Singkat cerita, Fiana sudah ada di alun-alun ibu kota. Seorang butler menemaninya, walau lebih tepat disebut sebagai pengawalan karena Fiana tidak terlihat mengajak Jhon untuk bertamasya.
"Apa sekarang sudah tengah hari?" Tanya Fiana.
Jhon Locke melihat ke brass pocket yang ia simpan disaku.
"Masih lima belas menit lagi, nyonya Fiana," ujar Jhon.
Alhasil mereka pun duduk di kursi taman.
"Apa ada tempat yang ingin anda tuju?" Tanya Jhon.
"Tidak, aku hanya ingin menunggu sampai tengah hari. Boleh pinjam brass pocket mu itu, Jhon?" Fiana mengulurkan tangannya.
"Ah iya, ini." Jhon memberikan jam miliknya.
Yang dilakukan Fiana hanya duduk sepanjang waktu, memperhatikan sekitar sambil sesekali melihat ke brass pocket. Sementara Jhon agak segan, ia tidak berani duduk satu kursi di taman dengan putri dari majikannya.
"Anda sungguh menunggu hingga tengah hari, pas. Apa nyonya punya janji bertemu dengan seseorang?"
"Sudah jangan banyak tanya!" Fiana memberi teguran.
"Mohon maaf." Jhon menunduk, nadanya sangat sopan.
Tau-tau Fiana terkejut, ia segera menoleh kearah Jhon Locke.
"Ah, mohon maaf juga. Aku tidak sengaja bertindak galak, aku hanya sedang fokus pada sesuatu. Apakah kamu tahu, orang bodoh tidak bisa fokus pada dua hal sekaligus. Jika kamu menyela, aku akan gagal pada tujuan awal ku," balas Fiana.
"Saya memang bodoh." Jhon pun menunduk dengan nada menyesal.
"Bu-- bu-- bu--bukan kamu yang bodoh Jhon, tapi aku yang bodoh. Kubilang!" Fiana mengerutkan dahinya.
"Anda tidak bodoh. Anda adalah seorang putri yang pintar, nyonya Fiana." Jhon menyanggah dengan suasana bertambah canggung.
"Terimakasih atas sanggahannya. Sekali lagi, maafkan aku ya Jhon." Sekali lagi, Fiana memberi senyum yang sangat manis.
Untuk sesaat Jhon hanyut dalam senyum manis Fiana. Sementara Fiana kembali fokus melihat ke monumen pedang batu.
Yang Fiana lihat adalah seorang remaja laki-laki bersama seorang gadis berambut perak. Dan entah bagaimana, Fiana jadi fokus pada kedua orang itu.
Sampai akhirnya remaja laki-laki tersebut benar-benar menarik pedangnya.
"Itu dia!" Fiana terlonjak kaget dan berdiri dari duduknya.
Selanjutnya Fiana akan segera mengikuti Nirvana. Tetapi ketika Nirvana memasuki tenda, Fiana kehilangan jejaknya. Tendanya menghilang secara tiba-tiba. Fiana segera membuat future diary.
"Sang Justice sword akan menuju Geffenia. Jangan diikuti karena peperangan terhadap ras iblis akan terjadi. Jika kamu pergi ke kota Geffenia, besar kemungkinannya kamu akan tewas."
Itulah yang tertulis di future diary.
"Hey, Jhon!"
"Iya, nyonya Fiana?"
Jhon menyahut panggilan Fiana.
"Ras iblis itu apa?" Tanya Fiana.
"Ah, iya, iblis itu adalah semacam mahluk mitos dalam dongeng. Ras iblis itu tidak nyata, nyonya Fiana."
Jhon hanya menjawab berdasarkan wawasannya. Fakta berdasarkan pengetahuan umum, menyatakan bahwa iblis itu tidak ada. Selama beberapa abad kebelakang tidak pernah nampak eksistensinya. Itu menurut pengetahuan di buku.
"Aku bingung," gumam Fiana.
"Apakah ada yang bisa aku bantu?" Tanya Jhon.
"Tidak ada. Ayo kita pulang, Jhon!" Akhirnya Fiana bergegas pulang.
Sejujurnya Fiana bingung karena kenyataan yang dikatakan future diary dan buku sejarah itu sangat berbanding terbalik.
Lantas Fiana membuka lagi future diary miliknya.
"Ada peristiwa yang dinamakan, keretakan dimensi. Time-rift akan membuat dua dunia terhubung. Kebetulan di kota Juno, terdapat keretakan dimensi yang belum ditutup. Kementerian sihir hanya menemukan dua celah time-rift, sebenarnya ada tiga. Pergilah ke alun-alun! Beritahu kepada staff kementerian sihir disana bahwa keretakan dimensi yang ketiga, letaknya di kota Juno. Kamu boleh untuk tidak peduli dan pulang ke rumah. Jika kamu pergi ke Juno dengan niat menyelesaikan quest, kamu akan mendapatkan seorang pembela, sebagai reward."
Itulah pesan dari future diary, dan Fiana hanya membaca dalam hati.
"Selanjutnya, mau diantar sampai kemana, nyonya Fiana?" Jhon pun kembali pada gestur menunduk.
"Kota Juno!"
"Apa?"
"Iya, Juno."
Tentu saja Jhon merasa terkejut, apalagi jarak kota Juno sangat jauh. Terlebih, berangkat dari ibu kota. Apabila berangkat dari Geffenia, jaraknya lebih dekat. Dari ibu kota menuju kota Juno akan menjadi perjalanan panjang. Kira-kira akan berjarak tujuh puluh kilometer. Itu lebih cepat jika menaiki hipogriffin atau Griffin. Jika naik kereta naga, akan terasa lamanya.
**************
Kota Juno.
Ini alun-alun kota Juno. Fiana lagi bersama Jhon Locke sang butler, ditemani dengan dua orang staff kementerian sihir. Mereka tiba di kota Juno, dalam waktu dua menit.
"Siapa sangka, kita akan pergi ke tempat ini dengan mantra teleport," gumam Jhon.
"Yah." Fiana mengangguk dengan ekspresi yang sangat polos.
Kemudian Jhon akan melangkah ke arah Fiana. Lantas Jhon berbisik kepada Fiana. Mendengar bisikan, Fiana hanya mengangguk saja.
"Nyonya Fiana.... Apa benar kamu mengetahui lokasi dari apa yang mereka cari? Kalau semua hanya akal-akalan anda agar mendapat perjalanan gratis via mantra, maka saya tidak tahu harus melakukan pembelaan seperti apa?"
"Aku jujur, aku selalu jujur, kamu tidak mengenalku ya?" Wajahnya cemberut. Fiana membenarkan tindakannya.
Tak lama, dua mage kementerian sihir mendekati Fiana.
"Permisi, dimana tepatnya, lokasi keretakan dimensi?"
"Ah, ikut aku!" Fiana melangkah seraya membuka future diary. Atas semua informasi dari future diary, Fiana tahu dimana lokasinya.
Betapa panjang lurusan, belokan, future diary memberitahu Fiana setiap detail nya.
Singkat cerita, Fiana menunjukkan lokasinya.
"Apa lubang hitam dengan corak titik-titik bintang, adalah keretakan dimensi yang kalian maksud? Ini cukup masuk akal jika di katakan sebagai keretakan dimensi. Soalnya mirip dengan rona antariksa sih. Diriku yang malas membaca saja dapat menyimpulkan. Jelas kan, ini seperti antariksa yang aku lihat di buku cerita berwarna."
Begitulah Fiana menjelaskan. Staff kementerian sihir terkejut atas apa yang Fiana ceritakan.
"Apa...."
Umumnya, keretakan dimensi tidak bisa dilihat. Cara untuk melihatnya adalah dengan item sihir malah, cincin batu sihir hijau jamrud yang biasanya dipakai untuk membuka keberadaan sihir invisible. Nirvana dan Satella pernah melihat wujud keretakan dimensi.
Alasan mereka bisa melihatnya adalah karena mereka memiliki pengalaman melewati gerbang keretakan dimensi.
"Anda tidak memakai cincin batu jamrud bukan?" Tanya mage.
"Tidak, lihat tanganku polos." Fiana menunjukan kesepuluh jemarinya.
"Mantra apa yang digunakan? Itu pastinya mantra rare yang hanya diketahuinya segelintir orang yang asalnya dari keluarga sihir ternama deh."
"Kurasa, Seperti itu."
Kedua mage kementerian sihir pun memberi opini.
"Tidak, aku tidak memakai mantra sihir. Aku adalah seorang mugle, kedua orang tua ku juga mugle dan nenek moyang dan seterusnya juga bukan seorang ahli sihir." Sanggah Fiana.
"Lantas, bagaimana cara anda bisa melihat itu?" Tanya mage.
"Mungkin saja dia adalah seorang Kineser. Memakai semacam kinesis yang terletak pada kekuatan mata." Mage satunya menerka.
"Aku bukan seorang kineser. aku pernah bertemu dengan kineser, kemudian melakukan tes bakat. Menurut seorang kineser, aku tidak memiliki kemampuan kinesis pada otak tengahku."
Lagi-lagi Fiana menyanggah, lalu sukses membuat dua orang mage kementerian sihir kebingungan.
Ini adalah momen, dimana Fiana mulai menyadari bahwa ia mendapat kekuatan untuk melihat objek tak kasat mata. Mata misterius milik Fiana, mungkin mampu melihat wujud invicible seorang assassin.
"Ayo tutup time-rift nya!" Seorang staff dengan cincin batu jamrud mengkonfirmasi bahwa time-rift terletak disana. Tanpa mau ambil pusing tentang bagaimana Fiana melihat time-rift, mereka fokus menutup time-rift.
"Aku serahkan pada kalian!" Fiana meninggalkan mereka.
Selanjutnya Fiana melihat future diary.
"Karena kamu menuntaskan quest, kamu berhak mendapat reward! Kamu akan mendapatkan seorang pembela dalam wujud NPC."
Di saat Fiana selesai membacanya, tinta hitam tulisan memudar dan menghilang. Selang beberapa saat, muncul tulisan baru di kertas yang kosong tersebut.
"Kami akan mengarahkan kamu! Pergilah ke arah jam sebelas dari posisi pandanganmu saat ini, yang kamu lakukan hanya berjalan lurus kedepan hingga ada pertigaan!"
Maka Fiana mulai melangkah. Fiana sedang dalam pencarian.
"Jangan lama-lama! Setelah kami menutup time-rift, kami segera memulangkan mu. Jika terlalu lama, kami tinggal!" Staff kementerian mewanti-wanti.
Kota Juno sangat tinggi, berdiri di pembatas jalan akan seperti sedang berdiri diujung tebing yang sangat tinggi. Kota Juno berdiri di atas pegunungan Juno. Gerbang depan mengarah kepada beberapa kota di kadipaten Vilenchia tengah. Bagian belakang kota Juno, adalah lautan tanpa pantai. Di dataran Aluscia bagian utara, tidak ada pantainya. Pegunungan Juno luas membentang, menutupi laut di dataran bagian utara. Hampir seluruh dataran di utara Aluscia adalah pegunungan.
Pemerintah malas menamai setiap gunung di utara, maka semua akan dinamai gunung Juno. Tidak ada pantai. Itu hanya ada tebing gunung yang terhubung ke laut.
Ada tiga gunung yang menjadi alas berdirinya kota Juno. Block A dan block B adalah bagian utama, lalu block C adalah landasan airship beserta beberapa gedung industri.
Kota Juno adalah kota dimana alas sudah diratakan. Ada beberapa pegunungan vulkanik jauh di bagian baratnya. Sementara kota berdiri diatas gunung non vulkanik. Ada jembatan yang sangat panjang menjadi penghubung antar block A dan block B, di kota Juno.
*****************
Singkat cerita, Fiana menemukan pintu gaib tanpa dinding. Pintunya persis dengan pintu dunia hampa. Fiana memegang gagang pintunya, kemudian Fiana mengantuk. Dalam perspektif Fiana, roh nya seperti terlepas dari tubuhnya dan masuk kedalam pintu gaib tersebut. Pintu ghaib mendadak terbuka.
Dunia hampa.
"Hah--"
Fiana sedikit kaget, lalu melihat ke sekeliling. Yang ada disekitarnya adalah latar berwarna putih, dunia yang hampa tanpa materi. Seperti biasa, pemilik tempat hanya menunjukkan suaranya.
"Apa kamu tahu, alasan aku bawa kamu kesini?"
"Lagi--"
"Iya, lagi!"
Fiana tidak sanggup menerka kemungkinan.
"Mana aku tahu--"
"Sudah kuduga, kamu ini kurang cerdas yah."
Menarik napas berat, Fiana hanya mampu cemberut atas hinaan itu.
"Dari semua pemilik future diary, kamulah yang terlemah. Perbedaan kalian bagai bumi dan langit."
"Lalu apa hubungannya?"
"Tentu ada, dasar dungu!"
Fiana hanya bisa cemberut sambil membuat suara jeda napas lucu, menunduk bete.
"Tapi, tapi, tapi--"
"Hmmm?"
Fiana sedikit bergetar dan mulai gregetan dengan dewa mesin ini.
~Bersambung~