Ini adalah kali keenam Nirvana berlatih di training ground milik Jeageris. Starla memberikan busur panah. Namun ada yang aneh.
"Busur PVC?" Tanya Nirvana.
"Iya, benar," kata Starla.
"Bagaimana aku bisa berperang dengan ini? Kenapa tidak busur komposit saja? Ini sih busur untuk mainan," kata Nirvana.
Busur PVC adalah busur panah terlemah di dunia Nirvana. Busur dengan daya lesatan lemah hanya digunakan oleh para pemula saja. Busur ini terbuat dari pipa plastik, mana mungkin punya daya serang yang kuat, bukan?
"Busur PVC adalah busur khusus untuk latihan teknik spring, ngerti!" Starla menjelaskan.
"Oh...." Nirvana pun mengangguk, paham.
Di antara beberapa sihir dasar di kalangan magic archer, salah satu yang paling dasar adalah teknik spring. Tanpa adanya sihir pegas, magic archer bukan magic archer. Sihir spring, memanipulasi daya pegas dari sayap busur. Tanpa sihir spring, magic archer tidak ada bedanya dengan pemanah biasa.
Daya pegas pada busur panah dimanipulasi. Menjadi lebih kuat daripada aslinya. Dengan kata lain, longbow dengan berat tarikan dua puluh kilogram bisa sekuat longbow dengan berat tarikan empat puluh kilogram, bahkan enam puluh kilogram. Dan itu tergantung dari seberapa tinggi teknik spring yang dikuasai pemanah.
"Kemarin sore sudah aku ajarkan teknik dasar dan teori tentang keahlian sihir spring bukan? Nah, sekarang praktik!" Starla sedang memandu Nirvana.
Nirvana melesatkan anak panah dengan teknik yang ia kuasai. Lalu Starla melepas busur PVC tanpa memakai teknik spring. Ternyata range Starla masih lebih jauh.
Starla melompat untuk dapat memukul belakang kepala Nirvana dengan telapak tangannya.
Plak....
"Teknik mu masih nol, dasar payah! Anak panah tanpa sihir spring yang aku lesatkan, masih lebih jauh tau!" Starla menghardik hasil latihan yang kurang baik.
Selanjutnya Nirvana mencoba lagi memakai sihir spring. Berusaha mengasah potensi sebagai magic archer. Tapi skill pemanah Nirvana masih sangat payah.
Sementara itu Watson berada di posisi lain. Rekrutan pertama tim empat, cukup terampil. Berlatih teknik spring, membuat tangan bagian kiri Nirvana terasa tremor.
Nirvana mengakhiri sisi latihan.
Nirvana baru saja akan pulang dari training ground.
"Cepat cari anggota lainnya!" Starla memerintah.
Nirvana terus melangkah keluar training ground.
"Aku punya tiga orang untuk kamu rekrut!" Heracles mengajukan sedikit bantuan.
"Benarkah?" Tanya Nirvana.
"Tapi bakat mereka biasa saja sih," tukas Heracles.
Nirvana benar-benar meninggalkan area training ground, menyimpan bantuan dari Heracles untuk nanti. Sekarang, Nirvana akan kumpulkan sendiri anggota regu empat.
*************
Di lorong sekolah, dua orang lagi berjalan. Mereka dengan atribut Jeageris, jubah pemanah berwarna merah. Hari sudah sore, langitnya sangat memerah.
"Besok kita pergi ke kota Juno," kata Nirvana.
"Pencarian anggota regu?" Tanya Watson.
Nirvana baru saja akan menuju pantry. Seseorang datang dari arah lainnya.
"Ah, syukurlah kalian disini."
"Leo?"
Kala berjalan di lorong, mereka berpapasan dengan Leonardo. Ia berdiri, membungkuk, tubuhnya bertumpu pada lutut.
"Baru lari dilorong saja sudah kelelahan." Tau-tau seorang datang dari arah lainnya.
Semua menoleh. Dan yang dibuat paling kesal adalah Leonardo.
"REVI, sialan," batin Leo.
Kondisi Revi sudah pulih kembali.
"Lupakan, bicaranya lain waktu!" Kemudian Leo pergi, seolah-olah menghindari Revi.
Kemudian Nirvana dan Watson kembali melangkah. Dan di pantry mereka bertemu Mark.
"Agak sepi?" Tanya Nirvana.
"Mereka sedang berkeliling lorong sekolah," jawab Mark.
Scene berganti dengan gelas-gelas sudah tersedia di meja. Kemudian, asbak tanah liat ditaruh di pinggir meja, dijauhkan dari meja. Mark memantik rokok kayu, kemudian membakar tembakaunya yang dibungkus kertas cokelat. Asapnya mulai keluar.
"Smoking?" Tanya Mark.
"No udud, mang," balas Nirvana.
"What?" Mark tidak mengerti.
"Maksudku, aku tidak merokok," tukas Nirvana.
Mark menghirup lagi tembakau, kemudian melanjutkan.
"Nirvana selalu memakai kata yang unik. Seperti berasal dari dunia lain saja," tukas Mark.
Nirvana hanya melanjutkan dengan menikmati minuman.
"Ngomong-ngomong, setelah Revi mengalami kejadian di koloseum, dirinya jadi berlatih keras. Seolah dirinya akan menjadi pendekar pedang nomor satu saja," Mark memandang dengan mimik apatis.
"Termotivasi untuk menjadi baik, boleh-boleh saja. Asal jangan, apa--"
"Jangan, kenapa?"
Nirvana terkejut ditengah kalimat, terhenti sejenak.
"Jangan-jangan motifnya adalah, untuk balas dendam!" Nirvana terkejut.
"Iya, kalau benar, paling-paling dia yang akan celaka. Mana mungkin kesatria rendahan, bisa menyaingi kesatria papan atas seperti Lancelot? Kalaupun bisa, butuh sepuluh tahun, bukan, dua puluh tahun bagi Revi untuk menyamai level Lancelot. Iya, itupun hanya menyamai, bukannya mengalahkan loh," komentar Mark.
"Aku setuju," ucap Nirvana.
***************
Keesokan harinya Nirvana dan Watson pergi ke kota Juno untuk mencari magic archer potensial. Akademi sihir Blue Rose, adalah satu-satunya sekolah sihir yang mengajarkan build magic archer.
Perjalanan ditempuh amat jauh mengunakan taksi kereta. Mereka berjalan di jembatan kota Juno.
"Apa hanya magic archer yang berbakat saja, yang menguasai keterampilan terbang?" Nirvana bertanya.
"Tidak, bukan keterampilan milik magic archer--"
"Kalau begitu, pyromancer?"
"Juga bukan."
Nirvana mengangkat bahu, lalu Watson menjelaskan.
"Flyng magic adalah keterampilan Exclusive yang hanya dipelajari orang-orang berbakat. Sisanya akan memakai hipogriffin untuk terbang."
Scene berganti dengan mereka menghadap ke kastil yang besar. Bahkan, lebih besar dari kastil di sekolah sihir Griffin. Kastil ini lebih sempit, tapi lebih tinggi seperti menara. Ini menara empat belas lantai, halaman hanya sedikit. Bisa jadi, mereka mendirikan training ground secara terpisah dari kastil.
Nirvana dan Watson memasuki kastilnya.
Scene berganti dengan mereka kini berada di sebuah aula dalam kastil akademi Blue Rose. Dihadapan mereka, adalah sosok berkostum ala pemanah pada umumnya. Kostum pemanah, menegaskan bahwa ia merupakan instruktur pemanah di akademi ini.
Seorang instruktur pelatih, teknik panah, berdiri dihadapan Nirvana dan Watson. Ia melipat tangan.
"Jadi, kalian mau merekrut anggota baru, magic archer yang berbakat? Kalian mau aku rekomendasi para alumni yang berbakat dan sedang menganggur?"
Ternyata niat sudah disampaikan.
"Kalian disuruh Starla, atau Robin?" Tanya instruktur.
"Starla," jawab Nirvana.
"Kalau begitu, aku akan bawakan beberapa alumni berbakat. Kalian tunggu saja! Nanti aku datang ke tenda pasukan Starla--"
"Jeageris!"
"Iya, maksudku Jeageris."
Selanjutnya mereka hanya sedikit berbincang-bincang.
**************
Besoknya Nirvana berada di tenda Jeageris. Nirvana mematangkan teknik spring untuk memperkuat serangan dengan busur panahnya.
Teknik spring ini hanya menguras sedikit mana. Konsumsi nya amat sedikit, sehingga hampir dikatakan sebagai free mana. Maksudnya itu nyaris tanpa konsumsi mana karena dengan sangat sedikit, daya pegas panah meningkat drastis.
"Latihan sejak kemarin gak ada perkembangannya?" Starla datang memberi kritikan.
Melihat Starla yang menghardik latihan Nirvana tanpa ampun, Heracles datang dan menengahi.
"Ya ampun, ya ampun, latihan kan butuh proses. Lagipula, gak semua magic archer itu berbakat. Jangan samakan orang lain dengan kamu. Karena kamu adalah puncak paling tertinggi dari potensi magic archer. Sebagai magic archer, kamu gak ada lawan. Kamu hanya bisa dilawan dengan selain magic archer. Kamu yang terbaik bos."
"Ya ampun, Heracles ini terlalu melebih-lebihkan."
Starla melipat tangan, menatap Heracles secara jutek.
Tidak lama, instruktur pemanah datang dengan beberapa mantan muridnya.
"Pelatih?"
"Yo, Starla...."
Instruktur pemanah pun datang membawa dua puluh alumni yang ber-spesialisasi magic archer. Dua puluh orang yang dibawa oleh sang instruktur. Starla geleng-geleng kepala dibuatnya.
"Aku hanya butuh setengahnya," tukas Starla.
"Kalau gitu, silahkan, cari saja yang terbaik," balas instruktur.
Kemudian Heracles menoleh pada Nirvana yang fokus latihan teknik spring.
"Kita serahkan pada ketua regu empat!" Heracles mengulurkan tangannya kearah Nirvana. Starla menolak pinggang, menatap galak kearah Nirvana.
"WOY!" Starla memanggil, kesal.
"Untuk menguji bakat dan juga kemampuan, aku rasa Heracles jagonya." Nirvana cengar-cengir.
"Dengan kata lain, kamu meminta bantuan ku?" Heracles memasang wajah bangganya.
Singkat cerita, Heracles memilih sepuluh terbaik untuk bergabung dengan regu empat. Namun Starla kelihatannya kurang puas.
"Kenapa bos? Apa aku gak becus dengan mencari bakat di dalam perekrutan?" Tanya Heracles.
"Tidak, hanya saja, dua puluh orang yang dibawa, tadi," terhenti sejenak, Starla meneruskan, "Kemampuan mereka setara army creed. Aku mau mem-build organisasi yang berlabel pasukan khusus terbaik dunia loh. Pasukan khusus kita harus lebih berkualitas dari royal guard, ngerti!"
Merasakan aura kecewa Starla, Heracles mengangkat tangan. Ia mencoba membujuk Starla.
"Sabar bos! Biarkan proses berkata pada hasil. Biarkan seleksi alam yang akan mempertahankan keberadaan orang-orang terbaik kita."
"Kamu benar, bukan saatnya untuk mengeluh," tukas Starla.
Nirvana meninggalkan training ground, Starla menegurnya.
"Mau kemana kamu?" Tanya Starla, sambil menyusul.
"Tentu saja, aku mau pulang lah!" Nirvana berbalik badan.
Pletak....
Starla menjitak Nirvana. Bahkan sampai bunyi suara batok kepala, saking keras jitakkannya. Malah, bukan jitakkan, tapi sudah bisa dibilang sebagai gebukan jengkel.
"Oy, galak sekali kamu bos?" Nada merinding dari Heracles.
"Kamu kan ketua regu empat, jadi, JANGAN PULANG SEBELUM KAMU BERKENALAN DENGAN ANGGOTA REGU MU!" Starla mengomel.
"Ah, aku lupa." Nirvana tertawa.
Dengan jengkel, Starla menendang kaki Nirvana.
"Galaknya," bisik Heracles.
"Orang ini!" Nirvana geram.
Nirvana bersama Watson sedang berkumpul di lapang hijau. Nirvana belum memilih siapa wakil ketua dalam regu empat. Banyak wajah belum dikenal oleh Nirvana.
"Baiklah semuannya! Aku adalah ketua regu empat. Perkenalkan, namaku Nirvana!" Begitulah cara Nirvana memperkenalkan dirinya dengan yang lain.
"Terlalu singkat," bisik Watson.
"Salam kenal!" Beberapa anggota, menjawab serentak. Beberapa orang tidak menjawabnya.
Nirvana terdiam dalam suasana canggung. Kemudian Watson segera mengambil alih.
"Baiklah, semua, perkenalkan nama kalian!" Watson membantu Nirvana yang merasa canggung.
Satu demi satu mulai memberikan namanya.
Kesan pertama, biasa saja namun tidak buruk.
Bersambung.