Kembar jahat adalah antagonis yang ditemukan dalam beberapa genre fiksi berbeda. Mereka adalah salinan fisik dari protagonis, namun dengan sifat yang sangat berbeda.
Antagonis tipe kembar jahat, ada faktor pembeda dengan protagonis, misalnya model rambut sama, tapi warna rambutnya beda.
Faktor pembeda lainnya misalnya wajah, penutup mata, parut atau busana khas, yang bikin penonton bisa membedakan protagonis dan antagonis tipe kembar jahat itu.
Di dalam ex volume, The Freezing Expert, antagonis nya memakai konsep kembar jahat. Orang-orang sulit membedakan mereka berdua.
Dalam chapter yang akan datang, akan memunculkan konsep ini.
____________________________________________________
Kereta naga pengangkut barang melintas di jalan utama, di ibu kota. Kargo kereta membawa peti mati. Dalam peti mati terbaring jasad pangeran Romane yang di khianati oleh kepala kesatria nya sendiri. Sementara itu Satella bergegas ke istana karena dipanggil oleh raja.
Satella duduk diruang aula istana bersama raja. Raja bersama istri keempat sedang menunggu prince Romane dalam peti mati. Sang ibu menangis tersedu-sedu atas fakta bahwa anaknya telah tewas.
Tim dari polisi militer membawa tersangka pelaku pembunuhan itu. Tersangka adalah kepala kesatria pangeran sendiri.
"Aku turut berduka cita." Satella mencoba menghibur.
"Terimakasih," balas raja.
Seorang penasihat datang, lalu membisiki raja.
"Tolong wakilkan aku tuk bicara! Diriku sedang berlangsung, tidak mood untuk berbicara," ujar raja.
Pembicaraan apa yang mau raja wakilkan kepada penasihat? Sang chamberlain istana memanggil Satella, mengajaknya berbicara.
"Permisi, nyonya."
Satella menoleh kearah seorang penasihat.
"Bisa ikut aku sebentar? Ada hal penting yang ingin ku sampaikan. Pesan ini juga mewakili sang raja." Chamberlain istana menunduk, meminta waktu tuk bicara kepada Satella.
"Baiklah," kata Satella.
Satella pun mengikuti chamberlain istana untuk mendengarkan hal-hal yang penting.
Point of view.
Pasca kematian pangeran Romane, seorang kandidat seleksi kerajaan sudah tereliminasi. Rakyat kurang peduli, mengingat pangeran yang keempat adalah orang yang tidak kompeten di bidang pemerintahan. Yang ia mengerti hanya gaya hidup hedonis diatas kemiskinan rakyat diwilayahnya.
Kota Ustgard adalah kota di daerah perbatasan. Ini berbatasan dengan wilayah kekuasaan demi-human. Merekalah pemberontak yang telah merebut wilayah kerajaan. Mereka kadang menyerang kota Ustgard, kemudian menjarah. Warga kota hanya bisa mengungsi ke kastil per-bentengan milik tuan tanah setempat. Tuan tanah memeras dengan pertukaran yang overprice.
Dengan ini pangeran keempat gagal memberi perlindungan pada rakyat diwilayahnya. Gagal memberikan kesejahteraan, ia juga telah gugur.
Maka penasihat raja, memberitahu Satella. Menjadi penyampai pesan rajanya. Raja meminta Satella untuk menjadi penguasa kota Ustgard.
Kota perbatasan yang miskin dan gersang. Kota berbatasan dengan wilayah demi-human yang akan menyerang dan menjarah setiap waktunya. Pertahanan kota, cukup sulit untuk diaplikasikan karena sumberdaya dana yang terbatas.
Entah bagaimana, raja melihat potensi pada diri putri ketiga dari klan bangsawan Charlotte ini.
POV end....
Raja sedang berada di depan peti mati, mengenang anak keempat. Sementara Violetta yang awalnya mengantar Satella, jadi penasaran dengan penyebab kematian.
Violetta berdiri didekat peti mati, dengan ditemani Satella.
Akhirnya Violetta memakai skill mediumship.
**************
Ruang hampa.
Seorang pemuda dengan postur jangkung, rambutnya hitam dan berkilau. Rambut panjang dengan model kepang Perancis dengan kemeja garis putih dan rompi hitamnya. Pemuda ini sangatlah tampan. Tau-tau Violetta datang.
"Siapa kamu? Di mana aku?"
"Tenanglah pangeran."
Violetta menyapa pangeran yang belum lama ini meninggal.
"Aku adalah seer. Tujuanku datang kesini tuk mencaritahu penyebab kematian mu, yang mulia pangeran keempat."
"Apa, aku mati?"
Pangeran keempat nampak shock setelah mendengar penjelasan dari Violetta.
"Apa kamu ingat, penyebab kamu meninggal? Sesaat sebelum kamu meninggal, sedang apa?" Violetta bertanya.
"Aku minum teh--"
Tiba-tiba wajahnya menegang, ia teringat momen terakhir sebelum kematiannya.
"Apa benar, kepala kesatria telah menikam mu dengan pedangnya?" Tanya Violetta.
"Tidak, Wilhelm tidak--
"Tidak, apa, ya?"
Violetta menunggu jawaban dari pangeran yang terdiam muram.
"Aku diracun, aku tidak ditikam. Sepertinya aku diracun. Beberapa saat sebelum aku hilang kesadaran, aku kesulitan napas dan juga ingin muntah. Mulutku berbusa, kurasa begitu. Iya, aku telah diracuni."
Akhirnya pangeran memberikan kesaksian.
"Siapa yang membuatkan teh untuk mu?" Tanya Violetta.
"Pelayan kesukaanku, namanya Clementine."
Violetta mendapatkan petunjuk. Sementara menunda investigasi, berencana melanjutkannya nanti. Violetta mulai lenyap dari dunia hampa ini, pangeran memanggil.
"Tunggu...."
Violetta mengakhiri mediumship, tersadar didunia nyata.
"Dia adalah temanku, namanya Violetta."
Ketika Violetta baru sadar, raja sedang bertanya pada Satella dan dijawabnya.
Menatap kearah raja, Violetta tak sengaja menunjukkan mata nila dihadapan sang raja. Nila adalah kekuatan mata supranatural yang dimiliki seorang seer. Tapi tidak semua seer memiliki mata nila.
Seer kerajaan pun tidak memiliki kekuatan mata nila. Violetta bukan hanya memiliki mata nila, tetapi kekuatan third eyes dan kekuatan precognition yang mengulangi kejadian ke dua menit ke belakang.
Waktu tidak mundur, melainkan Violetta meramalkan masa depan sebanyak dua menit kemudian. Ini tidak unlimited tetapi memiliki banyak kesempatan prediksi.
Namanya juga seer, pasti punya kemampuan seperti ini.
Sebenarnya tidak semua punya kemampuan ini. Sekalipun ada, kesempatan precognition mereka tidak sebanyak Violetta. Bahkan Violetta mampu mengulang lagi prediksinya hingga ribuan kali.
"Mata nila?" raja pun tercengang, merasa takjub.
"Permisi yang mulia, hamba harus segera pulang. Saya mohon pamit." Setelah memberi gestur berlutut, Violetta berjalan buru-buru.
Clue yang tersedia saat ini adalah pangeran keempat bukan dibunuh oleh kepala kesatria nya sendiri.
Hari pun maju satu hari kedepan. Meski mendapat dekrit raja yang menyatakan Satella menjadi ruller yang menduduki kota Ustgard, tapi Satella memilih pulang ke kastil akademi sihir terlebih dahulu.
**************
Ruang VIP.
Satella duduk, disana sekutunya Violetta lagi mendengar.
"Aku menjadi seorang penguasa wilayah perbatasan?"
"Itu bagus kan."
Violetta menanggapi keluhan dari Satella dengan sedikit kata. Violetta memberi gestur akan memberikan dukungan penuh.
"Bagaimana dengan sekolah kita?" Tanya Satella.
"Kita bagi-bagi tugas! Kenapa gak mencoba pergi ke kota perbatasan dulu? Setelah itu, baru mengambil keputusan." Violetta memberikan usulannya.
Satella pun mengangguk setengah sadar.
"Aku penasaran, siapa pembunuh pangeran keempat?" Tanya Satella, pada dirinya sendiri.
"Aku sempat melakukan mediasi dengan arwah pangeran keempat," kata Violetta.
"Oh, yeah?" Satella penasaran.
"Prince Romane bilang, ia tewas setelah meminum teh dari seorang pelayan," ujar Violetta.
"Tapi mereka bilang--" Satella pun terdiam sejenak.
Ada sesuatu yang janggal disini.
"Siapa dalangnya?" Satella menjadi gregetan.
*************
Perjalanan dilakukan Satella dan Violetta menuju kota perbatasan. Perjalanan lewat jalur darat cukup memakan waktu. Apalagi dengan kereta pribadi yang diangkut naga.
Apabila dengan sihir transfigurasi atau menunggangi Griffin, akan sampai lebih cepat.
Mereka tiba di kastil pemerintah daerah kota Ustgard. Satella segera menunjukan dekrit raja bersisi keputusan pengangkatan dirinya sebagai pemimpin daerah.
Di dekat kota Ustgard ada benteng milik bangsawan. Bangsawan yang tanahnya berada di perbatasan biasanya disebut Marquis. Tokoh bangsawan tersebut memimpin kawasan march, march ini adalah sebutan untuk tanah yang dikelola bangsawan kelas Marquis.
Armstrong stronghold, terbagi dua, terbelah oleh sungai.
Tidak seperti kota pada umumnya yang terletak di pinggiran tanah pertanian, tembok yang menjulang tinggi mengelilingi pemukiman dan sebagian dari tanah pertanian. Itu dibangun untuk bertahan melawan invasi demi-human. Namun, bahkan jika kota itu dikepung, Benteng akan tetap berkembang untuk memasok penduduk.
Ada tiga kota lepasan yang saat ini berdiri sebagai nation dari kaum demi-human. Mereka merupakan ancaman serius untuk kawasan perbatasan seperti kota Ustgard.
Kawasan ini dikuasai Marquis Rian. Pemilik tanah, march dan benteng pertahanannya. Kekuatan militer Ustgard jelas tak sebanding dengan kekuatan di benteng ini.
Kantor kepala daerah.
Ini adalah tempat yang tadinya ditempati prince Romane selaku penguasa daerah. Masa jabatan tentunya sampai pemilu selesai.
Pak tua ini baru selesai membaca dekrit raja.
"Jadi anda, Miss Stella? Ah, kalau begitu perkenalkan, aku Baxter, kepala urusan internal. Bila tenaga saya masih diperlukan, mohon kerjasamanya." Pak tua itu telah memperkenalkan dirinya dengan ramah dan sopan.
"Permisi, apa benar yang sudah membunuh pangeran Romane itu, adalah--"
"Kenyataannya begitu. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Adapun saksi mata lain, mereka adalah orang-orang yang dianggap punya kredibilitas tinggi, mereka tidak mungkin disebut pendusta." Baxter membenarkan pertanyaan Satella.
"Aku tidak percaya," ucap Satella.
"Sama, aku pun tidak percaya, Miss Stella. Wilhelm adalah orang baik, sungguh aneh melihat fakta seperti saat ini," balas Baxter.
"Menurutku, dia diracun." Setelah Satella mengeluarkan statement itu, Baxter sedikit terkejut.
"Kalau ada bukti, tolong bebaskan Wilhelm. Tapi, bagaimana bisa tuan pangeran diracun? Aku sendiri juga melihatnya ditikam oleh Wilhelm." Baxter menanggapi.
************
Untuk sementara waktu, Satella menetap di kastil daerah, di kota Ustgard. Kamar utama di kastil ini kelewat mewahnya. Malam hari, Satella dan Violetta ada di kamar, membahas tentang kasus ini.
"Kebanyakan orang di mansion ini akan berkata, pangeran ditikam kepala kesatria nya sendiri. Sulit untuk mencari bukti bahwa sang pangeran mati karena diracuni."
Satella hanya menyampaikan hasil investigasi nya.
"Besok, kita cari pelayan yang bernama Clementine!" Violetta memberitahukan rencananya.
"Lantas, mengenai fakta bahwa kepala kesatria menikam pangeran, bagaimana menurutmu? Cukup membingungkan," keluh Satella.
"Kita kunjungi ke penjara, simply bukan," balas Violetta.
"Ah, ya benar. Pusing memikirkan terlalu lama, lebih baik kita tidur terlebih dahulu. Simpan semua teka-teki ini sampai besok, ku lagi pusing." Satella angkat tangan atas kasus pembunuhan ini.
"Hei, bagaimana kalau kita sekamar aja," kata Violetta.
"Gak ah, aku bukan yuri." Satella menolak usulan itu.
"Gak lah, cuma jaga-jaga aja kalau bahaya datang. Kalau berdua kan, peluang bertahan hidup akan lebih baik. Barang kali ada assassin yang menyelinap masuk," kata Violetta.
"Ah, ada benarnya." Pada akhirnya Satella setuju.
Satella pun rebahan, lalu menarik selimutnya.
"Barang kali bangun-bangun sudah dalam posisi pelukan, tanpa sadar." Violetta memberi guyonan.
"Anjir, gak lucu sumpah." Satella menunjukkan raut cemas.
Maka Satella mengabaikan candaan tersebut, langsung terlelap.
~Bersambung~