Nirvana berjalan di lorong sekolah. Inilah tempat lain yang ia tuju ketika tidak berada di kamp Jeageris. Bos Jeageris sendiri, yaitu Starla, telah meminjamkan kereta naga miliknya. Memudahkan Nirvana pulang pergi, dari Geffenia ke kamp Jeageris. Starla sendiri tidak mau memakai kereta naga miliknya, karena ia lebih suka memakai flyng magic karena lebih cepat. Kalau sedang tak punya tenaga, ia akan naik wyvern.
Baginya, transportasi darat itu terasa lambat.
Tiba di satu lorong, Nirvana melihat kru penjaga, Revi. Entah bagaimana Revi kurang disukai. Saat ini Revi berpapasan dengan satu pelajar, sang pembuat onar.
"Jovan von Ainsworth?"
Sebelumnya Nirvana bertemu saat berkeliling di lorong, saat merazia pembolos bersama Mark. Kedua, ketika Nirvana menjenguk Anna diruang rawat sekolah. Ketika Anna bertengkar dengan familiar yang bernama Eleanor.
Kebanyakan, Jovan membahas tentang Anna. Sampai diketahui bahwa Anna adalah Shapeshifter.
"Kamu lagi!"
Revi menegur Jovan dengan gestur yang kurang bersahabat. Cenderung emosi dan membentak, menegaskan mereka berdua pernah berselisih sebelumnya.
"Yo, penjaga gak guna," balas Jovan, mengangkat satu tangannya.
"Di larang berkeliaran di lorong ketika jam sekolah! Mari ikut aku, dasar blonde berandalan!" Revi hendak membawa Jovan.
Revi berjalan, ingin menyergapnya.
Tiba-tiba....
Muncul lingkaran warna putih di lantai yang dipijak Revi. Satu lagi muncul di atap lorong. Revi mulai dihisap kedalam lubang, kemudian muncul di lubang yang ada di atas, terjatuh kebawah. Tingginya bikin Revi mengalami luka ringan dan menderita rasa sakit bukan main.
Terutama punggung, pinggang dan lengan.
"Sihir spasial?"
Nirvana mengenal yang ia lihat sebagai sihir spasial. Di cerita atau video game yang dimainkan oleh Nirvana, itu dikenal sebagai sihir spasial. Sihir spasial tergolong kedalam sihir yang langka. Sihir itu biasanya hanya ada satu pengguna di setiap judul film animasi yang di tonton Nirvana. Dalam video game, juga termasuk sihir yang langka.
Sihir yang sangat-sangat langka....
"Rasakan itu, dasar penjaga lemah ber-etiket buruk!" Jovan merasa puas.
Kemudian Jovan mulai melangkah mendekati Nirvana.
"Sihir spasial kamu bilang? Kamu memahami sihir langka milikku ini, mantan penjaga sekolah?" Jovan bertanya.
"Sihir spasial adalah sihir yang sangat-sangat langka. Bagaimana kamu mempelajari ini? Apakah ini yang disebut, berbakat?" Nirvana melangkah, menanggapi obrolan.
"Mempelajari? Tentu tidak! Sihir spasial adalah sihir warisan, turun temurun. Aku mewarisi sihir ini melalui magic crest yang ku warisi. Intinya ini warisan keluarga von Ainsworth. Maaf, istilah berbakat adalah ekspektasi yang ketinggian untukku! Selama ini aku hanya mempelajari sihir yang sederhana." Jovan melangkah, menyanggah tebakan Nirvana, ia berkata apa adanya.
Di universe ini, magic crest adalah fitur umum dimana keluarga ahli sihir mewariskan mantra kepada penerusnya. Keluarga sekelas von Ainsworth, pasti punya magic crest warisan yang cukup kuat.
"Tapi aku tidak membenarkan tindakan membuly penjaga seperti barusan!" Nirvana memberi gestur seperti ingin memberi sangsi.
"Aku beneran di sangsi nih?" Tanya Jovan, mengangkat bahu.
"Ikut aku ke ruang pembimbing konseling!" Nirvana kian dekat, melangkah kearah Jovan.
"Tidak-tidak, jangan pembimbing konseling! Bawa aku kepada kepala sekolah saja. Asal jangan si wanita lidah tajam itu! Si papan setrika itu beneran nyebelin," protes Jovan.
"Kamu harus--"
Tau-tau Jovan menyulap sihir spasial tepat dilantai yang Nirvana pijak.
"Apa ini?"
Nirvana reflek, memproyeksikan pijakan dengan pengendalian atas natural energi miliknya. Baru saja kaki hingga lutut masuk kedalam lubang dimensi, kemudian Nirvana melompat keluar.
"Bagaimana--"
Jovan kesal melihat ini.
"Kamu menghindari sihir spasial dengan apa?" Tanya Jovan.
"Aku memproyeksikan pijakan yang melayang diudara memakai teknik proyeksi," ujar Nirvana.
"Baiklah, aku menyerah, silahkan bawa aku ke pada pembimbing konseling sialan--"
"Siapa yang kamu sebut guru pembimbing sialan itu?"
Entah bagaimana, Isyana melintas tepat di belokan lorong, di belakang Jovan. Jovan terkejut karenanya.
"Tidak, anda salah dengar!" Jovan terlihat pucat.
"Lagipula aku males ngabisin waktu buat berdebat dengan kamu! Dasar blonde sialan! Dengan prestasi mu yang payah, tidak ada wanita kelas menengah atas yang mau pasangan dengan kamu! Artinya kamu akan menikah dengan babu di mansion milikmu sendiri--"
"Diam!"
Tidak tahan dengan pernyataan Isyana yang toxic, Jovan membentak dan meminta lawan bicara untuk berhenti mengkritik.
"Ibunda, nak Jovan tidak memiliki pasangan. Pilihkan satu babu untuk menjadi pasangan Jovan karena gak ada putri ningrat yang cinta dengan Jovan--"
"Diam, diam, diam!"
"Tuan muda, aku babu di rumah ini, merasa terhormat menjadi pasangan anda," Isyana menirukan suara dan gestur seorang maid. Lalu kembali kepada suara aslinya, "Inilah prestasi yang bisa digapai oleh Jovan von Ainsworth. Gagal mendapat gadis kelas menengah atas. Bikin malu pendahulu keluarga von Ainsworth."
"Aku benci mendengar hinaan mu! Semua yang kamu katakan, tidak pernah terjadi! Dasar tukang ngatain orang," protes Jovan.
"Kamu duluan sih yang ngatain aku dasar blonde sialan!" Isyana mulai menebar aura permusuhan.
Jovan menahan kesal, mengepal tangannya. Isyana membentuk ekspresi wajah sombong, dengan dagu yang diangkat.
"Waktu pertama ketemu, kamu langsung ngatain aku papan setrika hanya karena dadaku rata, dasar kurang ajar." Isyana memberikan gestur jutek.
"Siapa bilang aku tidak mampu mendapatkan gadis dari kalangan menengah atas? Hentikan ocehan menyebalkan itu, dasar tukang ngatain!" Dengan kesalnya, Jovan melempar mantra crest nya. Sihir spasial di lempar kepada Isyana.
Lubang spasial muncul di pijakan Isyana. Isyana pun masuk kedalam lubang spasial. Akan tetapi, setelah keluar dari lubang spasial lainnya, didekat atap, Isyana malah mampu mendarat dengan selamat.
Mantra levitasi membuat momen jatuhnya Isyana, jadi kian lambat, jatuh dengan tanpa cidera. Isyana mendarat di lantai dalam posisi berdiri biasa.
"Apa yang terjadi?" Tanya Jovan, jengkel karena upaya nya tidak mempan.
"H--ah," Isyana memberi ekspresi wajah sombong. Menolak pinggang, meninggikan dagunya, "Aku hanya perlu merapal mantra levitasi level rendahan untuk mementahkan mantra gimik mu, pirang sialan!"
"Mantra gimik kata mu? Ini mantra dari crest warisan turun temurun keluargaku, dasar si mulut jahat!" Jovan mengumpat kesal atas ucapan Isyana sebelumnya.
Nirvana mengerutkan keningnya, geleng-geleng kepala.
Isyana emang beneran toxic dan bermulut jahat sih. Mantra super langka sekelas sihir spasial, Isyana sebut sebagai mantra gimik. Belum lagi, ketika mantra terkuat yang dibanggakan telah dihina, maka harga diri ahli sihir akan terjatuh.
"APA HANYA AKU YANG GAGAL MENGHINDARI TRIK GIMIK INI!"
Revi yang duduk menyender di tembok, kesal sendiri melihat betapa mudahnya orang-orang selain dirinya untuk menghindari sihir spasial.
"Jangan sebut sihir Exclusive dari keluarga kami sebagai sihir gimik, dasar kamu pecundang!"
Jovan memprotes Revi, lalu Isyana ikutan sebal.
"Jangan ikut bicara kampret!"
Isyana memakai mantra levitasi untuk mengangkat tubuh Revi dan melemparkannya dengan tega ke keranjang sampah.
"Sadis." Batin Nirvana.
Levitasi berbeda dengan telekinesis. Levitasi adalah mantra yang butuh mana point untuk prosesnya. Beda dengan telekinesis yang butuh bar mental untuk prosesnya. Baik skill levitasi atau telekinesis, memiliki kelebihan masing-masing. Levitasi dapat dilakukan sambil bergerak. Sementara telekinesis membuat tubuh dalam keadaan pasive pada pengguna, nyaris tidak bergerak. Seorang spesialis telekinesis seperti Satella bisa melakukan telekinesis sambil bergerak, hanya saja ada pengurangan di dalam movement speed nya.
Tapi ambang batas berat yang bisa diangkat telekinesis melampaui apa yang sanggup levitasi angkat. Jika pengguna levitasi dan telekinesis di adu, maka telekinesis akan menang tenaga.
"Sihir levitasi, tidak akan kuat melawan telekinesis!"
Jovan mengarahkan pedang yang dikeluarkan dari topi sulap pada Isyana. Pedang melesat dengan kekuatan telekinesis. Dengan sihir levitasi, Isyana mencoba untuk menghentikan laju pedang. Tetapi sihir levitasi tidak sekuat tenaga telekinesis. Setidaknya laju pedang semakin melambat.
Ketika pedangnya akan menikam tubuh Isyana, sesuatu berhasil menangkisnya. Gumpalan rambut dibentuk seperti akar mengikat pedang di bagian tengah bilah dan gagangnya.
Isyana memakai chaetokinesis, kemampuan kinesis yang dapat memanipulasi fisik pada rambut.
Chaetokinesis yang powerful ini membuat Isyana pantas disebut sebagai Kaguya berambut hitam.
Apa kalian tahu Kaguya? Wanita dalam banyak cerita urban legend Jepang dengan rambut yang bisa memanjang dan sangat keras. Skill chaetokinesis membuat Isyana memiliki salah satu kekuatan yang persis dengan Kaguya.
Saat ini, panjang rambut Isyana sangat gak masuk akal.
Rambut itu mengayunkan pedang yang digenggamnya. Pedangnya menusuk dinding, tertancap dalam disana. Menegaskan betapa kuatnya tenaga dari chaetokinesis Isyana.
Beberapa saat kemudian, panjang rambutnya kembali normal.
"Baiklah aku menyerah! Silahkan hukum pelanggaran ku karena membolos di jam pelajaran! Tetapi, tolong jangan terlalu toxic atau aku bisa sangat stress!" Jovan menyerah dan mengangkat tangan. Ekspresi Jovan cukup depresi saat harus berhadapan dengan Isyana beserta watak toxic miliknya.
"Amit-amit--"
"Apa katamu?"
Jovan terdiam, bingung atas ucapan Isyana.
"Aku males nasihati kamu dengan kata-kata mutiara ku. Aku pengen gunakan waktu untuk pdkt dengan seseorang! Jadi jangan buat pdkt ku berantakan," ujar Isyana. Gestur terhadap Jovan kini acuh tak acuh.
"H-hah, pdkt katamu? Cih, memang pria gembel mana yang kamu taksir dasar guru konseling sialan!" Jovan melempar hinaan.
"Jangan ngatain gebetan ku, dasar pirang sialan!"
"Biarkan, yang penting aku sukses balas dendam atas kata-kata toxic kamu! Dasar tukang ngatain, mulut jahat, guru konseling tukang bikin stres murid yang diberi bimbingan konseling!"
Baik Jovan dan Isyana sama-sama melempar olok-olokan satu sama lainnya.
"Itu bukan bikin stress, tapi terapi urat syaraf biar murid pada kapok untuk melanggar peraturan!" Isyana mengklaim dirinya benar.
"Pergilah berkencan dengan pria gembel mu!" Jovan masih terus berselisih dengan Isyana.
"Berhenti menghina gebetan ku, ya, dasar blonde laknat! Babi berambut emas!" Isyana semakin emosi dan semakin toxic.
"Siapa sih, gebetan mu, dasar papan setrika?" Tanya Jovan, sambil agak emosi.
"Oh, iya." Sejenak melupakan perselisihan dengan Jovan, Isyana melangkah kearah Nirvana.
Mengarahkan dua jari ke matanya sendiri. Beberapa saat kemudian Isyana mengarahkan kearah mata Nirvana. Itu menjadi bahasa isyarat. Isyarat ajakan bicara empat mata.
"Aku ada urusan dengan mu!"
Isyana pun meminta mengikutinya kearah lain.
"Sekarang aku diabaikan. Dan dia gebetan itu? Dasar tukang harem sialan. Dan kenapa wanita bermulut jahat itu bisa jinak ditangannya, ada apa ini? Sialan!"
Jovan berbicara sendiri seiring perginya Nirvana dan Isyana. Jovan bicara sendiri, menggerutu kesal.