Chereads / Justice sword (Revisi) / Chapter 126 - Ucapan adalah prank

Chapter 126 - Ucapan adalah prank

Satu hari telah berlalu semenjak ekspedisi dimensi lain. Nirvana merasa jenuh, memilih melakukan refreshing dengan datang ke ruang pantry di kastil sekolah. Bertemu teman lama, bertukar cerita lalu bergegas pergi. Nirvana berniat ke ruang pembimbing konseling.

Berjalan di lorong....

"Sialan si megane, dia mau lepas tangan atas masalah yang terjadi. Jelas-jelas masalah ini muncul dikarenakan rasa penasarannya sendiri," keluh Nirvana.

Padahal berjalan menatap lantai, tetapi menyadari bahwa ada orang berdiri dihadapannya. Terhenti dan menatap orang didepannya. Dan ternyata, orang itu adalah pelajar kelas dua yang bernama Anna.

"Lama tidak jumpa," sapa Anna, dengan nada halusnya.

Ketika Nirvana menatap Anna, ia menampakkan pipi blushing. Raut wajah memancarkan kerinduan.

"Hei, apa kamu dengar aku kak? Apakah kamu melamun, ada aku disini!" Anna melambaikan tangan didepan wajah Nirvana. Gerakan persis pesulap yang membebaskan seorang dari pengaruh hipnotis.

"No, i'm fine."

Lekukan senyum bertambah lebar setelah mendapat respon.

"Kemana aja kak?" Tanya Anna.

Wajah Nirvana seperti orang yang sedang buru-buru. Ingin rasanya bergegas ke ruang pembimbing konseling tukmenuntut tanggung jawab bersama atas kematian beberapa rekan di regu keempat.

"Aku bekerja di organisasi tentara bayaran. Detasemen Jeageris nama organisasinya," jawab Nirvana.

"Oh, pantes udah gak disini lagi," Sekilas Anna memanyunkan bibir, cemberut. Melipat tangan, dengan gestur menggelengkan kepala satu kali. Kemudian mengangkat dagu, menatap lurus, "Tapi kok setiap jam makan malam, kamu kelihatan di ruang perjamuan kak?"

"...." Nirvana sedikit cemas. Anna mengangkat telunjuknya seolah seperti sedang menasehati.

"Pasti kamu mau numpang makan gratisan ya?" Anna memberi raut wajah sarkastik, senyum tertahan.

"...." Nirvana tambah resah, dengan suara terlonjak kaget.

"Budaya dari desa mana sih? Atau kakak asalnya dari satu kepulauan bagian kerajaan ini? Apa budaya, budaya yang sering disebut Miss Stella sebagai budaya enam puluh dua? Dasar warga enam dua, gak malu cari cara buat makan gratis."

"...."

Atas pernyataan terakhir, Nirvana tersentak kaget.

"Ada apa kak?" Anna bingung atas reaksi kaget Nirvana yang ketiga.

"Se--sejak kapan kamu belajar berbicara seperti tadi?" Nirvana bertanya, gesturnya jengkel.

Tapi di lubuk hatinya, Nirvana merasa senang bisa bertemu lagi dengan siswi berambut ungu ini. Rapunzel berambut ungu. Kendati merasa jengkel atas kata-katanya, tetapi tetap senang.

"Oh, itu," Anna terkejut, terdiam beberapa saat. Gestur pemalu yang mulai terlihat. Dua telunjuk saling menempel. Menatap lantai, malu, "Semenjak sering datang ke ruang pembimbing konseling, kak. Anna ketularan cara bicara ibu guru itu."

Isyana panjang umur, saat Anna sedang membicarakannya, Isyana muncul.

"Malah berdua dengan simpanan, bukan menyelesaikan pekerjaan. Selesaikan masalah yang kemarin, leader gak guna! Kerja mu apa sih, bagong, nying-nying, setan alas!" Isyana melangkah dan menatap Nirvana secara sinis. Membentuk akting galak, yang kelihatan asli kendati hanya pura-pura marah.

Dua detik, bibir Isyana terlihat menahan tawa walaupun habis menampakkan amarah. Itu jelas menandakan dia hanya akting.

Nirvana jengkel karena Isyana orangnya menyalahkan orang lain atas ulahnya sendiri.

"Loh, kalau aku simpanan, lantas siapa true couple nya dong?" Anna mengangkat bahu, bernada kesal.

Dengan lidah tajam menusuk, kemudian si pahit lidah segera menyakiti Anna dengan ucapan pedasnya.

"Selama ini kamu kan, hanya simpanan," ucap Isyana.

"Aku tanya sekali lagi, emangnya siapa?" Tanya Anna, jengkel.

Isyana membentuk mimik seperti menahan tawa.

"Gak, gak ada kok," ucap Isyana, sambil menahan tawa.

"Aku di di prank?" Anna menatap marah kearah Isyana.

"Kayaknya kamu harus tolong aku deh!" Isyana menatap ramah pada Anna. Raut wajah Isyana seperti menahan tawa. Raut wajah yang menegaskan bahwa Isyana akan melakukan trik jahil lain. Hanya Isyana yang bisa melakukan prank tanpa alat sulap, bermodalkan kata-katanya. Sungguh ia wanita bermulut tajam.

"Tolong apa, ya, buk?" Sekilas raut wajah Anna serius.

"Nirvana--"

"Kenapa dengan kak Nirvana?"

Isyana tersenyum licik seolah ia menyimpan banyak keusilan.

"Setiap hari datang ke ruang kerja milikku hanya untuk merayu ku. Selalu datang dengan karangan bunga. Aku tidak suka dengannya, tidak tertarik sedikitpun--"

"...."

Anna mengerutkan kening atas kebohongan Isyana. Truk usilnya benar-benar sempurna. Sejenak, Isyana menatap Nirvana dengan lekukan bibir yang amat menahan tawa. Sangat menahan tawa.

"Maaf, yah, kamu bukan type ku." Isyana berakting serius.

"...."

"Setiap hari datang ke ruangan kerjaku, aku jadi risih. Aku tahu, tanpa pasangan itu berat, tolong jangan samperin aku terus. Dasar kamu ngenes. Aku terganggu loh dengan kehadiran mu yang tiap waktu, tiap saat itu." Isyana sukses membuat semua salah paham. Ia menampakkan senyum licik dan aktingnya sempurna. Nirvana sungguh geram dibuatnya.

Bagaimana tidak....

Menyatakan cinta nol kali, tetapi ditolak satu kali. Dan parahnya, apa yang diucapkan Isyana bukanlah kebenaran. Yang terjadi selama ini tidak persis dengan ucapannya.

Isyana bukan pendusta, karena perkataannya hanya untuk prank.

Nirvana jengkel.

"Sialan kamu, dasar megane!"

Sesaat setelah Nirvana membalas perkataan Isyana, nada protes dari seseorang terdengar.

"Tapi aku juga megane! Aku juga pemakai kaca mata minus loh kak. Kamu ngatain dua orang sekaligus kak," protes Anna.

Dengan ekspresi menyebalkan, gerakan tari yang mengolok-olok, Isyana berkata, "Mampus!"

Nirvana pun melangkah mendekati Isyana, untuk membisikinya.

"Berantem yuk!"

Namun dengan ekspresi dipenuhi sukacita, bibir menahan senyum, menahan tawa, Isyana berulah lagi.

"Apa katamu, aku cinta padamu, Isyana ku?" Bersuara lebih keras, sangat jelas terdengar. Isyana agak sedikit usil. Provokasi Isyana tuk menyebabkan perpecahan antara Nirvana dan Anna, telah sukses.

"Pantesan," gumam Anna, bergegas pergi.

"Hei, tunggu--"

"Cukup tahu aja."

Anna menatap jengkel kearah Nirvana.

Dengan wajah tanpa dosa, Isyana berkata.

"Aku bercanda."

Isyana ketawa sejadi-jadinya, Anna mengerutkan kening. Sementara itu Nirvana terkena tensi darah tinggi.

"Semua yang kukatakan adalah kebohongan. Aku cuma kepengen prank kalian aja kok," kata Isyana.

"Terserah," gumam Anna.

"Semua, aku balik ke ruang kerja. Kalau ada perlu, temui aku di ruangan pembimbing konseling. Segala macam konsultasi pasti ku dengar kok, tenang saja. Dadah."

Itu semua hanya kata-kata formal sebelum Isyana berpamitan. Tidak mengandung makna apapun, lalu Isyana mulai melangkah.

Sesaat setelah Isyana melangkah, Nirvana ikutan melangkah kearah yang sama.

"Kamu juga pengen ke ruangan pembimbing konseling kak?" Anna kelihatan cemas.

Isyana balik badan, ia menatap Nirvana. Isyana memberi bahasa isyarat dengan alis dan matanya.

"Walah, jadi kusut," seru Isyana.

"Aku, mau keluar kastil," jawab Nirvana.

"Arah turunan tangga disitu, kak!" Anna mengerutkan kening, cukup jengkel.

"Linglung bos? Kasian mana masih muda lagi. Masih muda kok udah linglung," ucap Isyana.

"Bisa kah, gak ngatain orang lain, sebentar saja?" Tanya Nirvana, dengan kejengkelan.

Salah satu kemampuan kinesis nya Isyana adalah telepati.

"Rumah sakit jiwa Geffenia, ada di tengah kota. Bilang ke kusir kereta, antar ke, rumah sakit jiwa lady Maria." Isyana mengirimkan pesan telepati. Sesaat setelah Nirvana menghela napasnya, telepati lain terdengar.

Yang dimaksud Isyana adalah satu anggota regu empat yang selamat, tetapi kehilangan kemampuan kognitifnya.

"Dan aku gak mau minta maaf, ya, karena ini hanya prank! Memberi protes kepada cewe yang ngasih prank ke kamu, berarti pria banci." Pesan telepati yang terkahir ini beneran bikin naik tensi darah.

************

Singkat cerita Nirvana berada di aula rumah sakit jiwa. Duduk di loby, setengah jam kemudian Isyana pun datang. Datang dengan anda polos, dan ekspresi tanpa dosa.

"Maafkan aku membuat kamu menunggu beberapa menit--"

"Menit katamu?"

"Sudah, sudah, jangan marah terus nanti tensi naik dan kena penyakit darah tinggi."

Nirvana menghela napas, lalu mengusap dada. Betapa stress ia menghadapi Isyana pada hari ini.

Mereka berjalan dilorong, menuju kamar pasien sakit jiwa.

"Aku gak akan minta maaf, aku bilang," ucap Isyana.

"...." Nirvana enggan meladeni.

Akhirnya sampai, satu perawat menemani. Perawat mengantar, kemudian menunggu di luar.

"Kehilangan kemampuan kognitif. Dimensi dark sun bener-bener membuatku semakin penasaran. Teka-teki cara memulihkan status penyakit ini, sungguh menantang."

Isyana memandangi pasien yang kehilangan pikiran. Diam menatap langit, seolah tanpa nyawa.

Disini Nirvana melihat Isyana gelagatnya unik.

Rasa penasaran Isyana terlihat menarik bagi Nirvana. Isyana memiliki kesamaan dengan satu tokoh film animasi yang ia tonton ketika masih di dunia lama.

Sosok peneliti titan, Hange Zoe, di serial raksasa penyerang. Mereka memiliki beberapa ciri yang sama. Mereka sama-sama berkacamata, rambut cenderung sering dikuncir. Banyak fitur fisik yang serupa.

Bedanya adalah....

Hange Zoe memiliki obsesi atas rahasia tentang mindless titan. Sementara obsesi Isyana adalah rahasia tentang mahluk astral di dimensi dark sun.

Mereka sama-sama gadis penggila misteri. Punya rasa penasaran yang ekstrim terhadap misteri.

"Untuk mengetahui tentang dunia astral itu, resikonya besar. Dunia tersebut agak berbahaya. Kekuatan yang aku miliki juga tidak dapat bekerja. Musuh disana hanya bisa dikalahkan oleh spirit jenis atma. Sementara aku tidak punya spirit jenis atma, dan aku tidak dapat membangkitkan nya karena aku bukan manusia yang lahir di Altera. Kamu yakin, mau mencaritahu misteri yang ada didalamnya?"

"Iya, aku akan."

Isyana menanggapi dengan tanpa pikir panjang lagi.

"Tapi aku gak punya kekuatan di dimensi itu," kata Nirvana.

"Berarti kamu cocoknya menjadi perisai daging. Aku butuh umpan, supaya Orphelia bisa leluasa," ujar Isyana, dengan entengnya.

"Sial, kamu!" Nirvana naik darah karenanya.

Isyana tersenyum lebar, di wajah tanpa dosa itu ada kilauan dari giginya. Senyum yang amat lepas.

Tersenyum memamerkan kilauan dari gigi putihnya.

"Cheers," seru Isyana, seraya melebarkan senyumnya. Mengangkat tangan untuk membuat pose dua jari, pose huruf V.

Tidak ada apa-apa yang didapat setelah kunjungan ke rumah sakit jiwa ini. Rekan regu empat masih tertidur dengan kutukan hilang pikiran pasca insiden di dunia lain.

Tidak ada yang didapat, tidak terkecuali resolusi Isyana.

Resolusi bahwa Isyana berniat mengungkap misteri dimensi lain, dark sun. Dan Nirvana bersedia membantu upaya Isyana setelah menemukan sisi unik dari Isyana.

Obsesi Isyana pada misteri yang berada di dimensi lain, di mata Nirvana terlihat sangat unik.