang ingin aku tanyakan padamu " ucap Frank dengan berbisik sambil menunjuk meja dimana gelas kopinya berada .

Viona mengangguk pelan lalu kembali meneruskan aktivitasnya untuk mengisi piringnya dengan salad sayuran favoritnya , setelah selesai Viona berjalan menuju meja Frank dimana profesor muda itu sudah duduk manis menunggu kedatangan Viona .

" aku dengar semalam kau menginap di rumah sakit proff " ucap Viona membuka percakapan .

" yes , pasien pecobaan bunuh diri " jawab Profesor Frank sambil meminum kopinya .

" bunuh diri ? " pekik Viona kaget .

" ya , dia mencoba bunuh diri di bathup setelah meminum obat penenang " ucap profesor Frank mencoba menjelaskan pada Viona .

Viona yang kaget bahkan menjatuhkan garpunya ke meja sehingga membuat suara keras ketika garpunya beradu dengan piring yang sontak membuat orang-orang langsung menengok ke arahnya , melihat Viona kepayahan merapikan salad yang berantakan Frank memerintahkan seorang petugas kebersihan untuk merapikan bekas makanan Viona , ia merasa bertanggung jawab karena membuat Viona kaget .

Brakkk

" bukankah kalian orang yang berpendidikan !!! untuk apa kalian berteriak seperti orang bar-bar hah !! " teriak Frank sambil menggedor meja untuk menghentikan suara teriakan dari staff lainnya yang mengejek Viona .

" sudahlah proff " ucap Viona mencoba menahan amarah Profesor Frank dengan lembut .

Melihat profesior Frank marah sontak membuat satu kantin langsung hening , bahkan orang-orang yang sedang mengunyah makanan pun langsung berhenti makan . Mereka baru pertama kali melihat profesor Frank marah padahal selama ini profesor Frank dikenal sebagai salah satu dokter yang ramah dan baik . Profesor Frank kemudian menarik tangan Viona pergi meninggalkan kantin disaat semua orang ketakutan , Viona yang malu pun akhirnya terpaksa mengikuti langkah Profesor muda itu .

" kau seharusnya tak perlu marah proff ...

" panggil aku Frank kalau sedang berdua " ucap profesor Frank memotong perkataan Viona .

" maaf " sahut Viona cepat .

Saat sedang berjalan tiba-tiba terdengar langkah kaki suster Tina asisten Viona mendekat ia memberitahukan kalau ada pasien kecelakaan yang baru masuk , mendengar perkataan suster Tina sontak membuat Viona dan Frank langsung berlari ke arah ruangan dimana pasien itu dibawa . Tak lama kemudian Viona bekerja dengan cepat dibantu profesor Frank yang membuat orang di ruang gawat darurat kaget karena baru kali ini mereka melihat seorang profesor Frank mau tutun ke ruang gawat darurat .

Satu jam kemudian semua pasien yang terluka akhirnya bisa ditangani dengan baik berkat duet maut antara Viona dan profesor Frank . Para pasien kemudian dibawa ke kamar perawatan untuk mendapat perawatan intensif lagi , sementara itu profesor Frank nampak sudah kembali ke ruangannya sedangkan Viona masih duduk di ruang jaga bersama suster lainnya untuk memulihkan tenaga . Setelah istirahat cukup lama akhirnya Viona berjalan ke ruang perawatan untuk melihat kondisi pasien-pasiennya langkahnya terhenti saat melihat ke arah kamar pasien nomor 401 dimana Jesisca dirawat , para dokter namak berusaha menenangkan Jessica yang berupaya kembali melukai dirinya kembali setelah berhasil merebut beberapa pisau bedah yang dibawa seorang suster .

" lebih baik aku mati daripada berpisah denganmu sayang hu hu hu " tangis Jessica terdengar di seluruh ruangan sambil mengarahkan pisau bedah ke lehernya sehingga membuat semua suster dan dokter pun panik .

" stop !! hentikan nona anda jangan bertindak seperti itu " ucap Viona yang sudah ada diruangan itu .

Begitu mendengar suara Viona ada diruangan Jessica sontak langsung menatap Viona dengan tatapan penuh kebencian yang membuat Viona bingung .

" kelian semua keluar tinggalkan dokter ini bersamaku !!! " teriak Jessica sambil mengarahkan pisau bedah ke arah Viona .

" its oke its oke kalian cepat keluar pasien ini kondisinya tidak stabil " bisik Viona pelan ke arah suster yang ada dibelakangnya .

" tapi dok ...

" go cepat kalian pergiii !!!! " teriak Jessica dengan suara yang lebih tinggi .

Mendengar teriakan Jessica membuat para suster dan dokter langsung pergi kecuali Viona  yang masih tinggal seperti permintaan Jessica sebelumnya . Melihat para suster lain pergi membuat Jessica tersenyum sinis ke arah Viona dengan masih mengacungkan pisau , Viona berusaha tenang ia bersiap dengan segala kemungkinan yang terjadi . Viona menggenggam stetoskop dengan kencang sebagai alat untuk melindungi dirinya jika pisau yang dipegang Jessica benar-benar ditusukan padanya .

" aku membencimu Viona !! " ucap Jessica penuh amarah .

" anda tau nama saya nona ?" tanya Viona ramah .

" ya aku tau bahkan sangat tau dan aku membencimu " teriak Jessica sambil terus mengacungkan pisau bedah ke arah Viona .

" kita belum pernah bertemu kenapa anda membenci saya , lagipula kita belum saling mengenal " ucap Viona sambil berjalan mundur .

" kau harus mati Viona supaya aku bisa bersamanya selamanya ... mati kauuu Vionaaa aaaaaaa... " teriak Jessica sambil berlari ke arah Viona sambil berupaya menusuk Viona dengan pisau bedah .

Viona yang terpojok ada diantara meja tak bisa bergerak kemanapun ia bersiap dengan stetoskop yang akan Viona putar ke arah Jessica namun tiba-tiba saja terdengar suara kaca yang dipecah dibarengi suara teriakan Jessica yang kaget .

Bersambung .