Chereads / Justice sword (Revisi) / Chapter 102 - Pemerintah era lama

Chapter 102 - Pemerintah era lama

Di alun-alun kota.

"Yang mulia, yang mulia, ayo cepat bangunlah."

"Yang mulia? Apanya yang, yang mulia?"

Warga kota disini, seperti tidak menghargai pangerannya. Selain seorang dalam anggota faksi nya berusaha membangunkan, ada banyak suara cibiran dari warga.

Seorang pangeran berambut hitam sedang duduk di kursi kayu, diatas mimbar. Pangeran hanya harus menonton acara eksekusi mati yang dijatuhkan kepada ketua bandit. Ia tertidur ditengah acara eksekusi. Seorang pria membangunkannya. Adalah head internal affair. Dengan kata lain, orang yang mengurusi pemerintah di kota yang dikelola pangeran. Ia membangunkan sang pangeran secara pelan-pelan.

Pangeran terkaget, lalu bertanya seperti orang linglung.

"Ada apa ini?" Tanya pangeran, ia terkejut.

"Yang mulia," seru kepala office.

"Ya?" Pangeran mulai sadar.

"Yang mulia, sebentar lagi eksekusi hukuman mati nya. Tolong segera umumkan keputusan anda?" Tanya kepala office.

"Huh?" Pangeran malah terlihat seperti orang linglung.

Pangeran segera berdiri.

Pangeran terlihat seperti terkena gejala migrain. Pangeran terdiam dalam beberapa waktu, seperti merasakan sensasi pusing.

"Yang mulia, eksekusinya segera dimulai, segera umumkan putusan anda!"

Kepala office mengulang, setelah pangeran terlalu lama. Tiba-tiba pangeran tersadar dan terkaget.

"Itu benar, aku disini untuk--"

Alasan pangeran keempat berada disini adalah untuk mengeksekusi seorang--

Ketua bandit....

**************

Pangeran berdiri dihadapan warga untuk membuat keputusan.

Namun ada sedikit keributan kala seorang warga naik keatas mimbar kayu, melewati penjaga. Seorang remaja laki-laki yang sedikit lebih muda daripada pangeran keempat.

Rambutnya hitam, tingginya hanya 173cm. Tidak terlalu tinggi untuk ukuran manusia ras Eropa, namun tidak terlalu pendek juga. Dia lari kearah pangeran keempat. Kepala office menyadari kelalaian penjaga.

"Assassin ... ada assassin disini!"

Ketika kepala office teriak, seketika para penjaga berlarian naik keatas mimbar kayu. Remaja itu itu berhasil mengendap-endap.

Apakah dia seorang assassin?

Pangeran menatap kearah orang tersebut.

Hanya dua langkah lagi sebelum ia mencapai pangeran, penjaganya sukses menangkap orang asing itu.

Pangeran ke-empat mengucek matanya, kemudiaan malah mau mendekati orang asing itu.

"Mundur yang mulia! Dia adalah seorang assassin," kata penjaga.

Sementara seorang pemuda kurus berlari kearah mimbar kayu.

"Hei, Romanne," seru orang asing.

"...."

"Lancang sekali kau kisanak!"

"Beraninya kau memanggil yang mulia pangeran dengan sebutan nama saja!"

Pertama, prince Romane hanya termenung melihat seorang tidak menghormatinya dengan cara memanggil namanya saja. Budaya yang ada, rakyat maupun kaum bangsawan harusnya memanggil pangeran. Yang mulia untuk kaum jelata, sementara kaum bangsawan memanggil pangeran saja.

"Ini aku, Stride!"

"Siapa anda?"

Pangeran bertanya kepada orang asing tersebut.

"Teman masa kecilmu, aku Stride!"

Pangeran merenung sejenak, lalu menyadari.

"Aku ingat," seru pangeran.

Kemudian pangeran memberikan isyarat untuk melepaskan orang tersebut. Prince menghadap kearah warga, mengumumkan keputusan.

"Aku lelah, eksekusinya ditunda sampai besok!"

Itulah keputusan dari pangeran Romane. Penduduk kota terlihat kecewa dengan keputusan itu. Seorang kesatria bertubuh sedikit kurus berlari keatas panggung nya.

"Maafkan penjagaan ku yang buruk ini, yang mulia pangeran." Kesatria memberi gestur hormat, mimiknya  sedikit kecewa.

"Tidak apa, kepala kesatria. Beliau hanyalah teman masa kecilku," kata pangeran Romane.

Pangeran keempat turun dari panggung kayu, menunda acara hukum gantung. Penduduk sudah dikecewakan, akibat bandit yang meresahkan dibiarkan hidup.

*************

Ruang VIP.

Berada di dalam kastil bagian kota perbatasan Ustgard. Pangeran pun duduk berhadapan dengan teman lamanya. Kepala kesatria sedang berdiri didekat pintu, menjalankan tugas sebagai penjaga.

"Kemarilah, kepala kesatria!"

"Baik, yang mulia."

Pangeran keempat memberi isyarat untuk memerintah kepala kesatria untuk duduk bersamanya. Kepala kesatria pun mematuhi pangeran.

"Perkenalkan, teman masa kecilku bernama Stride." Pangeran Romane memperkenalkan temannya pada kepala kesatria nya.

"Salam kenal, kepala kesatria."

Kepala kesatria yang pemalu dan memiliki ekspresi yang memberi kesan galak, tidak berkata-kata.

"Kepala kesatria benama Wilhelm."

Sekian, pangeran Romane hendak memperkenalkan kepala kesatria kepada teman lamanya.

"Permisi, bukankah kita harusnya menghargai kepala kesatria dengan menyebutkan gelar sir?" Stride pun menginterupsi. Pangeran Romane bungkam, di jawab oleh Wilhelm.

"Mohon maaf tuan tamu, tapi saya tidak memiliki gelar sir atau knigth," sanggah Wilhelm.

"Ayahmu memberikanmu kesatria yang belum memiliki gelar knigth? Apakah kamu di anak bawang kan, temanku?" Tanya Stride.

Dengan terbuka, Stride memberi kritikan atas peran Wilhelm.

"Stride, adalah anak tuan tanah di wilayah Aluscia tenggara." Prince Romane berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Hanya bangsawan rendah, malah sebentar lagi akan turun menjadi juragan tanah biasa," balas Stride, dengan aura yang suram.

Mungkin keluarga Stride sedang diambang kemunduran.

"Dari yang aku dengar dari kerabat jauh, kamu menjalankan  bisnis perbengkelan?" Tanya pangeran Romane.

"Aku menduplikasi senjata pusaka. Lebih tepatnya tiruan dari senjata pusaka asli. Versi tiruan bengkel senjataku, akan turun dua tingkat daripada senjata asli. Aku meniru pedang Garm yang legendaris, itu merupakan pedang pusaka tier A. Pedang Garm versi bajakan punya kualitas setara pusaka tier C. Tentu masih lebih baik dari senjata milik royal guard yang setara pusaka tingkat D."

Stride menjelaskan bisnis yang di jalankan olehnya. Pangeran Romane memberi mimik terkesan kepada usaha teman lamanya. Tapi Stride mengungkapkan ketidakpuasan.

"Itu bagus," ucap pangeran Romane.

"Ternyata senjata pusaka yang aku jual, banyak dijadikan barang bukti oleh polisi militer. Ternyata para pembeli, kebanyakan dari sindikat bandit ataupun perampok," curhat Stride.

"Sangat disayangkan," komentar pangeran Romane.

Tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu.

"Siapa itu?" Tanya pangeran.

"Ini aku, Baxter, yang mulia," seru seorang pria tua.

"Ah, kepala urusan internal. Cepat masuklah! Katakan ada apa?"

Kepala urusan internal pun masuk kedalam ruangan.

"Yang mulia, kita harus secepatnya melakukan acara hukum gantung. Penduduk kecewa dengan kinerja lembaga penegak hukum di kota tempat kita berada." Kepala urusan internal, mendesak pangeran.

"Bagaimana?"

Pangeran bergumam, ia merasa bingung.

"Perintahkan eksekutor untuk melanjutkan sesi hukum gantung, apabila yang mulia tidak ingin menghadiri tidak perlu hadir, lalu katakan kalau pangeran sedang menderita sakit kepala." Wilhelm memberi usulan.

"Tidak, kurasa ada cara yang lebih baik," sanggah Stride.

Semuanya mulai memperhatikan Stride.

"Apa kalian yakin itu ketua bandit? Bagaimana kalau itu hanya tumbal. Bagaimana kalau itu hanya anak buahnya? Kalau kita menemukan markas mereka, kita bisa menyita hasil rampokan mereka bukan." Itulah usulan dari Stride.

"Ah benar, dengan begitu kita bisa memulangkan uang warga yang dirampok." Wilhelm mendukung.

Akan tetapi Stride menyanggah perkataan Wilhelm.

"Tidak, harta hasil rampokan dari markas mereka akan segera masuk ke dalam khas pemerintah kita di kota antah berantah ini. Atau anda mau memakai uangnya untuk mendapat lebih banyak kesenangan, fuhuhu." Stride tertawa licik.

"Hentikan!" Wilhelm menunjukkan watak galaknya.

Sementara itu pangeran Romane malah menanggapi Stride.

"Bersenang-senang seperti apa, maksudmu?" Tanya pangeran.

Stride menampakkan wajah licik, tertawa kecil.

"Barang-barang mewah yang bisa dipamerkan. Wine kualitas terbaik, banyak wanita simpanan untuk penghiburan," jawab Stride.

"Cih, orang seperti mu lah biang kehancuran untuk kerajaan mana pun!" Wilhelm memukul meja dan memberi aura permusuhan. Watak aslinya adalah prajurit galak.

"Santai lah, Wilhelm! Jangan jadi prajurit yang terlalu galak, nanti orang-orang sipil segan padamu." Pangeran Romane mencoba untuk meredakan tensi Wilhelm.

Suasana hening sejenak, menjadi bertambah canggung.

"Lalu, bagaimana dengan acara eksekusi hukuman mati nya, yang mulia pangeran?" Tanya Baxter.

"Memutuskan hal seperti ini, agak melelahkan. Keputusan di tunda sampai besok!" Pangeran Romane memberi keputusan.

Point of view.

Dua minggu telah berlalu, semua usulan Stride adalah yang paling disukai pangeran Romane. Hampir semua keputusan dan pengaturan dalam pemerintahan, atas masukan dari Stride. Tanpa pikir panjang, pangeran mengaplikasikan pikiran cemerlang Stride.

Stride adalah aristokrat kecil yang mengelola tanah kecil di pedesaan. Sebagai ahli sihir, Stride sekolah di akademi Knigth Atria dan memilih build knigth mage, build favorit di  sekolah itu. Stride telah mewarisi keterampilan turun temurun dari leluhurnya sebagai pembuat pedang pusaka. Stride hanya bisa membuat senjata pusaka tier C. Stride dapat menduplikasi senjata pusaka. Tidak peduli sekuat apa senjata pusaka itu, hasil duplikasi Stride hanya sampai pada tingkat C.

Dan kebetulan Stride menduplikasi justice sword.

POV end....

*************

Malam pun tiba. Di satu ruangan, banyak sofa dan satu meja. Sang pangeran sedang duduk bersama Stride, kepala kesatria Wilhelm, kemudian dua orang lainnya.

"Masalah ketua bandit, sudah mau dieksekusi?" Wilhelm mengangkat topik ini lagi.

"Aku punya usulan!" Stride segera mengangkat tangan.

"Silahkan!" Pangeran memberi kesempatan bagi Stride untuk berbicara.

"Katakan pada tahanan! Jika dia bersedia memberitahu markas kelompok bandit, kita akan beri amnesti dan bagian dari harta yang kita sita dari markas bandit, dan sisakan beberapa bandit untuk dieksekusi di depan publik, maka masyarakat percaya kalau kita ini benar-benar memberantas angka kejahatan." Stride mengusulkan ide yang agak cerdas.

"Bagaimana kepala kesatria? Apa kamu sanggup, mengikuti rencananya Stride?" Pangeran Romane meminta pendapat kesatria nya.

"Siap, apapun perintahnya, aku siap menjalani!" Wilhelm sangat yakin.

Maka mereka mulai mengistirahatkan diri.

***************

Psikometri berakhir! Satella tersadar, lagi duduk di sofa, memegang benda pribadi peninggalan orang mati. Nampak, Satella mulai melakukan investigasi nya.

"Tuan penguasa baru, apa perintah anda?" Tanya kepala urusan internal kala melihat Satella bangun dari tidur sambil duduk.

"Aku akan pergi ke ibu kota. Aku bakalan kembali, kok," kata Satella.

"Tapi, jika penyerangan dari kerajaan demi-human terjadi, aku tidak bisa berbuat apa-apa." Kepala urusan internal, cemas.

Scene berganti dengan tiba Satella diluar kastil.

"Kusir, aku perintahkan kamu untuk tinggal disini!"

Maka Satella bergegas pergi memakai kemampuan sihir transfigurasi. Merpati itu terbang menuju ibu kota kerajaan.

Bersambung.