Chereads / Justice sword (Revisi) / Chapter 142 - Mulai kondusif

Chapter 142 - Mulai kondusif

Disaat Nirvana sedang berjibaku menghadapi dead knight, ternyata Theodore menikmati pertempuran layaknya penonton layar kaca. Ia berdiam diri, bersembunyi di atas bangunan dan menonton.

"Maafkan aku. Kita belum tahu seberapa besar kekuatan yang disembunyikan olehnya. Apabila muncul begitu saja, lalu melawan dead knight, itu gegabah. Bisa saja musuh memiliki bidak sihir yang lebih berbahaya dari itu. Untuk sementara, kita bermain aman."

Theodore menjelaskan alasannya tidak membantu.

"Lihat itu!" Rika menunjuk kearah tanah bekas pembantaian. Lokasi yang tadinya dipenuhi tumpukan mayat, kini dipenuhi mayat hidup.

Mayat hidup sudah mengikuti raja necromancy. Tapi undead yang tercipta dari tubuh tidak utuh ada di sana. Mereka, tubuhnya terbelah menjadi dua. Ada undead berjalan merangkak tanpa kaki. Mereka menggunakan tangannya untuk menyeret tubuh mereka. Ada juga undead berbadan utuh, sedang memakan bagian tubuh yang gagal diubah menjadi undead karena tubuhnya kurang lengkap. Misal, hanya potongan tangan.

Yang mengejutkan adalah, ketika undead memakan daging manusia. Undead yang tubuhnya hanya setengah, mendapatkan regenerasi atas bagian tubuh yang hilang. Regenerasi didapat undead yang bertubuh buntung, dengan cara memakan bangkai manusia.

Mulai dari pinggang, paha, kaki, tangan mulai beregenerasi. Tapi regenerasinya tidak instan. Yang mempengaruhi tingkat regenerasi adalah seberapa banyak bangkai manusia dikonsumsi. Itupun tidak instan. Meregenerasi sedikit demi sedikit, sesuai tingkat konsumsi.

"Biar aku urus!"

Nirvana mencoba memakai kertas mantra retribution.

Jiwa dari pemilik tubuh, tidak lagi berada di sana. Yang mendiami tubuhnya adalah partikel roh yang menggerakkan sihir necromancy. Partikel roh, bukan jiwa yang asli. Partikel roh dikonsumsi Casper. Nirvana memperkuat spirit yang dimilikinya.

Tumpukan mayat hidup yang tak bernyawa lagi, dibakar.

*****

Ruang tengah, kastil Ustgard.

"Silahkan minum!" Maid Rose menaruh gelas minuman. Saat menawarkannya, Rose melirik Nirvana.

Nirvana duduk, mengambil gelas minuman.

"Terimakasih, Rose," ucap Nirvana.

Di sana ada Theodore, Rika tidak bergabung. Rika memilih berdiri didekat lukisan. Dari posisi berdiri Rika, yaitu dekat pintu keluar, membuatnya mirip kru penjaga.

"Kemana pasukan royal guard?" Nirvana bertanya.

Base royal guard, berada di dekat lokasi pertempuran. Jelas-jelas paviliun mereka dibangun dekat lokasi pertempuran, tapi mereka tidak ada di sana waktu Nirvana berjibaku melawan dead knight.

Cukup masuk akal bila Nirvana mempertanyakan keberadaan mereka. Selanjutnya Theodore menjelaskan situasinya.

"Kapten Gilles, bersama pasukan royal guard yang dipimpinnya lagi mengevakuasi penduduk. Warga dievakuasi menuju tanah marching. Dekat sungai, ada kastil penguasa sekelas marquess. Marquess Rian, bangsawan kelas menengah yang mengelola tanah march dan kastil Armstrong stronghold. Aku belum mendapat kabar tentang warga kota Ustgard lagi. Utusan belum datang."

"Dimana kepala urusan internal?" Tanya Nirvana.

"Beliau ikut ke kastil Armstrong," jawab Theodore.

"Kenapa--"

"Kenapa, apanya?"

Selanjutnya Nirvana memprotes keputusan pak tua Baxter. Nirvana juga memprotes Theodore yang membiarkannya pergi ke tempat evakuasi, kastil Armstrong.

"Apanya, kau bilang? Tugas kepala urusan internal adalah menunjang kinerja pemerintah kota. Kepala urusan internal harus selalu ada di kastil kota. Apalagi kepala daerah pengganti tidak ada disini. Roda pemerintahan tingkat kotamadya, Ustgard tidak akan berjalan dong."

Theodore mengangkat bahunya. Lagipula siapa peduli dengan roda pemerintahan, kota Ustgard hanya wilayah tandus. Potensi ekonomi wilayah ini juga cenderung suram.

Memang pertukaran macam seperti apa yang akan membuat wilayah ini diminati kota lain?

"Lagipula ini hanya tanah tandus, tidak punya potensi pertukaran," balas Theodore.

Tidak, kecuali pertambangan. Tapi pasar tidak terlalu bagus. Sekarang, komoditas mineral dikuasai kota Utopia. Pertukaran mineral yang dilakukan di kota ini, cenderung mencekik diri sendiri. Tidak ada tawar menawar yang mengesankan. Selalu dimonopoli oleh tengkulak.

Kota Utopia adalah prioritas bagi pemasok mineral tambang.

Tap, tap....

Terdengar suara seorang menuruni tangga.

"Barusan aku berada di plafon atas, kenapa kota kelihatan sepi seperti kota mati?" Tanya Norington.

"Kemarilah James Norington," sahut Theodore.

Ternyata kontingen pasukan dari keluarga Charlotte, tidak pergi ke kastil Armstrong. James Norington bergabung, duduk disana.

"Penduduk di evakuasi ke tanah march," ujar Theodore.

Beberapa saat kemudian, Ray pun datang. Kendati mengalami luka, nampaknya bukan apa-apa bagi kesatria pedang naga. Ketika Ray kembali ke kastil, ini menegaskan bahwa pertarungan dimenangkan.

"Permisi, semuannya," sapa Ray.

*****

Perspektif beralih kepada Isyana. Waktu sudah melewati tengah hari. Isyana berdiam diri di kafetaria sekolah. Jam kayu besar didinding, menunjuk pukul sebelas.

"Kenapa tidak datang? Biasanya datang," gumam Isyana.

Beberapa saat kemudian datanglah seorang perawat UKS. Dan ini orang yang Isyana kenal.

"Sedang menunggu seseorang?"

"Betina jalang."

Dengan jijik, Isyana menyambut Eleanor sang familiar. Sama dengan Anna, secara alami Isyana tidak menyukai Eleanor. Aura succubus tidak disukai oleh wanita manusia.

"Ah...." Entah bagaimana, Eleanor menyukai kata hinaan itu seolah memiliki jiwa masokis. Pipinya blushing, napasnya begitu cepat.

"Ish, terangsang setelah aku hina? Dasar kamu betina masokis," ucap Isyana.

Bahkan betina saja sudah punya konotasi negatif. Harusnya Isyana memanggil dasar kamu wanita atau dasar kamu gadis, bla-bla-bla. Kata betina mengacu pada gender wanita tapi biasa ditujukan pada hewan.

Isyana sungguh toxic. Tapi yang kelewat parah adalah, ternyata Eleanor punya sisi masokis. Tidak aneh karena kebanyakan succubus memiliki sifat seperti itu.

"Master mu kemana?" Tanya Isyana.

Yang dimaksud master, adalah sebutan untuk rekan sihir dari familiar.

"Masterku, jadi kamu mencari masterku? Kamu punya urusan dengan masterku? Urusan apa?" Eleanor bertanya.

"Bukan urusanmu!" Wajah jutek diberikan Isyana.

"Ya sudah, kalau bukan urusanku, berarti aku tidak bisa bantu," balas Eleanor. Dengan wajah cringe nya, Eleanor berakting seolah-olah tidak peduli. Eleanor bertingkah seolah benar-benar mau bergegas pergi.

"Iya, iya, tunggu dulu! Iya deh, iya. Aku ralat, aku gak jadi bilang kalau ini bukan urusanmu. Sekarang aku minta maaf, betina masokis, cewek gatal." Isyana memohon kepada Eleanor agar tidak pergi, tanpa meniadakan kebiasaan toxic nya.

Serius deh, begitukah cara minta maaf?

Tanpa terpengaruh oleh kebiasaan toxic Isyana, Eleanor duduk dengan manis. Ekspresinya menegaskan bahwa Eleanor siap mendengarkan.

"Ada urusan apa?" Untuk kedua kalinya, Eleanor bertanya.

"Anu--"

"Apa?"

"Begini--"

"...."

Dipenuhi rasa malu-malu, Isyana kesulitan menjawab pertanyaan Eleanor tentang urusannya dengan rekan penyihir nya.

"Tau kan--"

"Hmmm."

Eleanor mengerutkan keningnya karena Isyana bertele-tele. Eleanor dihantui rasa penasaran karena Isyana menjawab bertele-tele.

"Urusan pribadi loh."

"Oh...."

Hanya jawaban singkat membuat Eleanor merasa lega. Hanya dengan jawaban sesimpel itu, semua rasa penasaran Eleanor terpuaskan. Tapi, jangan-jangan Eleanor berpikiran yang tidak-tidak? Suasana menjadi hening barang sejenak.

Sampai Isyana mulai berucap.

"Bantu aku cari Nirvana!" Isyana meminta tolong.

"Baiklah, baiklah, kalau aku lihat, langsung kuberi tahu," Eleanor menjawab.

"Bukan itu," sanggah Isyana.

"Apa dong?" Tanya Eleanor.

"Jangan pura-pura tidak tahu!"

"...."

Eleanor mengangkat alisnya atas ucapan Isyana.

"Waktu di kelas empat aku pernah belajar tentang familiar. Secara alamiah, ada radar yang membuat familiar tahu dimana lokasi dari masternya," ujar Isyana.

"Oh, itu, baiklah aku cari sekarang," jawab Eleanor.

"Terimakasih cewek gatel," balas Isyana.

Isyana menyeruput kopinya, lalu menyadari sudah dingin. Eleanor pergi ke luar kafetaria sekolah.

"Sudah dingin," keluh Isyana.

Di akademi sihir, peserta belajar. Terdapat tiga tingkatan, kelas satu, kelas dua, kelas tiga. Lantas, kenapa Isyana bilang di kelas empat dia mempelajari teori familiar?

Kelas empat adalah kelas akademik penyihir tingkat lanjutan. Adanya di kementerian sihir. Beberapa guild penyihir juga punya wewenang menjalankan kelas tingkat lanjutan. Rumah penyihir juga punya izin menjalankan kelas tingkat lanjutan.

The institut adalah departemen di kementerian sihir yang  bertugas menyediakan kelas tingkat lanjut. Atau biasa disebut kelas empat. Pelajaran tentang familiar hanya diadakan di kelas empat. Untuk pertama kalinya, Griffin Quen akademi mengadakan pelajaran tersebut di kelas dua.

Isyana mengikuti kelas tingkat lanjutan di guild penyihir, karena tidak dapat kursi di the institut. Sebagai peserta kelas empat di guild penyihir, berarti Isyana harus jadi anggota guild penyihir. Waktu itu Isyana bekerja sebagai karyawati resepsionis di kantor guild. Adapun Tugas yang diambil Isyana, hanya tugas sepele yang mudah.

Isyana tidak bisa memanggil rekan sihir, familiar nya. Isyana gagal menguasai seni transfigurasi yang umumnya dikuasai oleh semua penyihir di kerajaan. Isyana juga terbelakang dalam keahlian seni arcane. Magic power Isyana sangat kecil, tidak berguna.

Satu-satunya hal yang bisa Isyana andalkan adalah bakatnya di seni kinesis.

Takdir membawa Isyana kembali ke sekolah lamanya, setelah Satella menjadi pemilik sekolah. Satella mendapat hibah dari raja berupa kepemilikan akademi sihir yang dibeli oleh raja dari pemilik lama. Nominal yang keluar dari khas negara, tidak kecil. Isyana datang sebagai guru pembimbing konseling karena keahliannya dalam membuat jera para pelanggar aturan.

*****

Perspektif kembali kepada Nirvana. Nirvana berdiri, tangan bertumpu pada pagar teras kamarnya. Dari ketinggian, Nirvana melihat view di kota Ustgard. Penerangannya lebih redup dari kota pada umumnya.

Inilah kota Ustgard yang redup di malam hari.

Kota kelihatan sepi, tapi sesekali Nirvana melihat sheriff kota yang berkeliling. Walau kebanyakan penduduk tidak ada di kota lagi, sheriff tetap menjalankan tugasnya. Mereka anak buah Wilhelm.

Teras kamar Nirvana mengarah kedepan. Kastil kota Ustgard berhadap-hadapan dengan gedung balaikota. Menatap kearah jam dua, Nirvana melihat pohon terbesar.

Setelah selesai mencari udara, Nirvana beristirahat.

Singkat cerita, pagi pun tiba.

Suara ketukan pintu terdengar. Di susul dengan masuknya seorang pelayan kastil.

"Permisi, apa sarapannya sudah dihabiskan, tuan tamu?"

Ternyata itu maid, Rose. Tanpa dijawab, melihat piring dan gelas sudah kosong, maid langsung mengambilnya.

"Wah, kelihatannya sudah mandi. Ingin ke bawah, atau tidak? Kalau mau, aku tunjukkan sampanye terenak khusus tamu," kata Rose.

"Aku tidak minum alkohol," balas Nirvana.

"Kalau suka teh, kami ada teh hitam loh." Maid Rose melangkah keluar, membawa piring kotor.

Singkat cerita, Nirvana bergegas menuju kebawah.