Chereads / Justice sword (Revisi) / Chapter 110 - Persatuan tiga faksi [1]

Chapter 110 - Persatuan tiga faksi [1]

Setiap beberapa dekade, pewaris rumah penyihir terkemuka akan berkumpul. Satu abad kebelakang, hanya tiga rumah penyihir yang kompak dalam perserikatan ini.

Rumah penyihir adalah kasta tertinggi di dunia sihir. Di kasta bawah, ada serikat penyihir. Ada banyak serikat penyihir, yang meminta bimbingan dari rumah penyihir terkemuka. Ada banyak penyihir dari serikat penyihir yang berharap bisa naik kasta menjadi penyihir yang dipekerjakan rumah penyihir terkemuka.

Kehebatan rumah penyihir adalah pewarisnya dipastikan sebagai ahli sihir dengan garis keturunan yang panjang. Dan pastinya, berdarah murni penyihir. Lalu anggotanya berisi para praktisi sihir terkemuka yang garis keturunan penyihir nya panjang. Memiliki harta mulia yang diwariskan, banyak artefak sihir tingkat tinggi yang turun temurun. Perpustakaan terlengkap dengan banyak penelitian. Lokakarya sihir, adalah mahakarya terbaik.

Tiga rumah penyihir tersohor, dihormati, adalah rumah penyihir Charlotte, Scarlett, Centauri.

Pada malam hari, pertemuan ini diadakan di mansion utama dari keluarga aristokrat Scarlett.

___________________________________________________

Kereta naga memasuki pagar besi rumah aristokrat. Melalui jalur dengan batu pipih yang mulus dan berseni. Jalur panjang sampai di sebuah aula dekat pintu depan mansion. Seorang kepala pelayan ditemani beberapa kesatria. kru kesatria menyetop kereta orang ningrat. Butler berbicara ke pada pengemudi kereta naga.

"Pesta diadakan secara outdoor di halaman belakang!" Sang butler menunjukkan arah pakai jempol.

"Baik lah pak!" Kusir mengarahkan kereta menuju rute itu.

Sementara di dalam gerbongnya, berisi dua orang. Mereka sedang berbicara.

"Kamu ingat kan, arahan ku tadi?" Tanya Satella.

"Ingat," balas Nirvana.

"Good." Satella merasa puas.

Nirvana POV.

Satella akan menghadiri pesta ini sebagai pewaris rumah penyihir Charlotte. Setiap faksi memiliki kepala kesatria, kepala pelayan, kepala urusan internal. Aku disini berakting sebagai kepala urusan internal, mirip manajemen gitu. Kemudian tangan kanan pewaris rumah penyihir.

Faktanya, Satella tidak punya tiga bagian itu. Ketika berbicara kepala pelayan, sebagian pelayan adalah seorang war maid atau war butler dengan kecakapan melindungi sang pemimpin rumah penyihir dari ancaman assassin dan sebagainya.

Ketika berbicara tentang kepala kesatria, adalah pemimpin ordo kesatria bangsawan. Mereka, para pewaris rumah penyihir butuh itu. Kamp kesatria dibutuhkan para pemimpin rumah penyihir untuk tugas-tugas besar. Rumah penyihir adalah pilar yang mempengaruhi, seberapa kuat era pemerintahan seorang raja. Raja, dari generasi ke generasi selalu mengandalkan para pewaris rumah penyihir.

Kepala urusan internal, adalah seorang yang memimpin lini manajemen. Yang disebut tim manajemen di sini fungsinya mengurusi pengelolaan seperti mengelola plantation, mengatur pertukaran, mengumpulkan sumberdaya bahan mentah untuk membuat lokakarya sihir, dan sumber pemasukan juga dikelola kepala urusan internal dan tim.

Intinya kepala urusan internal mengelola ekonomi dan logistik rumah penyihir.

Tangan kanan penyihir hampir serupa dengan ketua guild dalam serikat penyihir. Mereka, tangan kanan pewaris, memimpin regu utama yang terdiri dari beberapa penyihir kelas S. Tim lain adalah penyihir yang kualifikasinya lebih rendah dari penyihir kelas S.

Nyatanya, bahkan Satella belum punya sertifikat penyihir kelas S untuk dirinya sendiri. Dan belum memiliki tim inti yang terdiri dari penyihir kelas S.

Aku sebagai kepala urusan internal, hanya kebohongan belaka. Tujuan aku kesini, hanya berakting agar terkesan seolah-olah Satella punya seorang kepala urusan internal dan lini manajemen nya. Nyatanya tidak ada sama sekali.

Aku diperintahkan memilih satu penjaga sekolah untuk berakting sebagai kepala kesatria. Nyatanya, Satella tidak punya kesatria papan atas dan kamp kesatria nya.

Lalu Minerva sebagai kepala maid. Padahal dia bukan war maid yang sesungguhnya.

Disini aku hanya harus berakting!

POV end....

Kereta naga berhenti di aula parkir yang telah ditentukan. Kusir pun mengetuk pintu, memberitahukan bahwa mereka sudah tiba.

"Sebentar, aku sedang siap-siap!" Satella bersuara keras kearah kaca.

Kusir mengangguk dan segera pergi dari depan pintu kereta.

"Hei, tolong pegang cermin ini!" Satella menyuruh Nirvana. Lalu Satella menata diri.

Di luar kebiasaan, tampilan Satella berbeda dari biasanya. Ini bukan membicarakan tentang seberapa cantiknya hari ini. Satella tampak sangat nyentrik.

Gaun hitam tanpa lengan, rambut dikuncir ekor kuda. Satella sedang merias bibirnya dengan lipstik berwarna hitam, ia juga memakai eyeshadow warna hitam yang memberikan kesan gotik.

"Datang ke pesta dengan tampilan gotik?" Tanya Nirvana.

"Kalau gak kaya gini, semuanya gak akan mengenali aku. Ini gaya ku sewaktu kecil dulu. Aku dan gadis yang selalu memakai armor itu--"

"Lady in armor?"

"Si tomboi itu, salah satu rival bebuyutan ku sejak kecil. Kalau pewaris Centauri, aku gak kenal."

Menaruh kosmetik dalam tas lalu melihat ke kaca.

"Namanya Lea. Tapi sekarang Lea dijuluki nyonya Red," tukas Satella.

Mereka pun bergegas keluar dari gerbong kereta naga. Nirvana kini bersama Satella versi gotik. Saat melirik Satella, seolah Nirvana lagi melihat Satella versi raja iblis. Ia tampak menakutkan tapi sangat cantik dengan gaya gotik nya itu. Gaunnya yang tanpa lengan itu, memamerkan tangan mulus nan indahnya.

Dari belakang, rambut ekor kuda, sangat cute.

Ditengah langkah, Satella terhenti, menoleh kearah Nirvana.

"Apa lihat-lihat!" Akting galak yang dibuat-buat, ditunjukkan Satella.

"Ekspresi galak yang sangat cute," gumam Nirvana.

"Huhuhu, puji terus!" Kini Satella membuat wajah senyum dengan seringai yang terkesan fungky. Menolak pinggang mengangkat dagunya, aktingnya itu terkesan angkuh dan keren.

Satella mencari meja yang telah ditempati rombongannya. Ada Theodore, tentu Satella harus membawa Phoenix, harta mulia rumah penyihir Charlotte. Revi, duduk bersama Theodore. Di sisi lainnya, Minerva duduk sendiri.

Minerva tampil sangat cute dengan kostum maid. Untuk sementara, Satella duduk bersama Minerva.

"Mau ku ambilkan minum, nyonya besar?" Minerva berakting seperti pelayan wanita. Dan itu bermaksud bergurau saja.

"Ambilkan juga untuk suami ku tercinta, ohohoho." Satella berakting seolah-olah ia seorang nyonya besar. Sama seperti Minerva, Satella juga hanya bergurau.

Hingga datanglah seorang butler membawa gelas sampanye diatas nampan perak.

Di taruh gelas, masing-masing mendapat satu.

"Silahkan dinikmati." Setelah itu, butler pergi ke meja lain.

Minerva mengangkat gelas dan mencium aromanya.

"Ini minuman beralkohol, kamu minum?" Minerva bertanya pada Satella.

Namun Satella hanya diam saja dengan wajah bete. Dari sini bisa terlihat bahwa Satella bukanlah peminum. Kemudian Minerva menatap kearah Nirvana untuk menanyakan.

"Dia juga tidak!" Satella memotong, seolah menjadi juru bicara bagi Nirvana. Walaupun sebenarnya Nirvana mau menjawab bahwa ia tidak minum alkohol.

"Yasudah." Minerva mencicipi sampanye, sedikit demi sedikit.

Hingga seseorang datang.

"Sudah kuduga. Stella tidak minum sampanye." Suara seorang gadis, berdiri dibelakang Satella. Gadis berambut merah berpindah posisi hingga ada di hadapan Satella.

"Penthesiela?" Satella kaget.

"Stella...."

"Penthesiela...."

Mereka saling memanggil nama beberapa kali. Sampai Minerva berbisik pada Nirvana.

"Sepertinya mereka teman lama," bisik Minerva.

Ia sangat kontras dengan Satella. Penthesiela tampil dengan gaun berwarna putih, serba putih dan sangat cerah. Gaun putih tanpa lengan, memamerkan lengan atas yang atletis, kemudian ada sedikit lemak. Pinggang montoknya diikat dengan sebuah kain dengan pola membentuk pita, pita yang lucu. Rambutnya merah, merah gelap, terurai dengan poni belah samping. Wajahnya memberi kesan sedikit jenong, tapi cantik. Gadis rambut merah sangat cantik. Rambutnya panjang terurai, berkibar setiap bergerak atau melangkah.

Untuk kali kedua, Minerva berbisik pada Nirvana.

"Sial, nyonya red ini lebih montok dariku," bisik Minerva.

Ya benar....

Selain lengan atas yang atletis layaknya atlet voli wanita, tubuh Penthesiela sangat montok, dan sangat menarik. Terutama pada bagian pinggulnya itu, yang diikat sebuah pita lucu.

"Pakai gaun putih? Memangnya pengen menikah apa, Penthesiela?" Tanya Satella, dengan maksud menyindir.

"Seleraku, kok kamu yang nyinyir. Suka-suka akulah mau pakai gaun warna apapun! Habisnya aku tahu kamu pasti pake gaun hitam, biar kamu dan aku berlawanan maka pilihanku ya ini," ujar Lea.

"Huff, dasar semok!" Satella menjulurkan lidahnya.

Namun Penthesiela tidak merasa tersinggung, justru menunjukkan ekspresi bangga.

"Malah senang dibilang montok?" Minerva kembali berbisik kepada Nirvana, sambil mengedutkan alis.

"Kamu bawa pelayan, dan pacar?" Tanya Lea.

"Ah, perkenalkan, kepala urusan internal ku!" Satella mengulurkan tangan kepada Nirvana.

"Oh, ya?" Lea memiringkan kepala.

Di balas dengan memperkenalkan, "Namaku Nirvana."

Penthesiela ini punya mata yang paling indah. Matanya elok sekali, seperti mata intan atau berlian." Satella mengomentari.

"Benar juga." Secara tidak sengaja, Nirvana menatap takjub ke mata indah Lea.

"Jangan pandangan!" Dan seketika, Satella menutupi kedua bola mata Nirvana dengan tangan lentiknya.

"Ara, felling apa ini? Jadi ini kepala urusan internal, atau pacar Stella?" Lea bernada sarkastik.

"Kan aku sudah bilang!" Satella bernada jutek.

Penthesiela tertawa karena raut wajah Satella yang jutek.

Kemudian Penthesilea menatap kearah Minerva, "Jadi, ini pelayan setia mu?"

"Namaku Minerva, Miss Lea," ucap Minerva, sedikit menunduk untuk memberi gestur hormat.

"Wah-wah, ini sih kelewat cantik. Lebih seperti sosok dari kalangan menengah yang tinggal residen berlantai empat daripada seorang pelayan wanita," tukas Lea.

"Aku emang gak main-main dalam memilih pelayan. Tapi, secantik apapun pelayan, babu tetap babu." Satella menanggapi pendapat dari Penthesilea.

Minerva cemberut, menahan rasa jengkel atas ucapan Satella. Respon dari Penthesilea adalah nada tawa yang ringan.

"Ayo, ikut aku! Aku akan menyapa pemimpin Centauri," ajal Lea.

Maka Satella pun pergi bersama Penthesilea dan meninggalkan Nirvana dan Minerva, bersamaan.

Setelah Satella menjauh, Minerva mendesis kesal.

"Pengen ku jahit, mulut nyebelin Stella," Minerva menggerutu. Lalu memukul meja, tidak terlalu keras. Minerva mengumpat, "Babu tetap babu? Nyebelin banget aktingnya!"

Lantas, datanglah seorang yang sepertinya agak familiar diingat.

"Yo, ketemu lagi," seru orang itu.

Sekilas Nirvana memerhatikan sesenang dengan baju pesta yang formal. Meskipun ada di dalam sebuah pesta, pria itu membawa sebuah pedang agak besar pada pinggangnya.

Itu bukan senjata penjaga ataupun senjata tugas. Senjata pusaka yang menjadi icon keluarga Scarlett. Tak lain, adalah pedang naga suci.

"Ray?" Nirvana sedikit kaget.

"Sudah lama, sejak waktu itu, siapa pun kamu," ucap Ray.

"Namaku, Nirvana."

"Salam kenal."

Ray duduk, bergabung di tengah pestanya.

Kebanyakan adalah kerabat dari keluarga Scarlett dan kerabat dekat sampai kenalan dengan Penthesilea. Beberapa orang tak dikenal sedang berdansa diiringi alunan terompet dan biola musik jazz.

Berlanjut.