Tolong dukung cerita ini dengan memberi power stone, ok.
______________________________________________
Satella berjalan, mengikuti Lea dari belakang. Menuju ke sebuah meja. Mereka terus berjalan ke suatu tempat. Di sini, meskipun rumput pendek terhampar, tapi ada karpet digelar disepanjang area pesta dan lilin-lilin ditata dipingigran karpet. Banyak meja bundar dan beberapa kursi pesta. Jumlah kursi tiap meja menegaskan bahwa itu di desain khusus untuk kelompok pesta.
"Ray, apa dia jadi kepala kesatria kamp mu kan?" Tanya Satella
"Benar," sambil terus berjalan, Lea melirik kearah Satella. Kemudian berkata, "Jangan bilang kamu belum tahu kalau setiap pewaris rumah penyihir utama, boleh meminta kepada kerajaan untuk disediakan kesatria terbaik dari royal guard. Bukankah kamu sudah tahu, kan?"
Tiba-tiba Satella terhenti, wajah menjadi shock. Satella merenungi betapa bodohnya dia karena tidak mengetahui hal sekecil ini. Terlebih, Penthesilea tersenyum penuh arti kepada Satella, menaikan alisnya.
"Ah-haha, aku tahu kok," Satella berdalih. Dengan ekspresi bangga yang dibuat-buat, Satella memberi alibi, "Kesatria yang dilatih oleh keluarga Charlotte, adalah jajaran kesatria nomor satu. Bahkan, kru kesatria dari kamp pelatihan punya kualitas diatas royal guard."
Seorang pria mendengarkan tanpa sengaja. Kemudian pria berambut panjang menginterupsi.
"Ordo kesatria elite royal guard! Itu cara penyebutan yang benar. Kami bukan sekadar kesatria biasa-biasa, ingat!"
Satella dam Penthesilea menoleh kearahnya.
"Lalu, siapa anda?" Tanya Lea.
"Nyonya Red, nyonya--"
"Stella!"
Orang itu memandang Satella dan men-jeda seolah tidak tahu siapa namanya.
"Ah, bodohnya aku. Aku lupa nama seorang arc mage yang bertarung bersama Ray waktu penyerangan Geffenia oleh musuh," ia berkata.
"Oh, aku jadi tersanjung, huhuhu." Satella memasang wajah bangga. Ketawa garing nya itu terhenti di tengah jalan.
"Nyonya sekalian, perkenalkan, namaku Lancelot! Aku merupakan kesatria terkuat kedua di ordo elite kesatria royal guard. Aku orang terkuat kedua setelah Ray Scarlett." Pria dengan pakaian pesta tanpa dilengkapi senjata dan armor itu memperkenalkan diri sebagai kru kesatria elite royal guard.
"Senang kenal dengan anda, sir Lancelot," sahut Satella.
Lancelot berperawakan jangkung yang sepantaran dengan Ray.
Lancelot memiliki rambut hitam panjang dengan pola terbelah dia dikeningnya. Bahkan lengannya kelihatan lebih kekar dan berotot daripada Ray. Rambut Lancelot sedikit bergelombang diujung nya.
Lancelot memiliki bola mata yang agak lebih besar. Namun tidak besar-besar amat, masih ada pada batas normal. Selain itu, memiliki hidung mancung. Untuk ukuran keturunan ala ras Eropa pada umumnya, wajah Lancelot, sangat tampan. Dan, nyonya Red hampir tidak berkedip kala melihatnya.
Lancelot tersenyum tipis.
"Sekali lagi, aku tanya. Apa benar, kesatria dari kamp militer klan Charlotte itu lebih kuat dari ordo kesatria elite, royal guard? Apakah benar?" Tanya Lancelot.
Satella kepalang tanggung. Kalau mengakuinya sebagai kebohongan belaka, maka Satella akan sangat merasa malu. Menarik napas dan mempertahankan kebohongan.
"Tentu," Satella tersenyum, mata terpejam, memberi gestur bangga. Kemudian Satella menjawab, "Aku punya kepala kesatria yang sangat hebat. Yang terbaik di dalam kamp militer bangsawan, Charlotte, loh."
"Hmmm, jadi penasaran. Baiklah, nyonya sekalian, sampai jumpa." Lancelot berjalan, menjauh dari Penthesilea dan Satella.
Kemudian, Penthesilea kembali menuntun kearah tujuan.
Menuju ke suatu meja, dari jauh, seseorang melambaikan tangan. Seorang gadis dewasa matang yang berambut pirang panjang. Gadis berambut pirang dengan gaunnya yang elok, serba biru.
Dan pada akhirnya, sampai.
"Hai, hai, kamu pasti nyonya Red." Seorang gadis menyambut.
"Iya, aku sendiri--"
"Ahem!"
Satella berdeham, menginterupsi.
"Maksudku, iya, aku bersama Miss Charlotte ini." Penthesilea menoleh kearah Satella, lalu kembali lagi menatap gadis itu.
"Aku Cindy." Kemudian gadis itu memperkenalkan namanya.
Mereka bertiga pun mulai duduk.
Dan entah bagaimana, saat Cindy mulai duduk, alunan music jazz berganti. Musiknya menjadi lebih berbeda, seperti agak khas dan berbeda. Seolah berganti menjadi irama yang menggambarkan image wanita elok yang bernama Cindy.
Cindy tertawa ringan kala mulai bertukar basa-basi.
Cindy memiliki wajah cantik dan rambut pirang bergelombang yang panjangnya sampai sepunggung. Memakai bando lucu, rona pada bibirnya sangat cantik.
Hingga datanglah seorang anak perempuan kecil yang imut, lucu.
"Cindy!"
"Hehehe."
Cindy tertawa saat melihat kearah anak kecil itu.
"Hei, adik, kakaknya lagi ngobrol bersama kali. Tunggu sebentar yah, adik manis," ucap Satella.
Anak kecil itu menoleh, menatap Satella dengan tatapan galak. Anak kecil menolak pinggang, melotot, kelihatan sebal pada Satella. Cindy tertawa ria menyaksikan betapa kesalnya anak kecil lucu ini. Sesaat setelah tawanya berhenti, Cindy membuka suaranya.
"Ahem," Cindy berdeham, berusaha menahan gelak tawa. Cindy sangat mengkondisikan diri supaya dapat serius. Kemudian memandang dua pemimpin rumah penyihir, "Mohon maaf, sebenarnya dialah pewaris rumah penyihir Centauri. Lavenza, walau kecil, usianya 23 tahun loh."
Baik Penthesilea ataupun Satella, sama-sama terkejut. Mereka berdua menatap satu sama lainnya.
"Dia lebih tua dari kita?" Wajah mereka berdua, agak shock.
"Kamu gak nyuruh aku duduk!" Lavenza melotot pada Cindy.
"Ah--hahaha," Cindy tertawa ria, kemudian terhenti, "Maaf, maaf."
Lavenza memiliki rambut emas panjang. Ia memakai bando yang serupa dengan Cindy. Juga gaun berwarna biru yang nyaris sama. Gaun biru dengan rok selutut dan kakinya lentik, memakai sepatu berjenis boot semata kaki dengan bagian hak yang pendek.
Lavenza memiliki wajah yang imut. Bibirnya yang kecil dan lucu, matanya besar persis anak-anak, seperti anak kecil imut. Alisnya juga tipis, menghiasi mata indahnya. Punya mata besar dengan iris mata yang berwarna kuning. Kuring matanya sepertinya warna bunga marigold.
Rambutnya terlalu panjang hingga mencapai pinggang. Malah, dapat tertindih saat duduk jika ia tidak hati-hati, saking panjangnya itu.
Tidak ada yang lebih imut dari ekspresi marahnya lavenza, dengan wajah cute seperti anak kecil.
"Semuanya, perkenalkan, namaku adalah, Lavenza Henrietta Centauri." Lavenza memperkenalkan dirinya secara formal.
Lalu Cindy segera berdiri. Cindy menarik kursi agar lavenza dapat duduk dengan nyaman.
"Sial, inikah forbidden ritual yang dinamakan, duduk!" Lavenza pun cemberut.
Wajah cemberut lavenza membuat Cindy tertawa.
"Ah, maaf, aku lupa," seru Cindy.
Saking pendeknya, lavena agak kesulitan untuk duduk. Bahkan ia dibantu oleh Cindy dengan sedikit diangkat untuk duduk.
Lavena sangat kecil, mungkin saja tingginya 140 centimeter saja. Atau, bahkan lebih pendek dari itu.
"Walau begini-begini, aku penyihir kelas S tau!" Lavenza memberi raut wajah jutek.
Mendengar gelar penyihir kelas S, Satella nampak cemas. Tapi lanjut berkata, "Aku juga penyihir kelas S."
Kemudian Lavenza menatap Cindy, mengulurkan tangan padanya.
"Kalian sudah kenalan sama Cindy kan?" Tanya Lavenza. Dan di balas anggukan oleh Penthesilea dan juga Satella.
"Ini dia, harta mulia keluarga kami. Thunderbird, Cindy adalah mahluk mitos, yang secara turun-temurun sudah bersama keluarga Centauri."
Atas penjelasan Lavenza, mereka berdua terkejut. Satella melongo dengan mulut terbuka, "O--oh, oh."
"Sekali lagi, biar aku perkenalkan diriku, sekali lagi. Namaku adalah Penthesilea, aku pewaris rumah penyihir Scarlett. Salam kenal yah, lady Lavenza." Penthesilea memberi gestur hormat.
Sementara Satella masih malu. Baginya memalukan karena telah keliru menyangka Lavenza sebagai adik perempuan Cindy atau keponakan Cindy. Pewaris Centauri bukan Cindy, tapi Lavenza.
"A--aku Satella, aku dari rumah penyihir Charlotte," ucap Satella.
"Salam kenal, Penthesilea. Salam kenal, Satella." Lavenza membalas keramahan dua sekutunya.
Tiba-tiba, ada seekor kucing hitam melompat keatas meja.
"Hu--huah, KUCING HITAM! Pasti membawa kesialan," seru Satella, sedikit menjerit karena kaget.
"Itu hanya mitos tau!" Lavenza pun menatap jutek kepada Satella.
Kemudian Lavena mengelus-elus kucing hitam itu. Anehnya, kucing hitam memiliki sayap. Sayap itu seperti sayap kelelawar, berwarna hitam seperti sayap Batman. Iris matanya, kuning seperti bunga Merigold.
"Fairy cat?" Penthesilea mencoba menyentuh kucing. Ia mengelus kucing hitam itu dengan lembut.
Satella juga mencoba memegang bulu-bulu kucing, tapi Satella kena cakar.
"Adu-du-duh," keluh Satella.
"Jangan kasar, MORGAN, le ... Fay!" Lavenza memarahi kucing hitam.
"Maaf, lady Lavenza," balas kucing.
Ternyata kucing ini bisa bicara. Anehnya kucing ini punya nama mirip dengan legenda penyihir didalam dongeng kesatria meja bundar.
"Jangan-jangan kamu spirit, ya?" Tanya Satella.
"Kok tau?" Lavenza.
Kemudian kucing hitam, fairy cat Morgan menatap Satella dengan tatapan kurang suka. Morgan pun menatap dengan sorot mata sinis.
"Aku ini great spirit!" Morgan menjulurkan lidahnya.
"Dasar kucing jelek!" Dan di balas oleh Satella dengan menjulurkan lidah juga.
Sepertinya Satella dan Morgan bakalan kurang akrab.
************
Sementara itu disisi yang agak jauh. Nirvana mengobrol santai dengan kesatria pedang naga, Ray Valerious. Sedikit penasaran, Nirvana sedikit menggeser posisi kursinya sehingga dapat melihat ke tempat Satella dan para pemimpin rumah penyihir.
Walau agak jauh, kurang jelas apa yang dibicarakan, yang jelas bisa kelihatan. Itu saja.
Sampai datanglah seorang pria jangkung dengan rambut hitam panjang. Dan ia, menyapa Ray dan beralih kepada Nirvana.
"Jadi, ini kepala kesatria dari faksi rumah penyihir Charlotte?" Pria itu memandang kearah Nirvana.
"Bukan, tapi aku kepala urusan internal," sanggah Nirvana.
"Oh," Sejenak, dia mengalihkan pandangannya kearah lain. Lalu kembali menatap Nirvana, ia pun bertanya, "Lantas mana kepala kesatria dari faksi Charlotte itu?"
"Seorang pria yang berambut hitam. Beliau sedang berbicara bersama seorang pria berambut silver yang bergaya spike." Nirvana menatap kearah Theodore yang lagi duduk bersama Revi. Lancelot menatap kearahnya juga. Lalu Lancelot pun segera melangkah kesana.
"Aku punya felling buruk," kata Ray.
"Jangan bilang, perkelahian akan terjadi!" Minerva resah.
Lancelot melangkah ke meja yang ditempati Theodore.
"Permisi, bolehkah aku membaur?" Tanya Lancelot.
"Boleh saja," jawab Theodore.
Lancelot duduk. Sesekali Lancelot memandang Revi, membuat Revi sedikit merasa cemas.
"Perkenalkan, namaku adalah Lancelot. Aku berasal dari ordo kesatria elite royal guard. Saat ini, sebagai kepala kesatria, rumah penyihir Centauri."
"Namaku Theodore."
Dan mereka berdua saling berjabat tangan. Kemudian, Lancelot beralih menatap Revi.
"Dan kamu?"
"Namaku Revi, kepala kesatria, di rumah penyihir Charlotte." Revi menjadi cemas dikala ia berjabat tangan dengan Lancelot.
Berlanjut.