Hollow adalah kondisi dimana roh tidak bisa mati, disisi lain juga tidak hidup. Saat mati, manifestasi arwah yang berada di jembatan Limbo, hanyalah wujud prematur. Wujud prematur adalah manifestasi dari arwah yang dibagi dalam beberapa bagian, atau potongan.
Tubuhnya bergerak, tapi kosong. Jiwanya belum pergi ke alam roh, tertahan di dunia orang hidup. Dengan benda sebagai wadahnya
Ini adalah kutukan dari dark magic untuk keabadian. Karena ini lebih abadi dari panacea universal atau usia elves itu sendiri, maka dampak kutukannya cukup mengerikan.
Permainan sihir gelap keabadian tersebut, dengan horcrux sebagai media sihirnya.
Author : Chapter flashback, berakhir disini.
________________________________________________________
Ruang kebutuhan.
Saat ini rutinitas di sekolah sihir berjalan seperti biasa.
Nirvana memasuki ruang rahasia dalam sekolah. Satella lagi sibuk menata beberapa benda di meja. Benda tersebut seperti benda antik didalam lemari kaca para kolektor. Sementara seorang wanita cantik dengan rambut hitam originalnya, dimana ia suka memakai ilusi tuk menyamarkan warna rambutnya menjadi silver. Yang duduk sambil minum teh adalah dewi Eris.
"Sudah dapat?" Tanya Satella, ia menyodorkan tangannya. Satella masih membelakangi Nirvana, berjongkok di karpet disibukkan dengan semua item sihirnya.
Nirvana berdiri didekat Satella, berdiam diri.
"Mana void stone nya?" Satella menagih lagi.
"Batu ini kan?" Nirvana memberi sebuah batu kaca bening yang berbentuk segi enam pada Satella.
"Ya-ya-ya...." Satella memberikan gestur tidak sabaran. Ia menarik kasar lengannya saat menerima material sihir tersebut.
Satella memegang belati dengan bentuk yang mirip seperti belati untuk ritual sihir gelap.
"Itu semua, adalah material juga?" Tanya Nirvana.
"No, no, no. Ini semua merupakan kode mistik. Ada fragmen jiwanya juga loh, didalam semua ini," ujar Satella, menyanggah.
Di atas meja ada beberapa benda antik. Ternyata semuanya itu item sihir setingkat kode mistik. Kode mistik diatas meja ada tujuh item.
Sebuah perhiasan emas berbentuk mahkota ratu. Jam pasir kuno yang biasa Satella pakai tuk perjalanan waktu. Guide book dengan judul, alkimia kegelapan guide. Sebuah kalung jimat emas hexagonal. Batu cincin hitam meteor. Cermin rias berukuran genggaman tangan.
Enam fragmen jiwa didalam kode mistik. Satu fragmen jiwa didalam batu penyegelan.
Jadi total ada tujuh fragmen jiwa, jiwanya di pecah dengan sihir horcrux. Itu sihir keabadian yang sangat gelap dan terkutuk.
"Jadi, cermin rias itu adalah kode mistik?" Nirvana mengangkat bahu.
"Iya, benar." Satella mengangguk sambil duduk di karpet, ia sedang membelakangi Nirvana.
"Bisa jelaskan apa fungsi benda tersebut?" Tanya Nirvana.
"Tentu saja untuk melihat--"
Satella akan menjelaskan, namun Nirvana memotong. Nirvana malah meledek dengan nada sarkastik.
"Cewe memang suka ngaca."
"Eh--"
Nirvana menirukan suara Satella, dengan ekspresi meledek.
"Hei, hei ... cermin ajaib. Katakan, siapa wanita tercantik di planet ini wahai cermin ajaib?"
"Tentu kamu tuan penyihir."
Kemudian Nirvana meniru suara orang lain. Suara pertama meniru suara wanita, suara kedua sebagai jawaban jelas suara laki-laki.
Satella menunduk kesal karena perkataannya dipotong.
"Apaan tau!" Satella melotot sambil menunjuk, dengan nada bete.
Satella membentuk es seukuran genggaman tangan. Es batu kotak agak besar. Kemudian Satella mau melemparkannya kearah Nirvana.
"MAKANYA JANGAN SOK TAHU!" Satella melempar es batu sekuat tenaga, walau meleset. Walaupun masih kesal, Satella mencoba tuk rileks. Ia menarik napas panjang.
"Ternyata Satella pemarah juga. Pertama bertemu sangat manis, kupikir gak bisa marah," gumam Nirvana.
"Aku lagi konsentrasi nih." Satella kembali fokus pada ritualnya.
Butuh beberapa detik agar Satella bisa melonggarkan ketegangan diwajahnya. Duduk, mengatur napasnya dan mencoba santai.
"Cermin ini bisa menampakkan wujud asli seseorang. Bisa untuk mengungkap penyamaran musuh yang menyusup," kata Satella.
Satella menempelkan belati ritual kepada buku sihir.
"Sudah," gumam Satella.
Satella menempelkan belati ritual pada void stone. Seketika itu mulai berubah menjadi warna hitam.
"Em, jadi begitu ya. Sudah kuduga, sudah kuduga," gumam Satella.
"Ngomong apa sih?" Nirvana pun mengomentari.
"Aku memindahkan fragmen jiwa kedalam void stone. Jiwa bellatrix memiliki aura gelap, aura warna hitam," jawab Satella.
Sekarang Satella menaruh belati ritual diatas jam pasir ajaib.
"Sudah," gumam Satella.
Ditengah prosesnya, Satella berdiri untuk melakukan perenggangan.
Satella malah berbaring disofa.
"Tidak dilanjut?" Tanya Nirvana.
"Habisnya pegal," balas Satella.
"Cepat ambil peti mati dibelakang sofa ini!" Perintah Satella. Satella berbaring, disofa. Nirvana segera melangkah kebelakang sofa tempat Satella berbaring pegal.
"Sejak kapan disini ada peti mati? Untuk apa peti mati ditaruh disini, anjay!" Nirvana terkejut.
"Cepat angkut kesitu," balas Satella, dengan santainya.
Nirvana memindahkan peti mati, sesuai permintaan Satella.
Satella bangkit dari pose santainya. Mengeluarkan sebuah botol kaca berisi boneka. Tunggu, itu bukan sebuah boneka. Warnanya seperti kulit tikus yang baru saja lahir.
"Apa itu sebuah jenglot?" Nirvana tersentak kaget.
"Hu-- huh? Apa katamu? Apakah di dunia kamu, jazad dari pelaku sihir keabadian itu disebut nya jenglot?" Tanya Satella, dengan nada heran.
"Iya, benar, itu jenglot." Nirvana mengangguk.
Jenglot.
Jazad berekspresi seperti hidup, padahal itu mati. Jazad berbentuk dewasa, tapi ukurannya menyusut menjadi sebesar anak tikus. Lebih tepatnya sebesar bayi prematur.
Tangan dan kakinya seperti sangat kekurangan daging, kulitnya amat merah seperti habis dikuliti. Tentu tidak, kulitnya utuh sejak awal.
Selain menyusut, itu mengalami regenerasi. Rambutnya berwarna silver, agak jarang-jarang seperti sudah rontok.
"Pemilik tubuh ini, mati pada usia berapa tahun?" Tanya Nirvana.
"Tanya Gandalf!" Satella segan tuk menjawabnya. Selain ia tidak tahu, sepertinya ada kenangan buruk tentang orang ini.
"Apa?" Nirvana mengangkat bahu. Sementara Satella mulai melotot, otot-otot dilehernya bersiap untuk meneriaki. Urat mulai terlihat pada lehernya Satella.
"INI ISTRINYA GANDALF!" Satella memaki sepenuh hati.
Roh didalam justice sword pun bersuara.
"Tiga puluh tahun. Bellatrix satu angkatan dengan ku. Ia meminum panachea universal yang dapat memperpanjang usia. Tubuhnya masih seperti remaja berusia dua puluh tahun. Tidak, itu sembilan belas tahun. Bellatrix awet muda berkat ramuan ajaib alkimia itu."
Nirvana menanggapi dengan agak kurang percaya.
"Istri seorang yang baik, adalah seorang penjahat?" Nirvana agak bingung. Sementara Satella mulai memotong arah pembicaraan.
"Aku ada buku sejarah. Aku kasih pinjam kamu, aku males jelasin ceritanya," kata Satella.
Satella mengeluarkan jenglot dari dalam botol. Jazad yang terkena kutukan itu ditaruh di atas meja.
Satella pun menaruh belati ritual diatas void stone. Itu menempel di batu hitamnya.
"Sudah menjadi batu esensi?" Tanya Gandalf.
"Iya, benar.... Istrimu jiwa nya berwarna hitam tau," kata Satella, mengolok-olok.
Dalam hati Satella berkata.
Senangnya bisa membalas mulut nyakitin dari roh sialan itu!
Terakhir kali Satella bete karena dikatain Gandalf, adalah saat ia melakukan mediumship di tenda miliknya. Ketika Geffenia sedang diserang oleh Diablo.
"Sudah," seru Satella.
"Kamu berhasil menyatukan roh Bella?" Tanya Gandalf.
"Ada yang berubah tuh," seru dewi Eris.
Tubuh jenglot itu membesar jadi seukuran tubuh anak kucing. Baik tangan atau kakinya sudah terisi daging, tidak seperti sebelumnya. Sebelum ini, jazadnya kelihatan nyaris seperti kerangka. Kini sudah agak terisi daging. Pose tubuhnya yang duduk dan mendobrak botol kacanya, kini terbaring seperti layaknya jazad orang yang mati.
Ekspresi jenglot sudah tak terlihat seperti raut wajah orang hidup lagi. Mulut menyeringai nya kini telah menutup walau cemberut. Rambut jarang-jarang sudah lebih lebat lagi walau masih seperti rontok banyak.
"Kamu lihat, roh sialan! Mayat dari Istrimu sudah berubah menjadi sedikit lebih baik. Makanya jangan pernah menghinaku lagi. Karena Satella itu bukan orang yang bisa dikatain seenaknya," seru Satella.
"Iya lah, cewe kuping aneh," balas Gandalf.
"Tuh kan!" Satella jengkel karena dikatain lagi.
Kemudian Satella melanjutkan ritualnya. Menyerap fragmen roh dalam mahkota ratu milik Helene Charlotte. Gandalf berkomentar.
"Itu kan, kode mistik punya Helene kah?" Tanya Gandalf.
"Istri tercintamu merampok dari nenek moyang ku!" Satella cuek, memberi nada kesal.
"Jangan membenci Bella," gumam Gandalf.
Satella menghisap fragmen jiwa di dalam mahkota ratu. Horcrux nya diserap, dipindahkan ke void stone yang berubah jadi batu esensi yang berwarna hitam.
"Sudah," seru Satella.
Setelah tiga fragmen disatukan, jenglot berubah bentuk. Jazadnya bellatrix kini berubah jadi ukuran balita usia tiga tahun. Rambutnya lebih lebat, warna kulitnya tidak seperti kulit bayi tikus lagi. Kuning langsat agak sedikit keriput. Jazad Bellatrix sudah tak seperti jenglot lagi, sudah agak normal.
Satella melanjutkan proses ritual pembebasan kutukan, lagi. Waktu berlalu, Satella telah menyatukan empat fragmen roh. Jazadnya kini tidak seperti jenglot lagi.
Perubahan pada jazadnya yaitu menjadi seukuran tubuh goblin. Rambutnya tambah lebat. Kulit Bellatrix sudah tidak keriput lagi, walau agak peot. Masih setengah mengerikan, tapi masih lebih baik.
"Sekarang, pindahkan jazadnya kedalam peti mati!" Pinta Satella.
Nirvana dengan ngeri mengangkat tubuh abnormal itu. Terasa enteng saja saat diangkut. Meletakkan itu didalam peti, baik-baik saja. Tetapi masalah datang saat Nirvana mulai menarik lengannya keluar.
"Apa ini dia memegangi tanganku!" Nirvana merasa panik.
"APA!" Satella ikut kaget.
"Kamu jangan usil perkara orang mati!" Nirvana memberi proses.
"Ta-- tapi, tapi bukan aku." Satella menggerakkan tangannya.
Tangan kanannya dipegangi oleh mayat mati. Nirvana tarik menarik untuk membebaskan lengannya. Nirvana memakai lengan kiri tuk membebaskan tangan kanan dari cengkeraman mayat mati itu. Tapi, ketika Nirvana menarik memakai kedua lengannya, sesuatu terjadi.
Tau-tau leher mayat terangkat. Itu seperti mencoba mengigit lengan bagian kiri Nirvana. Dengan reflek, Nirvana menarik tangan kirinya. Nirvana mendorong kening mayat tersebut agar tidak mengigit nya.
"Cepat bantu dia!" Jeritan kecil dari dewi Eris. Ia beranjak tuk memberi bantuan pada Nirvana. Begitu juga dengan Satella, yang ikutan panik.
Tarik menarik tiga orang dan satu mayat terjadi sengit.
"Diam, kamu diam! Dasar mayat! Semasa hidup kamu membuat satu kerajaan sengsara, waktu mati mau mengigit teman terkasihku, dasar nyusahin!" Satella memaki mayat, kemudian menutup peti matinya untuk sementara waktu.
Satella menghela napas.
"Ritual yang menyusahkan."
Satella rebahan disofa, menunda ritual sambil istirahat.
~Bersambung~