Mulai dari sini akan memasuki flashback dalam cerita.
__________________________________________________
Di sebuah vila bangsawan mewah, seorang pria bangsawan berambut hitam dengan model spike berjalan memasuki kamar. Pakaian mahal dengan tampilan simpel ini adalah pakaiannya yang paling sederhana.
Ketika ia memasuki kamar, sesuatu sangat tidak manusiawi terlihat.
Seorang gadis berambut hitam lagi tiduran di kasur. Wanita tersebut hanya ditutupi selimut, pakaiannya ada di lantai, berantakan dan saling terpisah dimana-mana.
Kedua tangannya diikat ke dua arah dengan posisi tangan direntangkan kesamping, agak keatas. Posisinya mengekspos ketiak mulus nan putih. Wanita berambut hitam itu sedang tertidur. Dilihat dari wajahnya, ia seperti sedang kelelahan.
"Cepat bangun!"
Dengan teganya laki-laki itu malah menepuk wajah si wanita.
"Baiklah, akan aku nyalakan alat pemanas!"
Laki-laki itu berjalan ke kotak kayu dengan kristal merah api berukuran kecil didalamnya. Ternyata itu alat untuk memanaskan ruangan yang berbasis mana api dari batu sihir.
Dengan tidak manusiawi, laki-laki tersebut membangunkan si wanita yang sedang kelelahan itu.
"Hmm--"
"Bangun!"
Gadis berambut hitam perlahan bergerak dengan perasaan gelisah. Sementara laki-laki itu tersenyum seolah-olah menikmati kala sedang menyiksa seseorang.
"Panas, tolong matikan pemanas ruangan nya!" Gadis itu perlahan membuka matanya. Dihadapannya adalah sosok laki-laki yang telah membuatnya menderita sedang terduduk dengan wajah jahatnya.
Kemudian laki-laki itu berjalan kearah si wanita.
"Bisa-bisanya kamu santai-santai! Kamu harus melayani ku tau tidak dasar jalang!" Laki-laki itu mulai menjambak si wanita.
"Aku lelah, aku mau istirahat," ucap wanita itu, dengan nada lunglai.
"APA KATAMU!" Laki-laki ini pun marah dan membentaknya.
"Semalam aku sudah diperkosa berkali-kali. Aku kelelahan, tolong jangan perkosa aku lagi! Lepaskan diriku, aku mau pulang!" Wanita tersebut mulai menangis.
"Apa katamu, pulang? Adik mu lah yang sudah menjual mu kepadaku! Dengan slave contrac ini, jika kamu berusaha kabur maka pengadilan kerajaan akan mengeksekusi mu! Kamu mau, dipenggal di depan orang-orang, hah jalang!" Laki-laki tersebut menjambak lebih keras.
"Kau benar, adikku yang jahat telah memaksaku menandatangani slave contrac," bisik wanita itu.
Alasan si wanita diikat, tidak lain adalah karena si wanita selalu saja mencoba bunuh diri. Agar ia tidak bunuh diri lagi, tangannya diikat.
Wanita berambut hitam mencoba mengingat momen sebelum dirinya mencoba bunuh diri. Itu pertama kalinya ia mencoba bunuh diri kala wanita ini sadar jika kabur adalah upaya yang sia-sia.
***************
Wanita berambut hitam itu duduk disofa, lagi mengobrol empat mata dengan kepala pelayan. Head butler memiliki rambut beruban tertata rapih. Usianya sudah mendekati pensiun, tetapi fisiknya masih fit untuk mampu melakukan banyak pekerjaan. Wajah wanita berambut hitam terlihat sangat sedih.
"Aku harap nyonya Fiana senang tinggal disini," ucap head butler.
"Senang katamu--"
"Mohon untuk bersifat baik kepada tuan besar!" Head butler memotong ucapan Fiana.
Fiana menghela napas berat atas nasihat head butler.
"Sebelumnya terimakasih, anda sangat peduli pada saya. Saya pun menganggap anda sebagai figur pengganti orang tua, di rumah ini."
"Sudah tugasku untuk membuat nyaman penghuni rumah ini," ucap head butler.
"Kumohon, tolong aku! Kumohon biarkan aku pergi," keluh Fiana.
"Mohon maaf, aku tidak bisa. Dan tolong jangan kabur lagi. Tiap kali anda berusaha kabur, itu akan membuat kondisi psikologis tuan besar jadi bermasalah--"
"Persetan dengan si paranoid itu! Seorang psikopat yang merampas kebebasanku!" Fiana memberikan bantahan.
"Itu tidak benar! Tuan besar sudah sangat baik kepada anda nyonya Fiana. Beliau menampung anda di rumah besar ini." Head butler tak terima majikannya di kritik.
"Baik, katamu? Penjahat psikopat paranoid itu sudah memupuskan harapanku untuk bersama dengan cinta masa kecilku. Dia merampas kesucian ku tanpa ragu, aku cuma dianggap selir pemuas. Setelah dia bosan denganku, aku dibuang kan--"
"ITU TIDAK BENAR!"
"PSIKOPAT ITU TELAH MEREBUT KEBEBASANKU!"
Suasana makin panas. Dengan head butler terus membela majikannya, sementara Fiana terus mengumpat tanpa henti.
Tangis Fiana pun pecah.
"Aku diperkosa tiap hari, bahkan ini semua lebih buruk dari pernikahan paksa! Aku dikurung di rumah ini, tidak bisa bertemu siapa-siapa dan tidak boleh kemana-mana! Diriku terpenjara, tersakiti, aku tidak mau hidup seperti ini."
Bahkan setelah fakta yang Fiana curahkan, head butler terus saja membantah fakta itu hanya demi membela majikannya.
"Sebenarnya aku belum pernah melihat tuan besar peduli terhadap seseorang sebelumnya. Mungkin ia mencintai anda, hanya saja caranya berbeda. Kamu tahu kan--"
"Iya, aku tahu, psikopat itu punya kelainan paranoid kan." Fiana tak senang, juga tak peduli dengan apa yang dikatakan head butler.
Tidak lama kemudian, datanglah laki-laki bangsawan itu dengan dua pacarnya yang lain. Bermesraan dihadapan Fiana sendiri. Laki-laki bangsawan itu menyuruh pacarnya pergi, sekarang ingin bermesraan dengan gadis simpanannya.
"Sekarang, layani aku seperti biasa!" Laki-laki itu menatap dengan sorot mata yang tegas.
"Tuan Elrick...." Fiana segera berdiri dan melangkah kearah laki-laki itu.
Dan laki-laki itu adalah seorang bangsawan sekelas Marquis yang bernama Marquis Elrick Cronwall.
"Minumlah obat anda, aku percaya paranoid itu bisa sembuh loh," ucap Fiana, mulai berharap orang yang dibencinya bisa berubah.
"APA KATAMU!"
Tau-tau Marquis Elrick menampar Fiana sampai terjatuh. Ia segera menendang kaki dan lutut Fiana. Setelah penganiayaan ini, Fiana menjadi pincang tuk beberapa hari kedepan. Di kaki dan di wajahnya terlihat memar berwarna biru.
Sang Marquis pun segera pergi.
"Anda tidak apa-apa?" Head butler segera menolong Fiana.
Setelah dibantu berdiri, Fiana pun berjalan sempoyongan. Fiana selalu menepis lengan head butler setiap dirinya akan dibopong menuju ke kamarnya.
Alhasil Fiana menjatuhkan vas bunganya.
Fiana jongkok ditempat vas bunga jatuh. Fiana menangis lagi disaat matanya sudah kering.
"Astaga, nyonya! Hati-hati terkena pecahan keramik," seru head butler.
Namun Fiana begitu putus asa, lalu menyayat pergelangan tangannya dengan pecahan vas yang tajam itu. Tetapi Fiana gagal memutuskan urat nadinya.
Itulah saat pertama kali Fiana mencoba bunuh diri. Tapi ia tetap tertolong. Berikutnya Fiana akan tetap mencoba bunuh diri sampai dirinya benar-benar di pasung di kasurnya sepanjang waktu.
**************
Flashback berakhir, kondisi Fiana sekarang dipenuhi keringat. Wajah Fiana terlihat kelelahan. Napasnya terengah-engah. Didalam kamar terlihat ada dua pintu. Satu pintu menuju keluar, satunya menuju ke kamar mandi.
Tak lama, keluarlah Marquis Elrick dari dalam kamar mandi. Marquis Elrick berbalut handuk, mengelap tubuhnya sampai kering seraya menatap kearah cermin. Setelah itu sang Marquis pun menoleh kearah Fiana yang masih melek, namun dengan wajah yang lelah dan napas yang terengah-engah.
"Astaga, melihat tubuh mu yang sangat erotis itu, gairahku pun jadi bangkit kembali." Sang Marquis tertawa jahat.
Sementara Fiana terlentang dengan tatapan kosong. Ia tersentak kaget. Sementara hatinya menangis tapi matanya telah kehabisan air mata.
Marquis Elrick sudah ada sangat dekat dengan posisi Fiana. Marquis menatap takjub kearah mata Fiana.
"Tatapan ini! Aku sangat terpesona dengan mata seperti ini." Marquis sangat takjub. Ia seperti psikopat tergila-gila dengan mata datar dari seorang yang putus asa.
Sorot mata Fiana seperti sorot mata yang mati. Sorot mata itu akibat keinginan hidupnya yang sudah menghilang. Sorot mata itulah yang disukai Marquis Elrick. Psikopat itu terpesona dengan sorot mata yang melambangkan ketidak inginan nya Fiana untuk melanjutkan hidup.
"Aku cinta padamu."
Kata-kata itulah yang membuat kecemasan bangkit dari Fiana, ia trauma dengan sang Marquis.
"Aku benci padamu!" Fiana terlihat masa bodoh.
Plak....
"Bicara apa kau! Kamu ini hanyalah boneka bagiku--"
"TIDAK LAGI!"
"TUTUP MULUTMU!"
Disaat ranjang mulai bergoyang, ada suatu kejanggalan yang dirasakan sang Marquis. Mata Fiana terbuka, tetapi tatapannya sangat kosong dan ada aliran darah dari kedua ujung bibirnya. Tau-tau kepala Fiana jadi bergeser kesamping Seperti tak ada tenaga. Marquis pun kian panik.
Saat Marquis mulai menghentikan aktifitasnya, bibir Fiana terbuka kemudian keluar banyak darah dari mulutnya. Yang membuat Marquis terkejut adalah ada potongan daging yang keluar dari mulutnya.
"APA.... A ... aaa ap-- apa yang telah kamu lakukan, sayangku?" Psikopat mulai merasa cemas, seolah dunia telah runtuh.
Fiana menggigit lidahnya sendiri sampai putus. Setelah lidah putus, Fiana menahan rasa sakitnya dalam waktu yang lama. Fiana berakting seolah-olah tidak merasa sakit dan seolah tidak terjadi apa-apa. Fiana sanggup melakukan rencana yang sangat brilian untuk bunuh diri.
Fiana bisa mengumpulkan banyak volume darah di mulutnya. Volume darah keluar banyak dari lidahnya. Tau-tau sudah setengah liter lebih darah yang di tampung agar Fiana benar-benar kehabisan darah. Tak hanya kehilangan banyak darah, ia juga kehabisan banyak stamina.
Sang psikopat mulai gelisah, ia pun berdiri dan mulai memanggil tabib untuk menangani cinta sepihak nya.
"Huh.... apa, tidak!" Marquis mulai berjalan kearah pintu keluar.
Marquis keluar pintu, berpapasan dengan head butler.
"Cepat panggil tabib, apapun itu, cepatlah sebelum dia mati lagi!"
"Lagi--"
"Cepat, selamatkan nyawanya!"
"Bunuh diri lagi?"
"CEPATLAH, TUA KEPARAT!"
Suasana di mansion ini kian ricuh oleh kepanikan sang Marquis.
Akan tetapi, kali ini nyawa Fiana tidak terselamatkan.
Dead end....
**************
Ruang hampa.
Tau-tau Fiana terbangun di dunia yang serba putih. Tidak ada materi didalamnya, hanya latar yang serba putih penuh kehampaan.
"Apa aku sudah mati?" Fiana masih dalam keputusasaan. Fiana sangat berharap bahwa ia berhasil tewas.
"Jangan menyerah wahai gadis."
Tau-tau ada suara, Fiana mencoba mencari sosok itu. Tapi itu hanyalah suara tanpa wujud fisik.
"Hidup itu harus disyukuri."
Dari raut wajahnya, Fiana tidak sependapat dengan apa yang suara mistik katakan.
"SIAPA ANDA?"
Untuk sejenak, sosok itu tertawa.
"Namaku, Deus ex Machina."
"Deus, huh?"
Sedikitpun, Fiana tidak tahu siapa yang bernama Deus ex Machina. Seluruh informasi yang telah Fiana akses dari buku, tidak satupun yang memberitahukan padanya tentang siapa itu Deus.
"Aku adalah dewa dari mesin, Deus ex Machina!"
Fiana telah mati, berada di dalam dunia hampa. Terduduk dihadapan sosok tak kasat mata, dewa mesin.
~Bersambung~