Enam fragmen jiwa telah selesai disatukan kedalam satu void stone menjadi batu esensi. Penyatuan horcrux hampir selesai, tinggal menyatukan dengan satu fragmen jiwa, didalam batu penyegelan.
"Lantas bagaimana cara membuka segel yang mengunci jiwa didalam batu ini?" Tanya Satella.
"...." Nirvana terdiam saat Satella menatapnya.
"Aku bicara padamu!"
"Aku?"
"Bukan, roh didalam pedangmu!"
Ternyata perkataan Satella tertuju kepada Gandalf, bukan Nirvana.
Gandalf menjawab dengan nada bicara persis telepati area.
"Kamu yakin?"
"Tentu."
"Kamu yakin ingin membebaskan penyihir yang pernah mendirikan rezim penguasa gelap? Dia pernah menggusur keluarga kerajaan lalu menjadi penguasa kerajaan selama beberapa tahun. Aku jadi khawatir, nantinya ia akan merencanakan sesuatu yang jahat."
Gandalf memperingati, membuat Satella merenung. Satella terdiam, membuat pertimbangan.
"Lakukan saja," balas Satella.
"Oh, begitu. Dekatkan pedangmu kepada batu penyegelan jiwa. Ada fragmen jiwaku disana, menyegel jiwa jahat," kata Gandalf.
Nirvana menempelkan pedangnya pada batu penyegelan jiwa. Gandalf mengatur agar fragmen jiwanya di dalam batu penyegelan, terbuka.
Lalu....
Terjadilah ledakan kecil. Percikan petir, bukan api.
Mulai keluar gumpalan kabut berwarna putih. Saat gumpalan kabutnya habis, munculah sosok penampakan dua roh.
Muncul arwah perempuan dan laki-laki. Perempuan itu memiliki wajah mirip Satella, tapi dengan sedikit perbedaan. Kulitnya tidak seputih Satella. Jika Satella punya kulit seputih porselen sebagai gen snow elves, wanita itu kulitnya memang seputih ras Eropa. Tapi, dengan tingkatan sedikit redup. Kupingnya juga tidak lancip, roh perempuan itu memiliki kuping manusia normal, bukan half elves.
Jika Satella biasa memakai gaun berwarna hitam, gadis itu pakai kemeja putih dengan blazer warna abu-abu. Apakah roh itu mampu tampil modis? Mungkin itu wujud semasa hidupnya.
Sementara roh laki-laki, pernah dilihat saat mediumship beberapa bulan yang lalu. Ialah wujud dari Gandalf di dunia hampa, sewaktu mediumship segitiga.
Mereka saling tatap menatap satu dengan lainnya. Terutama arwah perempuan kelihatan amat marah.
"Bisa jelaskan, kenapa kamu gak memihak aku lagi!" Tanya arwah perempuan.
"Tapi, Bella--"
"Tapi apa!"
Mereka berkelahi. Sosok laki-laki, sudah jelas Gandalf. Berarti arwah wanita itu adalah Bellatrix. Saat ini mereka seperti akan bertengkar. Bukan pertengkaran, ini amukan sepihak yang tidak dilawan oleh pihak laki-laki. Adegan berlanjut dengan Bellatrix terus memarahi Gandalf, sampai beberapa waktu.
"Kamu sudah memakai mantra penyegelan padaku? Aku tidak percaya kamu melakukan hal itu padaku!" Bellatrix mengomel.
"Tapu tindakanmu telah melewati batas kemanusiaan," kata Gandalf.
"Oh, yeah!" Bellatrix memberikan gestur tidak suka.
Bella tidak mau dengar, sementara Gandalf menarik napas panjang sebelum menjelaskan. Raut wajah Satella menjadi bete. Ada sepasang pasutri roh sedang bertengkar di depan matanya. Satella menunduk, menutupi kupingnya.
"Kamu tega membunuh pahlawan perang, Helene yang mengalahkan dragon lord. Kamu udah menggusur keluarga kerajaan dari tahtanya. Kamu membunuh banyak orang, memenjarakan semua pemimpin rumah penyihir. Kamu melakukan semua itu." Gandalf masih bernada rendah, menunduk. Kemudian ia bersiap meledakkan emosinya.
"KAMU MELAKUKAN ITU SEMUA!"
"CUKUP, KAMU TIDAK--"
"SEJAK KAPAN KAMU JADI JAHAT!"
Mereka saling membentak, saling menyalahkan. Nada suara mereka menjadi pelan kembali, kian sendu.
"Aku hanya mau menjadi penyihir terkuat. Penguasa sihir nomor satu, dalam dunia ini, sampai beberapa abad kedepan."
"Tapi, bukan begitu caranya--"
"Aku mau menjadi sang penguasa kegelapan. Entitas terkuat yang melindungi dunia ini dari entitas penyerang dari dunia lain."
Dari sini, mungkinkah niat yang sebenarnya itu baik?
"Jangan-jangan kamu--"
"Jangan-jangan apa?"
Mereka terhenti sejenak.
"Ya ampun, pentas drama," keluh Satella.
Gandalf melanjutkan kesimpulan yang tertunda.
"Jangan-jangan kamu envy karena bukan kamu pahlawannya. Kamu envy karena bukan kamu penyihir yang mengalahkan dragon lord kan."
"...."
Atas tebakan Gandalf, bellatrix terdiam.
"Jangan bilang--"
"Apa?"
Tiba-tiba Gandalf terkejut, lalu Bellatrix maju selangkah.
"Dari mana bangkitnya kekuatan besarmu?"
"...."
"Jawab aku!"
Gandalf bertanya, Bellatrix diam, terbungkam. Gandalf memaksanya menjawab, terus sampai Bellatrix ingin buka suara.
"Aku melakukan perjanjian dengan iblis bumi," kata Bellatrix.
Gandalf terdiam, sedikit jengkel.
"Jangan bilang! Jadi kamu berbuat jahat, hanya karena kisah tentang penguasa kegelapan. Hanya karena kamu terinspirasi dari dongeng, kemudian kamu jadi jahat? menjadi seperti sosok dalam imajinasi mu sendiri. Otak dari semuanya, adikmu sendiri. Kamu dicuci otak, sayangku." Gandalf menghela napas, menunduk.
Dengan bangga Bellatrix memberi jawaban yang kontroversial.
"Tapi aku menikmatinya kok."
"Apa katamu Bell--"
"Aku menikmati peran sebagai raja kegelapan. Dark lord Bellatrix sang pemimpi orde penyihir gelap, dead eater. Aku menikmati semua itu. Kejayaan ku empat abad yang lalu."
"Sungguh kamu bilang begit--"
"Terimakasih telah mencegahku, sebelum tindakanku melampaui batasnya."
Gandalf terlihat depresi akibat pernyataan tidak menyesal Bella. Bellatrix terus memotong ucapan Gandalf. Namun diakhiri dengan pernyataan terimakasih tulus dari Bellatrix. Pernyataan terimakasih Bellatrix dengan nada lembut.
Nadanya menjadi sangat lembut sehingga Gandalf terhanyut akan suasana itu. Suasana kerinduan.
Hingga yang menonton pun mulai mengomentari.
"Ternyata dua arwah itu, sepasang pasutri," komentar dewi Eris.
"Kaya nonton telenovela," balas Satella.
Telenovela yang dimaksud bukan acara tv, tapi pentas drama diatas panggung. Di dalam universe ini televisi tidak ada.
"Oho, iya, melihat aku ditulis di pelajaran dalam sejarah disekolah sihir saja, sudah membuatku puas," kata Bellatrix.
Di tengah suasana santai, sedikit ketegangan terjadi saat peti mati tiba-tiba goyang-goyang. Seolah seseorang dari dalam peti sedang mendobrak peti matinya.
Peti matinya bergerak-gerak, itu seperti dipukul dari dalam.
Peti mati telah tutup dan dirantai sebelumnya.
"Hei ... kenapa begini. Bikin gelisah aja," keluh Satella.
"Cepat, berikan batu esensinya!" Bellatrix menyodorkan tangannya.
Satella membuat batu esensi hitam melayang, dengan telekinesis. Lalu diarahkan ke arah Bellatrix. Kini ia menerima batunya, ia menyerap fragmen jiwanya kembali. Horcrux telah di ekstraksi, membuatnya jadi satu roh yang utuh.
"Permainan menyembunyikan jiwa dari malaikat kematian memanglah permainan yang mengerikan. Aku tidak mau lagi bermain-main pakai sihir gelap ini lagi," ucap Bellatrix.
Batu esensi berwarna hitam gelap, menjadi bening kembali. Fragmen jiwa didalamnya, dikeringkan. Itu kembali menjadi void stone. Kala batunya diserap, peti mati menjadi tenang kembali.
"Silahkan dibuka," seru Bellatrix.
Satella menghampiri peti mati itu. Sekilas peti matinya sudah tenang, tidak gerak-gerak lagi. Meski sudah tenang, tapi Satella masih ngeri.
"Tapi kan, takut juga. Kalau nanti tau-tau bergerak sendiri, jantung Stella bisa copot tau," ucap Stella, menolak.
"Dasar kagetan," seru Nirvana.
"Ka ... ka, ka--"
"Kamar kecil?"
"Bukan!"
Satella ngeri karena peti mati yang didalamnya ada jasad yang dapat bergerak-gerak sendiri. Jadi gagap juga latah, kemudian diusilin dan dipotong ucapannya.
"Ka, ka ... kamu periksa peti mati nya!" Satella menunjuk kearah peti mati sambil menatap Nirvana.
"Baiklah, dasar penakut." Nirvana menyindir.
"Bu-- BUKAN!" Satella dengan nada keras, agak kaget.
"Bukan penakut." Nada Satella jadi menurun.
"Tapi suka kaget." Nada Satella kini seperti berbisik.
"Kagetan," gumam Nirvana.
"BUKAN!" Jerit Satella.
"Ara ... gadis ini seperti aku waktu remaja dulu." Bellatrix, terkekeh.
"Iya benar." Gandalf ikut tertawa.
Satella pun membuka kunci rantai, kemudian mundur ketika tinggal membuka peti matinya. Menoleh kearah Nirvana, gemetaran.
"Kamu yang buka peti matinya."
Satella yang gak kuat jumpscare, angkat tangan. Nirvana membuka peti matinya secara perlahan.
"Tidak ada apa-apa," kata Nirvana.
"Benarkah?" Satella mendekati Nirvana. Berdiri dibelakangnya, berlindung dipunggung Nirvana. Nirvana maju sedikit-sedikit, lalu Satella menarik lengan Nirvana kebelakang agar tidak buru-buru mendekati peti mati horor itu.
"Tidak ada apa-apa," kata Nirvana.
Satella melihat jazad di dalam peti mati. Melihat dalam waktu lama.
"Kok seperti aku yang mati. Ngeri, habisnya mayat itu mirip dengan Stella," gumam Satella.
"Mayat Bella sedikit lebih tinggi darimu. Kupingnya tidak seperti kuping lancip ini." Nirvana pun berbuat usil dengan cara menjepit kuping Satella. Umumnya kuping elves sangat sensitif.
"Kya...." Satella sedikit menjerit.
"Jangan pegang kupingku, kuping Stella geli. Kuping elves sensitif loh." Satella sedikit menggeliat.
"Mereka serasi." Bellatrix terkekeh ditengah tawanya.
"Jadi teringat masa lalu," gumam Gandalf.
Tidak lama kemudian masuklah seseorang. Gaun hitam panjang, pinggang jenjang dihiasi oleh ikat pinggang besar yang trendi. Lalu rambutnya yang kelewat panjang sampai sepinggang, poni ungu panjang menutup satu matanya.
Bellatrix membelakangi Violetta, Violetta mendekat hingga berada tepat dibelakangnya. Merasa ada hembusan napas di tengkuknya, Bellatrix berbalik. Hingga mereka saling menatap satu sama lain.
"KAMU!"
"Ya, kenapa?"
Bellatrix menunjuk kearah Violetta dengan keki, sementara itu Violetta mengangkat bahunya hingga kedua tangan direntangkan kesamping.
"Ada apa Bella?" Tanya Gandalf.
"Orang ini--"
"Kenapa?"
Bellatrix merasa jengkel karena melihat Violetta.
"Dia mengalahkan ku. Aku kalah dengan seorang dukun perempuan. Dasar paranormal aneh, ka-- kamu diluar nalar. Orang ini keahlian supranatural nya bener-bener gak ngotak."
"Stt...."
Bellatrix terus mengoceh, Violetta memberi gestur mohon tenang.
Author POV.
Momen pertarungan Bellatrix dan Violetta terjadi dua tahun yang lalu. Tepatnya beberapa hari sebelum kelulusan Violetta dan sekutunya. Bellatrix berusaha mengambil alih tubuh Satella sebagai vassal nya, supaya ia bisa hidup kembali. Tapi rencana Bellatrix dicegah Violetta.
Kisah ini diceritakan di sekuel The Freezing Expert. Adalah ex volume dari cerita utama ini. Satella dan kawan-kawan bertempur dengan Snape. Snape adalah letnan dari mantan penguasa kegelapan yang pernah menjajah setengah wilayah kerajaan. Hanya wilayah terpencil yang tidak rezim Bellatrix kuasai.
Snape muncul dengan familiar andalannya yaitu ular balisik.
Sebenarnya bukan Satella yang mengalahkan Snape, melainkan Bellatrix itu sendiri. Jimat emas hexagonal yang dikalungkan oleh Satella dijadikan media merasuki tubuh Satella, oleh Bellatrix.
Pertempuran belum berakhir saat Bellatrix membunuh letnan nya sendiri, tapi terus berlanjut dengan Bellatrix berusaha mencuri tubuh Satella sebagai vassal. Violetta pun sukses menggagalkan rencana itu.
POV end....
Perbincangan ini masih berlanjut. Obrolan dengan arwah orang dari empat ratus tahun yang lalu.
~Bersambung~