Chereads / Justice sword (Revisi) / Chapter 112 - Persatuan tiga faksi [3]

Chapter 112 - Persatuan tiga faksi [3]

Lancelot sedang berbicara bersama Revi. Sebenarnya ini berpotensi untuk merusak kedok Satella, sebab Revi adalah kepala kesatria palsu.

"Kamu bukan dari kesatuan royal guard, kan?" Lancelot bertanya.

"Iya bukan, sih," ucap Revi, agak canggung.

"Jadi, sehebat apa kamp kesatria Charlotte itu?" Tanya Lancelot.

Disini Revi semakin cemas, sebab sedikitpun tidak tahu tentang itu. Sekalipun Revi belum pernah ikut pelatihan di training ground yang disediakan keluarga Charlotte.

"Cukup hebat, kami menerapkan disiplin tinggi, sir Lancelot," Revi dilanda kecemasan.

"Jadi, apakah kesatria Charlotte kehebatannya melebihi ordo elite royal guard?" Tanya Lancelot.

Dengan wajah angkuh, yang dibuat seolah terkesan keren Revi segera menjawabnya.

"Tentu saja."

Jawaban tentu saja, sukses bikin Lancelot tersinggung.

"Tapi, setahuku ordo kesatria elite royal guard adalah yang terbaik di kerajaan ini. Bagaimana bisa kalian melebihi kami?" Lancelot mulai mengerutkan keningnya. Lalu Revi akan memberikan jawaban dungu.

"Tentu saja kami lebih baik. Kami nomor satu. Kesatria Charlotte itu lebih hebat dari royal guard. Ordo, apalah, gak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kesatria Charlotte," ujar Revi, dengan raut wajah sombongnya.

"Aku masih tidak percaya," tukas Lancelot.

Lebih parahnya pagi, Revi mulai memasang wajah sombongnya dan menerapkan akting sesuai dengan permintaan. Tapi aktingnya jelas kelewat batas. Melebihi apa yang diminta oleh Nirvana.

"Kuncinya adalah latihan! Mungkin kesatria elite itu bisa banyak belajar lagi dari kesatria Charlotte," Revi bilang.

Lancelot mendengus kesal atas perkataan Revi. Theodore mulai merasakan felling tidak baik. Kata terakhir berakibat sangat fatal.

Hingga titik ini, Satella yang ada di kejauhan, tak sengaja melihat Revi mengobrol dengan Lancelot. Tentu, Satella cemas dan mulai mengirim telepati kepada Nirvana. Nirvana segera memerhatikan kearah meja yang diduduki Revi. Dari jarak meja Nirvana dan Revi, tentu mudah saja bagi Nirvana untuk menguping.

"Apa yang bisa kami pelajari dari kesatria Charlotte, hey anak muda?" Lancelot masih berusaha untuk meredam emosi nya.

"H--hahah, tentu saja berpedang. kalian hanya kuat secara teori saja karena embel-embel kesatria elite. Sesekali, ukur kemampuan kalian dengan kesatria lain. Kalau sampai terbukti kesatria elite itu gak ada bedanya dengan kesatria reguler, bagaimana kalian berkata kepada raja? Kesatria elite hanyalah nama. Saking kuatnya kami, kalian akan kalah semua bila satu orang dari bawahan ku menghadapi kalian." Perkataan yang meninggi telah dikatakan Revi. Sebenarnya Revi menganggap ini sebagai akting.

Nirvana mulai cemas.

"Ternyata benar, apa yang Joan katakan tentang--"

"Tentang apa? Kenapa kamu ini berbicara sendiri?"

"Tidak, bukan apa-apa."

Ray menginterupsi Nirvana yang terlalu fokus mengawasi meja yang ditempati Revi. Nirvana bingung perkara mengambil tindakan apa, sebab Revi sudah kelewat batas.

"Kalau bicara, tolong ditakar dulu!" Lancelot menatap sinis.

"Jangan tersinggung," balas Revi, dengan senyum menyebalkan.

"Kenapa kamu melihat kesana terus-menerus? Kamu mendengar ceritaku atau tidak? Hey teman!"

Ray menginterupsi Nirvana yang perasaannya mulai khawatir.

"Bagaimana bila kamu bertarung denganku, di koloseum!" Lancelot memberi tantangan dengan rasa jengkelnya.

"H-huh, apa katamu? Maaf, aku tak bisa menerima tantangan darimu," balas Revi.

"Kamu bilang kesatria Charlotte itu lebih kuat dari royal guard? Kamu sendiri menolak tantangan dariku?" Lancelot semakin emosi.

Sementara Satella yang dari jauh memperhatikan gerak-gerik Revi, semakin gelisah.

"Huhuhu, NIRVANA TOLONG AKU! TOLONG LAKUKAN SESUATU, atau, nama baik Stella, AKAN TAMAT!" Suara telepati Satella, sangat merengek.

"Aku hanya tidak tega--"

"Huh?"

"Aku hanya tidak mau sampai seseorang dipermalukan." Revi berdalih.

"Apa, aku dipermalukan, kamu tau tidak bahwa aku ini kesatria nomor dua terkuat di Vilenchia!" Bentakan yang agak meledak diberikan oleh Lancelot. Beberapa orang mulai memperhatikan.

"Nomor dua," Revi membentuk senyum penuh arti yang sangat konyol. Kemudian memberi satu jawaban dungu lainnya, "Yang kesatria nomor dua itu generasi pedang suci, kamu nomor berapa memangnya? Akulah yang nomor satunya, dengar!"

Nirvana shock atas akting yang kelewatan itu.

"Membual ada batasnya. Mengapa sampai bilang lebih kuat dari saint sword?" Nirvana bicara dalam hati.

Satella yang terhubung kepada Nirvana dengan jalur telepati pun terkejut mendengarnya.

"H--HU--WAA, KACAU, SEMUANYA SEMAKIN KACAU!" Suara telepati Satella meledak di dalam kepala Nirvana.

Nirvana mengerti bahwa generasi pedang suci adalah entitas terkuat disini. Bahkan dalam beberapa dongeng, apa yang dibilang dengan pedang suci, kekuatannya pasti tergolong overpower. Untung saja pedang naga suci tak dengar.

"Orang dungu mana yang mengaku lebih kuat dari pedang suci?" Batas kesabarannya Lancelot pun tidak terbendung lagi.

Kemudian seseorang datang dan mencegah keributan ini.

"Coba pikirkan, nama baik lady Lavenza akan tercoreng bila kepala kesatria Centauri terlibat sebuah keributan di tengah pesta!" Orang tidak dikenal, menegur Lancelot.

"Salamander?" Lancelot terdiam.

"Gila deh, penjaga sekolah yang bernama Revi, sampai senekat ini?" Nirvana berbicara dalam hati.

"Ku mohon!" Salamander berlutut untuk membujuk Lancelot.

"Syukurlah, ada yang mencegah. Kalau tidak, aku takut kamu akan dipermalukan," ucap Revi.

"Ahem!" Theodore mulai jengkel dengan Revi.

Lancelot dan Salamander segera meninggalkan Revi.

Nirvana menghela napas lega dikarenakan keributan sanggup dicegah.

"Terimakasih, Salamander," bisik Nirvana.

Pria yang bernama Salamander, memiliki rambut hitam pendek. Model rambut, poninya tersisir kebelakang. Tidak terlalu spesial jikalau dilihat dari penampilan. Kemudian, Salamander hanyalah julukan. Sampai saat ini Nirvana belum tahu nama asli Salamander.

Selanjutnya Nirvana menikmati alunan musik, hidangan ala rumah makan mewah, dan obrolan santai. Tanpa terasa, waktu pun berlalu dengan cepat.

Singkat cerita, Nirvana berada di dalam gerbong kereta naga. Dalam perjalanan pulang bersama Satella.

************

Duduk, Satella bersorak-sorai atas selesainya acara ini.

"Fuh, aku lega. Aku cemas banget waktu kepala kesatria palsu bicara dengan sir Lancelot." Satella melepas penat, menyender di kursi gerbong.

"Tapi syukurlah, ada Salamander," tukas Nirvana.

"H--huh, Salamander? Pokoknya, sekarang udah lega." Satella mulai menyenderkan kepala di jendela.

Scene berganti ketika Nirvana dan Satella melewati pintu lantai satu, kastil sekolah. Kemudian Theodore menghampiri Satella.

"Lapor, master! Aku melihat unit kavaleri yang membuntuti kira dari lokasi pesta sampai ke kastil kita," tukas Theodore.

"Laporan diterima, ditindaklanjuti esok hari." Satella menghela napas, terasa lunglai.

Berjalan menuju tangga pertama, langkah Satella gontai.

"Hoam, hei Vana, apa kamu suka dengan gaya gotik ku?" Satella bertanya.

Sejujurnya, riasan gotik Satella gak ekstrem. Tergolong riasan minim, tidak terlalu aneh.

"Keren," tukas Nirvana.

Singkat cerita, Nirvana menuju ke dormitori. Tepat sebelum belokan menuju dormitori, seorang sedang berdiri menyender di dinding. Ia disana sedang santai, merokok. Dan ternyata itu adalah Mark.

"Apa Revi tidak membuat kacau?" Tanya Mark.

"Pusing jika diceritakan. Ceritanya besok saja," tukas Nirvana, seraya berjalan ke pintu ruang dormitori.

Sesampainya di ruang kamarnya sendiri, Nirvana menjatuhkan diri di ranjang. Sekilas, kamar ini mirip dengan kamar rumah susun yang sederhana. Mungkin kamar owner sekolah akan sangat bagus, sama bagusnya dengan kamar hotel, iya mungkin saja.

Waktu sangat larut. Tengah malam sudah lewat beberapa jam yang lalu. Dikatakan tidur sangat larut, maka Nirvana akan bangun kesiangan di keesokan harinya.

Terpejam dan terlelap....

**********

Pagi hari, tepatnya jam setengah sepuluh. Sebenarnya ini dua puluh menit setelah Nirvana bangun dari tidur. Hanya saja ia mandi dengan cepat, karena merasa akan terjadi sesuatu. Takut-takut, segala jadi berjalan buruk apabila ia keasikan tidur dan bangun lebih siang lagi.

Namun, memilih pergi ke pantry untuk sarapan. Dan ternyata para penjaga berada di pantry sehingga lorong-lorong menjadi sepi dari penjagaan.

Kebetulan disana ada banyak kru penjaga. Kru penjaga terbagi atas kalangan muda dan tua. Dan yang paling senior dikalangan tua yaitu Pete. Memiliki warna kulit dan perawakan ala Eropa, tetapi juga punya wajah udik ala pedesaan. Bahkan, senior Pete punya ciri-ciri berupa gigi tonggos. Selain itu, ia memiliki perawakan yang besar seperti seorang bodyguard ideal.

Diluar penampilan sangarnya, Pete cukup jenaka dan murah senyum.

"Sudah kuduga, Nirvana akan ke pantry," seru Mark.

"Sarapan," sahut Nirvana.

"Hey, aku tanya, apa yang terjadi?" Tanya Mark.

"Obrolan santai dengan generasi pedang suci yang melegenda itu. Cerita dari pedang suci, selalu jadi cerita seru. Kemudian tiga pewaris rumah penyihir, adalah tiga gadis tercantik sejagat. Salah satunya bertubuh kecil, tapi cute, lavenza. Kemudian--"

"Kemudian apa?"

Saat sampai pada kata kemudian, Nirvana menghela napas berat dan mulai stress. Kemudian Mark jadi tidak sabaran ingin mendengar kelanjutannya. Leo yang bukan kru penjaga, juga ikut nongkrong. Lalu rekan Mark yaitu Joan. Beberapa penjaga yang tidak bisa disebutnya namanya, berkumpul, sarapan.

Lebih tepatnya disebut sarapan ke-dua.

"Revi mengacaukan segalanya. Aku bingung mau berkata apa." Saking stress nya, Nirvana membenturkan kepala kemeja.

"Sudah kuduga, ini akan terjadi," gumam Joan.

"Aku gak memprediksi ini. Ku pikir hanya berakting saja. Ternyata Revi benar-benar omong besar. Kalau membuat masalah, dia lah jagonya." Mark angkat tangan.

Sementara Leo santai saja sambil meminum kola hitam yang telah dicampur es batu.

"Kalian tahu--"

"Ya,ya,ya?"

Semua tidak sabar mendengarkan cerita Nirvana.

"Dia bilang, dia adalah kesatria nomor satu. Sementara generasi pedang suci nomor dua. Lalu ia bertanya kepada Lancelot. Lantas kamu kesatria nomor berapa--"

Nirvana terhenti, menghela napas kemudian ia mengakhiri dengan, "Begitu katanya."

Atas cerita Nirvana, semuannya kompak berseru, jengkel.

"Ya ... ampun!"

Semua nampak bingung untuk mengomentari tindakan dungu dari rekannya itu.

Tidak lama kemudian, datanglah seseorang ke dalam pantry.

"Masalah apa lagi yang dibuat oleh Revi?" Tanya Pete, diakhiri dengan senyum jenaka yang memamerkan gigi tonggos nya yang khas. Semua perhatian tertuju pada pria badan besar itu.

"Ah, bang Pete, kamu harus dengarkan ceritanya. Tadi Nirvana bercerita tentang tindakan dungu Revi. Apa kamu mau mendengar, bang Pete?" Tanya Mark.

"Bukan, maksudku apa yang telah dilakukan Revi? Karena tadi banyak orang dengan seragam militer elite datang mencari Revi. Aku berharap Revi jera, jadi ku kasih tahu mereka tentang keberadaan Revi," tukas Pete.

Apa yang dikatakan Pete sukses membuat semua melongo dan juga shock kala memikirkan situasinya.

"Holly shit!"

Semua nampak panik atas laporan Pete, pusing karena situasi yang jadi semerawut.

Bersambung.