Dalam universe ini ada dewa yang biasa membangkitkan orang mati. Mereka dihidupkan dengan dendam yang tercipta semasa hidup. Alasan mereka mati, juga menyisakan rasa dendam di hati mereka.
Ini adalah otoritas ilahi dari dewi pembalas, dewi Nemesis.
Dewi Nemesis sama sekali bukan golongan dewi yang berasal dari Asgardia. Bukan vanir dan bukan aesir, ia dewa dari semesta lain.
Akhir-akhir ini, dewi Nemesis ada di Altera. Membangkitkan seseorang, beserta dendamnya. Mereka bangkit sebagai prajurit pendendam.
Konon katanya, seorang yang telah dibangkitkan oleh dewi Nemesis, akan jauh lebih kuat daripada saat masih hidup. Di berkati kekuatan pembalas oleh dewi Nemesis.
Mereka, the Avengers!
____________________________________________________
Seorang karyawati cantik bagian administrasi, Fiana, lagi berjalan di lorong. Di sampingnya adalah maid berambut pink. Sosok penjaga setia yang menjaga Fiana, ialah Blossom.
"Aku menganggap mu teman loh. Sebenarnya kamu boleh memakai pakaian bebas. Kamu bukan babu Fiana, kamu teman Fiana."
Mereka berjalan beriringan.
"Aku akan pakai pakaian biasa, misalnya gaun, kalau tuan putri memerintah ku."
"Tapi seragam maid, cute banget. Fiana suka melihat kamu memakai seragam maid."
Mereka berjalan di lantai sembilan. Kemudian memasuki dimensi gaib yang disebut ruang kebutuhan. Itu satu istilah yang aneh untuk sebuah ruangan yang mirip ruang VIP.
Mereka ada dilantai sembilan. Ini merupakan lantai tertinggi yang ada di bangunan utama. Satu-satunya yang lebih tinggi adalah menara. Dengan tiga belas lantai. Lantai ke tiga belas, yaitu menara astronomi.
Alasan bangunan utama punya banyak lantai adalah karena luas bangunan tidak terlalu lebar. Pada bangunan utama akan membentuk huruf U yang mengelilingi training ground. Bangunan utama dibagi menjadi gedung A, B, C dan semua menyatu dalam bentuk U. Gedung paling depan disebut gedung A, sementara bagian kanan disebut gedung B, kiri disebut gedung C.
Hanya gedung A yang punya lantai sembilan. Gedung B dan gedung C hanya memiliki enam lantai saja.
Di gedung A, mulai dari lantai tujuh dan seterusnya akan mengecil. Di lantai tujuh, luasnya hanya setengah dari luas lantai enam gedung A.
Lantai delapan akan lebih kecil daripada lantai tujuh.
Lantai sembilan bentuknya kecil, menegaskan hanya ada sedikit ruangan disana. Meski dikatakan bagian lebih kecil, lantai sembilan masih lumayan luas. Atap lantai sembilan cukup luas untuk diubah menjadi restauran outdoor. Ketika flashback, pertempuran pernah berlangsung di lantai sembilan. Itu menegaskan bahwa lantai terkecil masih tergolong lumayan luas.
Di lantai sembilan ada ruangan kepala sekolah. Ruang berkumpul beberapa guru untuk rapat. Ada tangga menuju ke atap kastil. Lalu disinilah letak ruang owner yang paling mewah. Beberapa ruangan, adalah gudang penyimpanan untuk ramuan sihir. Ada beberapa ruang yang tidak bisa disebutkan apa fungsinya. Beberapa ruangan juga merupakan ruangan kosong.
Dan akhirnya....
Mereka ada di dalam ruang rahasia, ruang kebutuhan.
Tentu hanya ada seseorang duduk, menunggu dengan bosan. Minum secangkir teh, alunan melodi dari sebuah kotak musik kayu memberi hiburan. Beberapa buku cerita.
"Hi, Fiana."
"Hai, goddess."
Isyana duduk bersama dewi Eris. Sementara maid, Blossom sedang berdiri di samping belakang Fiana. Sekilas, Fiana mengeluarkan future diary, menaruhnya diatas meja.
"Agak sepi," ucap Fiana.
"Tentu, dua orang lagi mengikuti ujian penyihir kelas S. Sementara satunya lagi pdkt sama gebetan--"
"Huh, apa, siapa?" Fiana terkejut, kemudian memberi nada sedikit bersemangat. Antusias kala ingin merumpi tentang orang lain.
"Isyana, dia sering pergi ke area padang rumput dekat ibu kota, Las Castella. Aku tahu alasan dia agak sering pergi ke sana, seperti itulah."
Fiana penasaran atas cerita dari goddess. Sementara air cangkir dituangkan, dewi Eris memberi jamuan pada Fiana.
"Ah, terimakasih," seru Fiana, ia mengangkat cangkirnya.
"Kalau ibu kepala sekolah, lagi gila kerja," kata dewi Eris.
Beberapa saat kemudian, Fiana membuka lembaran future diary. Fiana mengintip, apa yang akan terjadi kedepannya.
"...."
Suasana hening beberapa saat.
"...."
Fiana mengeja apa yang ada atas halaman buku.
"Temanmu akan diserang oleh seorang pembalas dendam. Area padang rumput, ibu kota, jangan dekati area itu sekarang. Hindari segala macam bahaya. Dan Jangan pergi tanpa seorang pengawal!"
Sekilas, dewi Eris tersentak kaget. Sementara Fiana masih bingung dengan kata pembalas dendam.
"H--huh, Pembalas dendam? Fiana mengulang dengan nada bingung.
"Pembalas dendam, adalah entitas yang dihidupkan oleh sang dewi pembalas, Nemesis. Entitas yang dibangkitkan tersebut, lumayan berbahaya loh," ujar dewi Eris.
"Huh, apa, bagaimana temanku? Siapakah temanku yang diserang pembalas itu?" Tanya Fiana.
Dasar otak udang, itulah suara hati dewi Eris.
"Yang berada di padang rumput ibu kota. Barusan kita membahasnya bukan? Orang yang dimaksud yaitu Isyana dong!" Raut wajah sedikit jengkel ditampakkan dewi Eris.
***********
Sementara itu di base Jeageris, Heracles memasuki tenda regu pertama. Beberapa saat setelah menutup tirai nya, ia mengendus sesuatu.
"Bau darah?"
Heracles segera mengeluarkan pedangnya. Para Jeageris selalu membawa pedang satu tangan ataupun dagger sebagai senjata cadangan. Kendati mereka ini pasukan pemanah sihir, tapi mele combat tak bisa terelakkan di pertempuran yang sesungguhnya.
Melangkah dengan sangat teliti, sangat waspada. Hingga pada saat bergerak ke belakang sofa, ada selembar kain menutupi sesuatu.
"Aku rasa, ini sumber bau amis darahnya."
Seketika Heracles menutupnya kembali. Darah mulai menggenang diatas karpet. Rata-rata tenda ini memang beralaskan karpet diatas rumputnya. Di balik kain adalah anggota regunya yang ditikam.
Luka sayat nya cukup dalam dan berada dibeberapa bagian, hal itu menegaskan sang korban ditusuk beberapa kali.
Menemukan satu anggota regunya tewas, Heracles terpukul. Lantas membuka lemari, mencari titik persembunyian. Ternyata pelaku tidak bersembunyi. Kemungkinan sudah bergerak ke tempat lainnya.
"Dimana pembunuh itu?"
Heracles mulai berfikir, jika ada penyerangan terhadap anggota Jeageris, bisa jadi target utamanya adalah sang ketua. Karena tidak masuk akal kalau mereka hanya berniat mengincar anak buah.
"JANGAN-JANGAN!"
Dengan panik, Heracles bergegas menuju kemah Jeageris.
Berlari menuju tenda sang ketua Jeageris. Berpapasan dengan seseorang, hampir bertabrakan.
"Ada apa?"
"Assassin mengincar nyawa bos!"
"H--hah, apa katamu?"
"Ayo, cepat!"
Sesaat sebelum membuka tirai pintunya, ada suara seseorang.
"Apa yang kamu?"
Sedetik kemudian terdengar nada sayatan belati, disusul teriakan kesakitan. Ia mengerang sebelum merenggang nyawa.
Heracles masuk bersama seorang lainnya. Di dekat pintu ada orang tewas, hanya dengan satu tebasan pada lehernya. Tewas dalam satu serangan saja.
"Assassin pasti bersembunyi di ruangan ini!" Heracles segera menebas udara untuk mencoba menemukan assassin dalam mode sihir invicible nya.
Sementara satu anggota sedang menuju ke dekat meja kerja bos Jeageris.
"Pimpinan!"
Anggota berkali-kali memanggil pimpinan, pimpinan, pimpinan.
"Ada apa?"
Heracles menghampiri anggota tersebut, hanya untuk melihat pemimpinnya tewas. Mereka pun semakin cemas, resah, tak tenang.
Namun Heracles bisa berpikir setenang mungkin.
"Masih ada detak jantungnya, ayo kamu ambilkan healing item di lemari itu!" Heracles memberikan perintah pada anggota.
Anggota bergegas kearah lemari. Entah bagaimana, Heracles mulai menarik pedang satu tangan dari pinggangnya. Entah bagaimana, Heracles merasa felling buruk.
Anggota itu membuka lemari kaca, menemukan kotak obat. Membuka kotaknya dan mengambil isinya.
"Ada anestesi dan obat regenerasi, ketua," seru anggota.
Beberapa saat kemudian, suara mengerang sakit terdengar. Sang assassin menebas anggota dalam kondisi invisible. Heracles segera menebas udara, spekulasinya membuahkan hasil. Tebasan nya mengenai perut kiri sang assassin.
Setelah kena tebas, sihir invicible assassin terhenti. Muncratan darah mengalir deras. Assassin menutup lukanya dengan satu tangan.
Anggota tewas setelah terkena tebasan sebanyak empat kali berturut-turut. Heracles menebas assassin, terus mengincarnya.
Assassin melompat mundur, lalu melangkah mundur. Menangkis serangan Heracles. Assassin dapat bertahan walau menangkis dengan satu tangan saja.
Heracles mampu mendaratkan pukulan diwajah assassin, lalu melancarkan tendangan. Assassin terpojok, melempar bubuk asap kebawah, meledak. Heracles pun menebas gumpalan asap beberapa kali, tapi tidak ada hasil. Heracles mengucek mata karena pedih.
Asap itu punya efek mirip gas air mata.
Heracles segera memungut healing itemnya. Baik anastesi dan obat regenerasi cairan hijau, keduanya berwujud jarum suntik. Heracles bergegas, menyuntik anestesi itu kepada Starla. Anestesi dengan efek seperti bius lokal. Rasa sakit akan menghilang, tapi kesadaran masih tetap dimiliki. Begitulah ciri-ciri anestesi tipe bius lokal.
Sekilas genangan darah terlihat di karpet tempat Starla terbaring. Ada dua tikaman di perutnya. Bisa jadi, terdapat beberapa luka tikaman di punggungnya. Leher Starla, kena tebasan. Sampai saat ini, darah mengalir di leher Starla. Mengiris tenggorokannya. Bahkan ada semacam sedikit gelembung darah yang disebabkan darah di bagian tenggorokan dan udara paru-paru keluar sekaligus.
Heracles mulai menyuntik obat anestesi. Setelah itu menyuntikkan obat hijau regenerasi. Heracles mencoba menyadarkan Starla.
"Bangun, bos, bangun!"
Ternyata ada sebuah luka yang diakibatkan ice pike. Luka yang berada di dada, nyaris mengenai jantungnya. Luka di dadanya itu terlalu ke sisi kiri. Itu beberapa milimeter sebelum mengiris kulit jantungnya.
Sungguh beruntung.
Selain itu, ada luka senjata tumpul pada kepalanya. Kepalanya bocor setelah dilukai benda tumpul. Ada pecahan vas dibawah, itu menjadi indikasi bahwa kepala Starla dihantam dengan vas bunga.
Manusia manapun, khususnya pria kuat, tidak akan selamat dengan cidera separah itu. Terlebih, sudah banyak darah yang hilang. Starla mengalami pendarahan disana dan disini, hingga volume darahnya sangat banyak terbuang. Genangan darahnya, sangat banyak.
Manusia mana pun, mana bisa bertahan dengan luka kritis ini.
Namun, Starla tidak.
Starla memiliki kekuatan fragmen Phoenix. Kekuatan shapeshifter umumnya membuat ketahanan pemiliknya melampaui batasan manusia biasa.
Tingkat endurance dari tubuhnya, sungguh diluar nalar.
Kendati tubuhnya seperti gadis mungil yang lucu. Endurance nya sungguh tidak terduga. Seperti ia bukan manusia.
Starla adalah Shapeshifter, sang pemilik kekuatan Phoenix.
"Cepat sadar bos!"
Heracles mulai memukul pelan ke pipi Starla.
Tiba-tiba....
Starla membuka mata, kendati tubuhnya mengalami luka-luka separah itu.
Bersambung.