Chereads / Justice sword (Revisi) / Chapter 66 - Recovery

Chapter 66 - Recovery

Jagoan kan kalah diawal biasanya.

Spoiler nya adalah, pada arc mendatang Satella bakal menang atas musuh-musuh yang tidak bisa ia kalahkan diawal cerita.

__________________________________________________

Hutan.

Starla melakukan sihir sumoned. Lingkaran sihirnya muncul selagi mereka membahas identitas ketua kultus iblis kemalasan.

Munculah sosok....

"Frost wyvern?" Tanya Satella.

"Iya, frost wyvern," seru Starla, dengan ekspresi sumringah.

"Tapi, bagaimana bisa?" Satella merasa iri pada adik kembarnya.

"Hadiah dari kakak pertama, aku dipinjamkan angkatan perang dan armada laut untuk ekspedisi ke dataran Northern. Berikutnya aku menjinakkan frost wyvern ini deh." Starla menjelaskan dengan nada sangat gembira.

"Tentu saja, wyvern itu kan jinak terhadap snow elves," ucap Satella, dengan raut wajah bete nya.

"O ... yeah, kakak iri yah." Starla memberi gestur mengolok-olok.

"Aku kan seorang dari skuadron Griffin ryder. Aku sudah memiliki Griffin yang tangguh, untuk apa merasa iri pada wyvern mu itu dik Starla!" Satella memberi raut jutek kepada adik kembarnya.

Starla menjentikan jarinya.

"Hei wyvern, bawa kakak ku pulang ke kastil kota!" Starla bicara kepada wyvern seolah wyvern mengerti perkataannya.

Tanpa banyak membantah, Satella menumpang wyvern milik adik kembarnya. Kala wyvern memberi napas udara dingin kepada Satella, bagi Satella terasa seperti efek obat pereda nyeri. Bagi ras snow elves udara dingin sama enaknya dengan pamvire yang meminum darah.

Frost wyvern.

Naga wyvern sisiknya sedikit lebih tipis dari naga darat kelas Drake. Frost wyvern punya berwarna biru muda agak silver sehingga mudah berkamuflase kala berada di medan bersalju. Bukan tidak memiliki tangan, tangannya menjadi satu dengan sayap. Tangan wyvern akan dihitung sebagai sayap.

Wyvern sangat cepat, hanya bisa ditandingi oleh great eagle. Secara alami, wyvern lebih cepat daripada Griffin. Tapi Griffin dengan mage tingkat tinggi dapat memanipulasi atmosfer sehingga bisa mengejar wyvern dengan buff sihirnya.

Tidak ada unit udara dari kerajaan Vilenchia yang bisa menandingi wyvern selain Griffin. Hipogriffin terlalu lambat untuk menandingi wyvern diudara.

**************

Pagi hari

Putri Tina sedang berkabung atas kematian kepala kesatria yang ia percaya. Nirvana berada disana ikutan berkabung. Sampai lengan bajunya ditarik seseorang. Yang disusul suara bisikan.

"Bisa ikut aku!"

Ternyata itu Violetta, Nirvana pun mengikutinya.

Kini berada dilorong dekat kamar putri Tina. Satella terduduk dikursi roda karena tubuhnya masih sakit akibat cidera disposisi tulang waktu kemarin. Mereka bicara bertiga.

"Tentang bulan darah. Akan terjadi malam ini loh. Ayo kita bicarakan rencananya!" Violetta memulai.

"Mereka akan datang dari hutan. Perkuat saja dinding kota. Cukup tempatkan banyak orang disana!" Nirvana menanggapi.

"Bagaimana kalau ada musuh yang datang dari dalam dinding?" Tanya Satella.

"Serahkan padaku! Aku adalah navigator, juga peramal." Violetta mengangkat tangan.

"Tidak, biarkan aku yang sakit ini sedikit berguna. Aku akan menjadi navigator. Aku juga terampil dalam cabang Esper. Untuk sihir ilusi, aku memiliki afinitas level sembilan. Pastinya akan ada boss monster ataupun boss player yang muncul di malam bulan darah kan. Violetta, kamu punya kualifikasi yang layak untuk menghadapi solo boss! Aku serahkan yang sulit padamu Vio....'"

"Kamu gak napas?"

Satella menjabarkan dengan agak antusias sampai ia hampir lupa bernapas. Nirvana terkejut setelah Satella bicara dengan tempo cepat, hampir tidak mengambil jeda tuk bernapas. Violetta terkekeh.

"Baiklah, aku akan hadapi boss nya," ucap Violetta.

Saat Violetta mengiyakan, Satella engap-engapan mengambil napas karena terlalu bersemangat.

"Hehehe...."

"APA SIH!"

Melihat Satella kehabisan napas karena terlalu bersemangat, alhasil Violetta terkekeh. Satella pun kesal karena ditertawakan.

"Di bagian tenggara ada menara observatorium. Harusnya kamu berada disana, Stella!" Violetta memberi usulan.

"Aku akan berada disana," jawab Satella.

Tau-tau seorang dari balik lorong datang. Ia bersembunyi di balikĀ  belokan dinding. Ia memakai gaun berwarna biru gelap, warna yang favorit baginya, rambutnya hitam.

"Aku ikut kak!"

"Historia?"

"Walah, betapa repot Stella dalam mengurusi adik-adiknya. Baik adik kembarnya atau adik angkatan."

Violetta terkekeh diakhir kalimat.

Historia muncul dan ingin ikuti kakaknya. Satella menoleh, lalu Violetta menanggapi santai sambil sedikit tertawa.

"Aku akan pergi ke menara, masih lama. Masih sore nanti kok, santai deh." Satella menanggapi dengan wajah lesunya yang belum pulih dari efek pain killer. Satella mengkonsumsinya untuk meredakan nyeri tulangnya yang cidera. Rasa nyeri kambuh semalam.

"Bawa aku ke kamar, aku lelah!" Satella menatap Nirvana.

"Aku bukanlah pengasuh," keluh Nirvana.

"Biar aku saja kak!" Historia malah caper kepada kakaknya.

"Tidak, kamu bantu yang lain saja. Aku lagi pengen sendiri dulu, bersama pengasuh ku." Satella menatap Nirvana saat mengucapkan nada sarkastik yaitu pengasuh ku.

Satella sarkas, seolah Nirvana itu babysister nya.

"Walah, dasar.... Masa kamu mau disamakan dengan anak-anak yang diurus babysister." Violetta tertawa sambil mengolok-olok.

***************

Kamar tamu.

Nirvana mendorong Satella yang duduk di kursi roda karena masih cidera tulang.

"Cepat tutup pintunya!"

Jelas-jelas Nirvana akan menutup pintunya, tapi Satella jadi cerewet karena hal itu. Hal itu menegaskan bahwa Satella ingin membicarakan hal-hal tanpa orang lain ikut.

"Bawa aku keujung sana!"

Satella tak mau orang yang berdiri didepan pintu menguping. Kendati belum tentu ada yang menguping, tetapi dia jaga-jaga saja.

Akhirnya Nirvana mendorong kursinya keujung.

Satella menghela napas panjang sebelum mengeluh.

"Dibikin cacat sama un-seen hand untuk kedua kalinya," keluh Satella, dengan raut wajah frustasi campur perasaan lelah.

"...." Meletakkan kedua tangannya diatas bahu Satella, Nirvana fokus mendengar saja.

Nirvana menjadi pendengar yang baik, Satella meneruskan curahan kekesalannya.

"Betapa nyerinya tadi malam. Aku minum pain killer sampai tubuh kelelahan. Banyak minum obat itu bikin tubuh kekurangan tenaga tau gak," curhat Satella.

"Apa pendapatmu?" Tanya Satella.

"Tentang apa, kekalahan dua kali, nyerinya?" Tanya Nirvana.

"Tentang kekalahan dua kali itu. Adakah cara mengalahkan un-seen hand?" Tanya Satella.

"Kamu mage, dengan sihir es kan?" Nirvana memastikan.

"Iya, benar. Sihir es ku overpower. Tidak terkalahkan kalau beradu es dengan tanpa equip peningkatan afinitas es atau spirit peningkatan afinitas es." Satella mengiyakan.

"Kalau jaraknya dekat pasti kamu yang memang," kata Nirvana.

"Gak masuk akal. Itu tangan gaib tidak kasat mata, harus jauh-jauh kan!" Satella menyanggah.

"Kalau kamu spam sihir es pasti tangan semu yang hancur. Sihir un-seen hand ataukah sihir es yang terkuat? Gunakan sihir es mu tanpa henti! Jika lawan mu mundur, ia pastinya membeku. Tapi jika terus mengadu spam sihir, apa damage un-seen hand lebih kuat daripada sihir es kamu?" Nirvana memberi argumen untuk meyakinkan Satella agar menerima rencananya.

"Aku dapat menghancurkan kota Geffenia hanya dengan spam badai salju sebanyak tiga puluh kali loh," gumam Satella.

Masih dalam ekspresi melamun.

"Sebenarnya damage ku sebanding dengan user pedang naga suci dari generasi manapun. Harusnya aku lebih diidolakan daripada pendekar pedang naga dong. Stella lebih kuat dari pedang suci," gumam Satella.

"Kesempatan selanjutnya, akan ku kalahkan pengguna un-seen hand dengan tanganku sendiri!" Satella bertekad.

Ia menjadi terlalu bersemangat. Karena terlalu bersemangat, ia pun segera berdiri sambil kesenangan merentangkan kedua tangannya. Satella lupa kalau dia kini sedang mengalami cidera pada tulang.

"Aku lebih kuat daripada pendekar pedang naga suci. Aku lebih kuat daripada imperial dragon lord. Aku lebih kuat dari raja iblis dari dunia lain. Aku overpower. Ohohohoho."

Adalah ketawa yang ia tiru dari tertawa khas kakak keduanya.

Satella akan melangkah kedepan, menuju cermin.

Kretek....

"Eh?"

"Aduh--" Satella pun tersungkur kedepan.

"Aku tidak ingat kalau aku sedang duduk dikursi roda karena belum mampu berjalan normal." Satella dengan nada konyolnya.

Nirvana membantu Satella untuk duduk kembali dikursi roda. Saat duduk, Satella merasa malu karena tingkahnya sendiri. Dengan wajah yang hilang muka, melanjutkan.

"Mau bahas yang lain." Satella menunduk malu.

"Kamu memiliki banyak pengikut setia. Servant mu, adik-adik mu, teman-teman satu sekolah kamu." Nirvana memilih topik baru.

"Emang," seru Satella dengan raut wajah sombong.

"Dua butler dan wanita kucing itu. Mereka begitu setia mengikuti mu karena apa?" Tanya Nirvana.

Mendapat pertanyaan seperti itu, Satella terlihat senang. Wajahnya terlihat puas sampai rasa bahagia terpancar saat ia mulai berkata, "Senang rasanya kamu bertanya tentang itu. Senang rasanya kamu ingin tahu. Aku pengen cerita loh."

Men-jeda sejenak, Satella mulai menceritakan.

"Theodore adalah Phoenix yang awalnya tinggal di aviary raksasa yang letaknya di halaman mansion utama. Theodore patuh padaku karena aku dianggap sebagai sang pewaris rumah penyihir Charlotte. Diriku belum mengklaim rumah penyihir. Apa yang disebut sebagai rumah penyihir adalah base yang tersembunyi dengan pertahanan tingkat tinggi. Aku belum kesana."

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan rumah penyihir?

Dimanakah lokasi rumah penyihir Charlotte?

Apakah itu mansion mewah penyihir dengan berbagai jebakan dan sistem pertahanan sihir?

A witch house?

Apakah house of magus itu persis seperti apa yang disebut sebagai A witch house?

Satella melanjutkan dengan.

"Rika si manusia kucing dengan pakaian zirah kesatria dan pedang satu tangan, dia familiar ku. Rika adalah demi-human yang ku dapat lewat ritual pemanggilan familiar. Familiar yang ku dapatkan secara random adalah demi-human, sub rasial nya itu nekomata. Huruf rune yang tertera di lengan Rika adalah kekuatan penyembuhan."

"Lalu butler berambut hitam spike itu?" Tanya Nirvana.

"Hanya anak dari seorang maid di kediaman utama keluarga kami. Ia kemudian menjadi butler dimasa remaja. Secara kebetulan menjadi orang yang merakit tempat latihan kakekku di halaman belakang. Satu hari dia diberikan uang tip, tetapi Virgo menolak dengan alasan lebih tertarik diajarkan teknik combat sebagai tip. Maka Virgo menjadi murid kakekku. Dulunya kakekku adalah satu jendral dari sembilan dewan jendral kerajaan."

"Pantas dia jago sekali dalam berpedang."

Nirvana mengomentari cerita dari Satella.

"Mungkin aku dianggap cucu dari panutannya. Makanya Virgo sangat loyal sebagai pengikut ku. Kepada kakak pertama dia sudah memiliki jajaran orang kepercayaan, kepada kakak kedua juga sudah ada orang kepercayaannya sendiri. Maka aku yang menjadi orang yang diikuti sebagai pengabdian kepada klan Charlotte. Mungkin itu saja."

Selanjutnya mereka mengobrol sampai sore tiba.

~Bersambung~