Chereads / Justice sword (Revisi) / Chapter 93 - Selamat ulang tahun, yang ke-17

Chapter 93 - Selamat ulang tahun, yang ke-17

Town Square.

Di alun-alun Geffenia, ada kue tar sebesar pisin. Ada lilin bertuliskan angka tujuh belas. Nirvana lagi disuruh memegang piring kecil dengan kue tar kecil diatasnya.

"Aku berharap--"

Anna membaca harapan di dalam hatinya.

Lalu gadis cute berambut ungu itu meniup lilin angka tujuh belas.

"Yeay.... Akhirnya Anna sudah usia tujuh belas tahun. Sebentar lagi aku bakalan secantik dan seseksi wanita dewasa, belum sih, tapi mendekati lah." Anna bersorak gembira, kala ditengah kalimat Anna berbisik. Berbisik saat ia sampai kata, belum sih. Seolah sedikit malu.

"Sejak pertama bertemu, aku rasa kamu sangat cantik kok." Nirvana memuji.

Anna tersipu malu.

"Tolong suapi aku, suapi seperti mereka!" Anna melirik kearah beberapa pasangan yang datang ke alun-alun kota.

"Seperti, mereka." Nirvana diam, sedikit canggung.

"Jangan malu-malu--"

Anna mulai cemas saat Nirvana tak lagi menatapnya, kini buang muka.

"Tebus dosa-dosa yang familiar mu lakukan terhadapku kak!" Anna pun mengomeli.

"Janji, adalah janji, sih." Nirvana merasa terpaksa.

Akhirnya Nirvana menuruti quest dari gadis cute berambut ungu.

"Sejak kapan kamu melepas kaca mata? Minus mu sudah sembuh?" Tanya Nirvana seraya menyuapi Anna.

"Eh, kaca mata bikin culun deh, ih, kakak," balas Anna, sambil sibuk mengunyah.

"Tapi kamu lebih cute kalau pakai kacamata," kata Nirvana.

"Eh, gitu, oke--"

Anna tiba-tiba bengong. Saat kue selesai dihabiskan, Anna memakai kacamata bundarnya yang lucu.

Kaca mata bundar yang besar ini pernah dipakai karakter jelek dan jelek seperti Bety Lapea di sinema jaman dulu. Akan tetapi, saat Anna yang memakainya akan menjadi sangat, sangat, dan sangat cute.

"Cute Anna," gumam Nirvana.

"Eh-- eh, itu, akak. Itu kata-kata mu saat pertama kali ketemu aku kan." Anna termenung, bibirnya sangat melebar senyumnya, semringah.

"Kamu memang cute." Nirvana mengulangi pujiannya.

Dengan wajah yang senang, Anna bangkit.

"Sekarang waktunya jalan-jalan mengendarai unicorn, kak." Anna meninju tangan ke udara saking gembiranya.

Nirvana harus melihat momen dimana Anna akan memeluk leher unicorn dengan mesra, mengelus bulu-bulunya. Anna sangat amat menyayangi binatang tunggangan, karena Anna adalah ryder sejati.

Anna tersentak kaget, merasa malu karena tidak menyadari kehadiran Nirvana yang melihatnya keasikan memeluk mesra leher unicorn.

"Kak ... jangan cemburu kak. Kamu kebangetan deh, kalau cemburu dengan unicorn," Anna bergurau, tertawa riang.

Sesekali Anna mengendus badan sendiri. Sikapnya agak konyol tapi juga lucu.

"Jangan kesal ya kak, Anna jadi bau kuda deh," keluh Anna.

"Kalau rambut mu beterbangan ke wajahku, wangi sampo lah yang bakalan tercium daripada aroma kudanya," komentar Nirvana.

"Eh, eh.... Ja--jadi, selama ini kakak suka mengendus rambut aku tiap berkendara denganku, ya?" Tanya Anna, dengan gestur malu-malu.

Anna tertunduk malu, memakai tangan untuk menyembuhkan rona yang ada di pipinya.

"Cute."

"Ish, rese!"

"Jangan pake sifat malu-malu itu, kamu jadi terlalu cute."

"Huh, kakak...."

Anna menjerit malu. Setelah rasa gugup dan malu Anna berkurang, Anna membalas komentar Nirvana.

"Selama ini, kakak sering melihat rambutku. Anu, ada apa dengan rambutku?" Tanya Anna, dengan suara malu-malu.

"Warnanya bagus, ungu purple, aku suka. Selain itu, rambut kamu mirip Rapunzel," ujar Nirvana.

"Sejak kecil aku dipanggil dengan sebutan itu kak. Waktu kecil, aku selalu dipanggil Rapunzel rambut ungu. Waktu kecil, rambut aku panjangnya sampai semata kaki." Anna membelai rambut sendiri, seraya menunduk, menatap bumi karena senang campur malu.

"Anak-anak seumuran berkumpul mengerubungi aku. Akak, akak membelai rambutku, mengepang menjadi lucu--"

Rona di pipi Anna sudah sangat memerah.

"SUDAH KAK--"

Menyadari ia membentak Nirvana, Anna menunduk. Anna impulsif karena rasa malu-malu bergejolak.

"Jangan dibahas, Anna malu waktu mengingatnya, malu sekali," keluh Anna.

Beberapa saat setelah, rasa malu mereda.

"Jadi berkendara denganku, kak?" Tanya Anna.

"Iya," jawab Nirvana.

Akhirnya mereka jalan dengan unicorn.

Suara tapak kaki kuda terdengar sangat jelas.

"Aku harap, kakak gak pernah bisa naik kuda dan binatang tunggangan lainnya," ucap Anna.

"Kenapa gitu?" Tanya Nirvana.

"Supaya akak terus minta diantar sama Anna. Kita bakal berkendara lagi dan lagi," ucap Anna, terdengar gembira ria.

Sejauh ini unicorn berjalan relatif santai. Unicorn memiliki ukuran tubuh diatas kuda biasa. Kuda agak jarang diternakkan di universe ini karena kalah kualitas dengan naga darat dan unggas darat, unggas darat adalah burung unta versi purbakala.

"Kak, teman di kelas ku kompak memberi nama pada familiar nya. Menurut kakak, unicorn ini lebih bagus dinamai apa?" Tanya Anna.

"Panggil saja tanpa nama," jawab Nirvana.

"Baik, aku namai Olaf!" Anna pun merentangkan tangan ke atas.

"Kenapa tidak, Siberius saja?" Tanya Nirvana.

"Gak ada lucu-lucu nya," sanggah Anna.

************

Scene berganti dengan unicorn melintas di jalan raya besar dekat istana kota Geffenia. Di setiap kota terdapat kastil cabang milik pihak keluarga kerajaan, dimana pusat berada di istana ibu kota. Akan ada dua istana di tiap kota. Yaitu istana yang menjadi aset raja dan sangat boleh ditempati oleh kerabat dari keluarga kerajaan. Yang kedua itu istana untuk pemerintah daerah. Istana daerah ditempati walikota beserta jajarannya, pegawai negeri dalam otoritas pemerintahan daerah kerajaan Vilenchia.

"Istana yang megah. Itu ditempati kerabat keluarga kerajaan loh kak." Anna memandu perjalanan.

Anna meleng sedikit, unicorn agak liar dan hampir menyeruduk naga darat yang melintas dengan kereta barang.

"Ya ampun, Olaf!" Anna menarik talinya kuat-kuat.

Kuda unicorn pun kembali di pacu santai.

"Seru kan, mengendarai unicorn ke sekeliling kota," seru Anna.

Unicorn lebih besar daripada kuda Mustang yang sangat besar. Ketika menaikinya, seolah ada ditempat yang lumayan tinggi. Tidak seperti ketika naik sepeda ataupun motor.

"Naik unicorn ke dataran tinggi, sepertinya seru," ucap Anna.

"Sepertinya," sahut Nirvana.

"Jangan hanya bilang sepertinya, pengen tidak?" Tanya Anna.

"Akan aku pikirkan," balas Nirvana.

Menaiki kuda unicorn di kota ala kerajaan jaman dulu, adalah hal menarik. Ada sesuatu yang tidak dirasakan saat di kota futuristik.

Nirvana akan menikmati liburan sebelum menepati janji lainnya. Ia berjanji mencoba tuk mengalahkan Starla di pertaruhan duel. Perkara berhasil atau tidak, urusan lain.

~Bersambung~