Nirvana menuruni tangga, tiba di lantai satu. Kebetulan Rika hendak melangkah kearah berlawanan. Dengan sengaja, Rika menabrak Nirvana dengan bahunya. Nirvana ditabrak oleh besi. Ciri khas Rika adalah selalu memakai zirah.
Setelah ditabrak, Nirvana menoleh kearah Rika. Secara bersamaan Rika juga menatap Nirvana.
"Apa semalam tidurmu nyenyak?" Rika mengedipkan matanya.
"Lumayan," balas Nirvana.
Rika tidak mau menaiki tangga, ia berdiri didekat tangga. Rika hanya ingin menegur sapa Nirvana.
Melihat kearah sofa di ruang tengah. Ternyata pak tua Baxter sudah ada disini. Nirvana menghampiri untuk bertanya-tanya.
"Itu artinya penduduk sudah kembali?"
"Sudah."
Meski pak tua Baxter mengiyakan bahwa penduduk telah pulang, tapi ekspresinya muram.
Scene berganti dengan Nirvana menemui Theodore.
"Penguasa tanah march, menarik bayaran. Mereka bilang itu untuk biaya perlindungan dan konsumsi. Mereka memasang biaya kelewat batas. Pemilik domain itu telah memeras kota. Sekarang kita tidak punya uang untuk memasok stok makanan di musim dingin."
Atas penjelasan Theodore, Nirvana sedikit geram.
"Begitu." Nirvana menampakkan ekspresi yang suram.
Di sisi lain, jiwa kemanusiaan Nirvana muncul. Ingin rasanya mencari solusi untuk mengatasi masalah krisis ini.
Hari ini, tampak lebih sepi dari biasanya. Nirvana memutuskan kembali ke kamarnya.
Melangkah di dalam kamarnya....
"Ternyata kamu tinggal disini, master?"
Nirvana terkejut. Eleanor berada disudut ruangan.
"Bagaimana bisa kamu ada disini?" Tanya Nirvana.
"Jangan bilang kamu tidak tahu? Secara alamiah, familiar memiliki radar untuk mengetahui dimana lokasi rekan penyihir nya."
"Aku bukan penyihir!"
Nirvana menyanggah karena ia bukanlah mage asli.
"Ada apa datang kesini?" Nirvana bertanya.
"Cewe megane mencari mu. Kamu bukan lagi menghindarinya kan?"
"Tidak."
"Aku harus beritahu tidak, kalau master ada disini?" Tanya Eleanor.
"Boleh saja," jawab Nirvana.
Eleanor pun pergi....
*****
Sekitar jam sembilan, Nirvana berkeliling kota. Kota kecil yang terbelakang ini tidak begitu luas. Ustgard, hanya sedikit lebih besar daripada desa maju yang luas.
Penduduk sudah mulai terlihat kembali. Sesekali Nirvana melihat sheriff dengan pedang di pinggang sedang berpatroli.
Langkah demi langkah, awalnya Nirvana tidak menemukan hal yang aneh-aneh.
Tidak, sebelum kerumunan kecil sheriff terlihat.
Ada seekor gorila yang sekujur tubuhnya dilapisi cangkang batu. Kalau dilihat dari posturnya, kaki lebih pendek dari tangan, kepala tampak agak besar. Posturnya jelas seperti seekor gorila. Tapi, gorila macam apa yang dilapisi batu? Sekumpulan sheriff berkumpul, mengerumuni gorila batu itu.
Setidaknya ada belasan sheriff bersenjata pedang.
"Biarkan aku lewat!"
Semua terkejut, melihat ada satwa memiliki kecerdasan. Satwa yang sanggup berbicara bahasa manusia. Tapi, bukankah di dunia ini ada beberapa satwa ghaib yang punya kemampuan bahasa manusia?
Kepala sheriff berhadapan dengan satwa ghaib itu.
"Si--si, si--siapa kamu?" Wilhelm sangat resah.
"Namaku the Rock!" Satwa ghaib memperkenalkan namanya.
The Rock lebih pendek dari orang dewasa pada umumnya, disebabkan karena posturnya yang bungkuk. Gorila, memang tidak bisa tegak seperti postur tubuh manusia. Tak ada bulu, dibalik sisik batunya ada kulit botak tanpa bulu.
"The Rock?" Wilhelm menggaruk kepalanya.
"Apa ada makanan gratis?" Tanya Rock.
"Maaf, desa kami memang sedang kekurangan bahan makanan," balas Wilhelm.
The Rock, kelihatan seperti oknum preman yang sedang memalak.
"Apa kamu bilang, tidak ada?" The Rock memberi tatapan intimidasi.
Tanpa basa-basi the Rock meraih tubuh Wilhelm lalu dilemparkan dengan gerakan gulat. Dilempar ke atas, tersungkur.
Melihat ada sosok pembuat onar, sheriff harus bertindak kan? Maka semua anak buah Wilhelm mulai mengeluarkan senjata. Semuanya menghunuskan pedang kearah the Rock. Sampai saat ini Nirvana diam dan menyaksikan.
Satwa ghaib ini tenaganya besar sekali.
Seorang menebas the Rock dari belakang. Akan tetapi pedangnya patah.
Truang....
"Suara apa tadi?" The Rock bahkan belum menoleh kearah penyerang.
Sheriff berniat menusuk the Rock dari belakang. Ia menusuk sekuat tenaga. Bahkan setelah ujung bilah menyentuh sisik batu, sheriff itu harus mendorong sekuat tenaga.
"Kenapa kamu mengejan?" Rock bertanya, karena seorang yang ada dibelakangnya sungguh berisik.
Pada akhirnya ujung pedangnya menancap.
"Apa sih?"
The Rock berbalik badan. Sheriff tersebut, seolah terlihat lemah saat genggaman pedang terlepas begitu saja. Saat the Rock berbalik, bilah pedangnya jelas masih tertancap dipinggangnya. Menancap di celah antara sisik batu. Itu artinya bilah menancap di daging, tapi the Rock sama sekali tidak merasa sakit.
Menegaskan betapa tinggi stat pertahanan fisik Rock.
Beberapa sheriff berusaha untuk menusukkan pedangnya kearah belakang Rock. Lagi-lagi hanya menancap disana tanpa melukai sedikitpun. Ada empat pedang tertinggal di punggung the Rock.
"Adu-du-duh, sakit." Kepala sheriff, Wilhelm baru saja bangkit.
Merasa emosi, Wilhelm kembali kehadapan Rock.
"Sudah ada makanan gratisnya?" Tanya Rock.
"Kamu berani mempermalukan ku dasar gorila!" Wilhelm memarahi Rock. Mengeluarkan pedang dan mengarahkannya ke Rock.
"...."
"CEPAT PERGI DARI SINI, DASAR MONSTER!" Wilhelm bertindak tegas, sambil mengarahkan pedangnya.
Rock pun melangkah, mendekati Wilhelm. Menatapnya dari dekat, dengan bingung.
"Kamu kasar sekali, manusia." The Rock masih tenang seolah gertakan Wilhelm tidak berpengaruh apa-apa.
Wilhelm semakin mendekatkan pedangnya pada wajah Rock. Ujung bilah diketok-ketok ke kening the Rock. Terdengar suara seperti batu diketuk-ketuk.
"Hentikan itu, manusia pemarah!" Rock tidak nyaman atas tindakan Wilhelm.
"Dasar gorila, gorila gemuk yang bodoh." Wilhelm terus mengetuk kening Rock dengan pedangnya sambil mengolok-olok. Wilhelm melakukan tindakan provokasi.
"Baiklah, itu menyebalkan," protes Rock.
Rock pun menangkap pergelangan tangan Wilhelm. Bagi Wilhelm itu seperti meremas. Rock tidak merasa meremas pergelangan tangan, Rock hanya memegang saja. Wilhelm berusaha menarik tangannya. Tapi Rock melempar Wilhelm kearah samping, membuatnya berguling ditanah, tersungkur. Wilhelm pun semakin naik darah.
"Hentikan main-main nya!" Tegur Rock.
Dua anak buah Wilhelm mencoba membantunya berdiri. Ia lumayan kesakitan, dihempaskan begitu saja.
"Sialan kamu gorila!"
Wilhelm melangkah kearah Rock. Mengalirkan energi sihir berbasis white magic, tipe penguatan.
"Mau main-main lagi, manusia pemarah?" Bagi Rock ini bukanlah sebuah bahaya, tidak sama sekali.
Seberkas cahaya perak mulai menyelimuti pedangnya. Wilhelm mengambil ancang-ancang untuk mengayunkan pedang. Wilhelm bersiap tuk melepaskan tebasan terkuatnya.
Bash !!
Hanya seperti suara palu yang memukul dinding.
"Apa yang kamu lakukan?" Dari ekspresi Rock, sepertinya itu tidak terasa sakit sama sekali.
Lima sheriff lain memukuli Rock. Pedang mereka, walau diperkuat dengan white magic tapi cahaya peraknya tidak se-pekat Wilhelm. Hanya terdengar suara palu yang mengetuk dinding. Itupun palu kecil yang sedang mengetuk paku.
"Kalian ini sedang apa?" Rock kebingungan.
"Baiklah gorila, bersiaplah!" Bukan hanya enchant dengan white magic, Wilhelm memakai lif point untuk memperkuat pedang dengan teknik pedang jiwa.
Mengambil ancang-ancang, otot dilengannya akan memakai tenaga penuh. Cahaya perak di bilah amat pekat. Wilhelm menebas kearah bawah, tebasan vertikal.
Slash....
Ada darah berwarna merah pada ujung pedang Wilhelm. Sisik batu di kening Rock retak, agak jelas. Kulit yang berada di celah sisik batu the Rock, tergores.
"Ini perih loh!"
Ternyata Rock bisa merasa sensasi sakit. Sesaat kemudian muncul asap pada sisik batu yang retak. Faktanya sisik batu yang tergores kini telah diperbarui. Rock meregenerasi sisik batunya yang keras itu. Kini Rock menatap Wilhelm, agak sinis.
Rock meninju Wilhelm, tapi tidak dengan kepalan tangan. Telapak tangan the Rock mengenai dada Wilhelm. Seketika ia terhempas karena didorong oleh Rock dengan satu tangan. Punggung Wilhelm menabrak pagar kecil pembatas. Wilhelm batuk darah, sepertinya mengalami patah tulang rusuk.
"Kapten!" Para sheriff bergegas menolong pimpinannya.
Namun Rock masih sakit hati atas tindakan Wilhelm. Berjalan agak merangkak layaknya gorila, Rock menuju Wilhelm. Para sheriff ketakutan melihat Rock mendekat. Ada yang menodongkan pedang, beberapa mundur perlahan.
Dilihat dari gesturnya, Rock akan melayangkan tinjuan pada Wilhelm yang sedang cidera berat. Melihat kejadian ini, Nirvana menyulap penghalang berbasis white magic.
Safety wall !!
Benar saja, the Rock melayangkan tinjuan kearah Wilhelm. Untungnya tertahan defensif barrier. Sekali tujuan, barrier retak parah. Rock terdiam, bingung. Dalam hati Rock bertanya, apa yang menghalangi.
Tidak mau ambil pusing, the Rock kembali meninju barrier. Tinjuan kedua, ketiga dilayangkan. Barrier sangat retak. Tidak seperti white magic biasa, Nirvana memakai sihir dari magic crest dimana itu sudah ditingkatkan selama beberapa generasi. Mantra crest itu lebih kuat daripada mantra biasa.
Pada pukulan keempat, barrier nya pecah. Tapi Nirvana menyulap lagi defensif barrier.
"Aku tahu dimana makanan gratis!"
"Apa katamu?"
Rock menoleh kearah Nirvana yang memberi seruan. Rock pun berjalan kearah Nirvana. Berjalan layaknya gorila, ia merangkak.
Rock sudah berdiri sangat dekat dengan Nirvana.
"Aku tahu dimana makanan gratis," seru Nirvana.
"Kenapa tidak bilang dari tadi," Rock membalas.
"Kamu ini pemakan daging atau sayuran?" Tanya Nirvana.
"Buah, biasanya pisang. Tapi buah lainnya juga aku makan. Begitupun sayuran, semua yang ku sebutkan dapat aku makan," jawab Rock.
Tentu saja, gorila itu herbivora. Begitulah pikir Nirvana.
Scene berganti dengan Nirvana berada di kedai penduduk lokal. Buah-buahan seperti pisang lagi dilahap oleh Rock. Di sana juga terdapat sayuran hijau yang dibeli oleh Nirvana. Sepuluh sisir pisang dibeli oleh Nirvana.
Rock meminum air dari guci tanah liat. Sekali minum, banyak sekali air dihabiskan. Itu hampir seperempat galon air.
"Kamu berasal dari mana?" Tanya Nirvana.
"Aku lahir di hutan. Penduduk disekitarnya menamakan hutan sebagai enchantress forest," Rock menjawab.
Nirvana terkejut dengan fakta darimana ia datang.
"Aku menyebrang ke sini dengan menumpang kapal pedagang. Aku meninggalkannya karena aku diberikan kotak besi bukan kamar layak." Rock menceritakan tentang pengalamannya.
Dari sini Nirvana menangkap inti ceritanya. Pedagang menangkap gorila unik untuk di jual. Tapi Rock tidak merasa ditangkap. Apapun istilahnya, Rock hanya mau pakan gratisan dari pedagang satwa ghaib.
Saat bosan, Rock bisa merusak kerangkeng dengan sangat mudah kemudian pergi.
Menurut hemat Nirvana, kira-kira begitu cara Rock sampai kesini.