Chereads / Justice sword (Revisi) / Chapter 99 - Ending : Yang sangat mem-bagongkan

Chapter 99 - Ending : Yang sangat mem-bagongkan

Maksudnya adalah ending untuk volume pertama, bukan ending akhir keseluruhan ceritanya.

_______________________________________________________

Isyana akan menepati janji pada Violetta. Ia berjanji bahwa setelah dibantu bangkitkan atma, akan bersedia melihat sesuatu hal yang sebelumnya akan diperlihatkan oleh Violetta.

Satella dan Violetta telah berada diruang kebutuhan terlebih dulu. Melihat Isyana masuk ruangan, mereka cengar-cengir lucu, seolah merencanakan niat jelek.

"Hai, hai...." Isyana melambaikan tangan, menyapa dengan ramah, dipenuhi senyuman tulus.

"Ku ... ku ... ku, hu-- kikikik hu-- hahahaha...."

Satella terkikik, tawa tanpa bisa ditahan lagi.

"Awas, nanti ngompol lagi seperti masa-masa perpisahan sekolah dulu loh." Isyana menegur Satella, juga merasa agak anoying.

"Duduklah!" Violetta paling kuat menahan tawa. Bahkan, meskipun didalam hati ia terbahak-bahak, eskpresi wajahnya hanya sedikit saja mengukir lekukan di bibirnya.

Tangan Violetta mengarah pada sebuah guci. Itu adalah guci untuk melihat mimpi atau ingatan orang. Ingatan yang di ekstrak lalu dipindahkan kedalam botol kaca.

"Kalian gak akan ngasih liat aku sebuah jumpscare bukan?" Raut wajah Isyana, kian cemas.

"Tidak, tidak, bukan. No, no, no, gak ada jumpscare." Satella pun mulai menuangkan botol berisi ekstrak ingatan kedalam guci pelihat mimpi.

"Sekarang, cepat lihat!" Satella gak sabaran, meminta Isyana cepat melihat mimpinya.

"...." Isyana melongo, geleng-geleng kepala, ragu-ragu.

"Perjanjian, tetaplah perjanjian!" Violetta mengangkat telunjuk.

"Baiklah...." Membuat raut wajah cemas, mengangguk, lalu Isyana mendekatkan wajahnya ke guci.

"Dan, satu lagi! Nirvana datang dari dunia lain loh," ucap Satella, sambil mengangkat tangannya.

"Ya-ya-ya, aku sering dengar dari kalian!" Isyana dengan mimik kesalnya.

Pada akhirnya Isyana sungguh mencelupkan wajahnya, kedalam sebuah guci. Samasekali bukan seperti tenggelam dan kesulitan bernapas. Justru Isyana sanggup bernapas meski kepala tenggelam didalam guci. Sesungguhnya guci tersebut untuk melihat sebuah ingatan atau penglihatan.

Menit pertama, Isyana menyadari bahwa ini ingatan Nirvana pada menit ketiga, Isyana melihat sosok perempuan yang sedang bersama Nirvana. Wanita itu kurus, putih, rambutnya hitam tergerai. Dalam beberapa scene terlihat diikat ekor kuda.

Awalnya sang gadis berada di sisi Nirvana, tidak saling menatap dan Nirvana belum melihat wajahnya waktu itu. Hanya kepala bagian belakang, yaitu rambut. Kadang melihat bagian sampingnya. Di dalam penglihatannya, Isyana menyadari bahwa itu kekasih Nirvana saat berada di dunia lama.

"Wah, romantisnya. Aku baru tahu dia seperti ini. Rugi aku, karena memberi kesan pertama yang agak buruk waktu pertama kenal dulu." Itulah suara hari Isyana.

Hingga munculah scene dimana wanita menoleh, menatap kearah Nirvana. Ternyata wanita tersebut adalah dirinya. Bukan, tapi lebih tepatnya, gadis yang mirip dengan dirinya. Gadis remaja yang tidak disebutkan namanya, jelas-jelas bukan Isyana. Lagipula itu adalah ingatan yang asalnya dari bumi.

"Itu bukan aku kok. Hanya mirip, hanya mirip, itu hanya mirip loh." Isyana bicara dalam hati, lagi.

Isyana melihat beberapa momen mesra. Nirvana dengan gadis yang mirip dengan Isyana, jalan-jalan ke sebuah taman, wahana bermain, tempat makan, dan lainnya.

"Wah, asiknya...." Isyana keasikan melihat momen itu. Karena wajah wanita itu mirip dengannya, maka Isyana berimajinasi bahwa dialah yang ada di sana.

Sebuah ingatan yang telah Satella salin dengan psikometri lalu ditarik dengan jari dari pelipis. Menjadi ingatan berbentuk selaput hantu berwarna perak, karena ritual, berakhir. Hingga ingatan berakhir, Isyana menarik wajahnya keluar guci.

"Ulala...." Satella melirik, sambil tersenyum penuh arti.

"Sudah selesai?" Tanya Violetta.

"Kekasihnya, punya wajah mirip sepertiku," gumam Isyana, seraya cengar-cengir.

"Selanjutnya jadi tugas ku, bukan?" Violetta melirik kearah Satella.

"Betul sekali!" Satella jadi begitu bersemangat.

"Mari kita buat drama ini berubah menjadi sad ending." Violetta pun berdiri, berjalan ke pintu keluar.

Sekilas, Isyana menatap kearah Violetta selagi Violetta melangkah keluar. Pandangan Isyana sangat melongo.

"Apa, wajah seperti mu?" Satella bertanya.

"Iya, aku pun bingung." Isyana menaruh ujung jari di dagunya.

"Apa kamu tau, konsep multiverse? Langit malam, bintang, matahari, bulan, semua disebut semesta loh. Semesta ada banyak, setiap satu semesta ada satu planet yang bisa dihuni mahluk hidup. Di semesta lainnya, ada dunia yang serupa dengan dunia kita--"

"Oh, masuk akal."

"Setiap universe lain ada dunia berisikan kembaran kita. Bukan kembaran kandung, tapi kembar secara jiwa dan raga. Kamu pasti mengerti ucapan ku, kan Isyana pintar?"

Satella pun menjelaskan konsep multiverse kepada Isyana.

"Dengan kata lain, kembaran ku di universe lain adalah kekasihnya Nirvana?" Isyana menanggapinya.

"Benar," seru Satella.

Menarik napas, Isyana menyender disofa, amat rileks. Merasa tenang karena jawaban terpecahkan.

"Terus, bisa jelaskan maksud dari ucapan Violetta, yang berkata, selanjutnya jadi tugas ku, bukan?  Kamu bisa jelaskan apa maksud Violetta?" Tanya Isyana.

Dengan wajah polos seolah tanpa dosa, Satella menjawabnya.

"Oh, itu, kamu tahu kan Violetta memiliki kemampuan hipnosis. Kemampuan hipnosis Violetta itu salah satunya adalah menghapus beberapa ingatan milik targetnya?"

Atas penjelasan Satella, Isyana pun menjawab singkat.

"Tau dong," balas Isyana.

"Nah, sekarang Violetta bakalan menghapus ingatan Nirvana yang berkaitan dengan kamu. Momen Nirvana bersama kamu, bakalan terhapus. Nirvana gak akan kenal sama kamu. Lalu ingatan tentang kekasihnya di dunia lama dihapus juga. Dengan begitu, dia gak akan naksir sama kamu hanya karena kamu persis dengan kekasihnya di dunia lama." Satella berkata dengan nada seolah tidak merasa berdosa.

Atas pengakuan Satella, Isyana tersentak kaget.

"Kamu jahat!" Isyana dengan raut wajah terkejut.

"Hahaha, kami memang rencanain untuk bikin kamu merana." Satella mulai menahan tawa.

"Sebegitu bencinya?" Isyana pun cemberut.

"Ku ... ku ... ku--"

"Dasar kamu!"

Akhirnya Satella tertawa cekikikan, seperti kuntilanak.

"KAMU YA!"

"Hu--ha, kikikik, semoga harimu menyedihkan, semoga harimu menyedihkan." Satella terkikik, tertawa puas.

"Huhuhu, aku merana. Apa, KAMU PUAS!" Isyana jengkel.

Satella tertawa dengan amat puas.

***********

Berikutnya Isyana bicara dengan Nirvana di kafetaria. Seperti yang Isyana duga, Nirvana melupakan ingatan tentang Isyana.

"Hai," Isyana menyapa.

"Hai, juga," sahut Nirvana.

"Kamu kenal aku?" Tanya Isyana.

"Maaf, kita baru pertama bertemu bukan?" Nirvana menjawab.

Akhirnya Isyana menyingkir dari hadapan Nirvana.

"Ternyata benar, mereka berniat merencanakan ini sejak kemarin. Astaga, nyesek juga. Saat aku mulai suka, ingatannya di-reset. Punya kawan tega sekali. Mereka pastinya tahu kalau aku dan pasangannya memiliki wajah yang persis, maka mereka merencanakan ini. Terus, kalau ingatannya dimanipulasi, aku harus pakai cara apa dong? Awas mereka, aku dendam sama kalian."

Isyana berjalan, menunduk sambil mengoceh sepanjang jalan.

Scene berganti dengan Minerva menengok Isyana di dalam ruang pembimbing konseling. Minerva khawatir apa salah satu temannya mendapat perundungan lagi dari ke-dua teman lainnya.

Ternyata Isyana lagi duduk sambil mengiris telapak tangan dan kulit tangannya dengan pisau buah yang tidak terlalu tajam.

"Ya ampun, apa yang lagi kamu lakukan!" Minerva amat khawatir atas perbuatan Isyana.

"Mereka, mereka, gak, gak, bukan apa-apa. Aku baik-baik saja kok." Isyana mengukir senyum masam.

Kendati Isyana tidak mau berterus terang, Minerva paham kesedihan Isyana.

"Uluh-uluh, sedihnya." Minerva memeluk hangat sebagai sesama perempuan. Bukan berarti mereka lesbi hanya karena mereka saling pelukan sangat erat dan hangat.

Mendapat perlakuan hangat dari kawanan, Isyana bernapas lega.

"Katakan, kamu punya masalah apalagi? Pekerjaan, pertemanan, asmara?" Tanya Minerva, tidak melepas dekapannya.

"Asmara," Isyana berbisik.

"Oh." Minerva sedikit tersenyum seolah menahan tawa. Memeluk, mengusapi punggung Isyana.

Tak lama, seorang masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Spontan Minerva menoleh ke arah pintu. Ternyata itu Satella bersama Violetta. Mereka datang, dengan masing-masing mimik yang usil.

"Ulala ... ada pasangan yuri disini." Satella tertawa, bergurau.

"KALIAN!" Minerva menatap sinis.

Mereka berdiri di dekat meja, ada di dekat Minerva dan Isyana.

"Aku berjanji, ini yang terakhir, selanjutnya tidak akan main-main dengan menghapus beberapa ingatan," ucap Violetta.

Isyana menoleh sinis.

"Terlambat, ingatan tentang kesan pertama kita di ruangan ini sudah kembali ke nol. Ingatan tentang gadis yang mirip aku pun sudah terhapus. APA KAMU SUDAH PUAS SEKARANG!" Isyana membalas, kecewa.

Selain scene yang terjadi di chapter lalu, beberapa obrolan seru yang tidak terlihat terjadi disini. Bar keakraban akan kembali menjadi nol, menjadi canggung.

"Cuma sekali ini aja, aku berjanji," ucap Violetta.

"Serterah kalian!" Isyana tidak mau lagi memperdulikan keberadaan Satella dan Violetta diruangan ini.

Kemudian Isyana akan menyenderkan kepalanya di atas meja.

"Pupus sudah," gumam Isyana.

"Walah, ada yang bersedih." Satella pun meledek.

Alih-alih menghibur, Satella menertawai temannya itu. Begitupun dengan Violetta. Mereka berdua menertawai Isyana. Hingga Minerva memberi gestur menegur ataupun menengahi perselisihan ini.

"Hahaha, hahaha, hahaha...."

Kedua orang itu tertawa, diatas penderitaan temannya.

"CUKUP TAHU! AKU KESAL! SUATU SAAT, AKAN AKU BALAS!"

"Sudah-sudah, jangan menjadi pribadi yang pendendam!"

Minerva mencoba menenangkan Isyana ditengah kemarahannya.

Ada perasaan bangkit yang membuatnya termotivasi untuk melampaui kedua orang kawan yang selalu ada diatasnya.

"Emang enak...."

Ketika seorang jatuh, selalu ada babi yang menertawakan.

Dan beginilah endingnya.

Dua orang tega mengusili seorang gadis, melalui ingatan yang diperlihatkan dan ingatan seorang yang dihapus. Scene pun berakhir dengan kesedihan sekaligus ditertawakan.

Selesai, sungguh ending yang sangat mem-bagongkan.

~Fin~

Related Books

Popular novel hashtag