Akhirnya sampai ditempat jasad kepala kesatria tergeletak. Langit sudah sangat merah, sekarang jam enam sore. Langit semakin gelap. Langitnya gelap dan sedikit rona merah di bagian rendah langit.
"Itu dia.... Sekarang ayo kit--"
"Eh--"
Ada yang aneh, mendadak Satella terhenti. Satella dibelakang, seperti menahan rasa sakit.
"Kenapa?" Nirvana balik badan.
"Kya...." Suara jeritan cewe.
Disusul suara retakan tulang.
Tubuh ringkih Satella dipaksa merasakan disposisi tulang.
"Sakit...." Jerit Satella.
Tau-tau tubuhnya dilempar jauh kebelakang oleh sesuatu yang tak dapat dilihat.
"Un-seen hand!" Nirvana terkejut. Memahami situasi, mulai mencari keberadaan iblis ungu.
Satella ditangkap delapan tangan semu, direntangkan tubuhnya lalu tulangnya mendapatkan dislokasi.
"Sekarang rasakan pembalasan dariku, pemanah!" Ketua kultus melangkah kearah Satella.
Ketua kultus pun memegang dagu Satella yang ia kira Starla.
"Aku bukan pemanah," ucap Satella.
"Tapi tadi kamu menembaki aku dengan panah sihir." Ketua kultus mencengkeram dagu Satella pakai jemarinya. Memainkan kepalanya, digeser ke kanan dan ke kiri.
"Tapi aku bukan magic archer--"
Satella terhenti ditengah kalimat, kemudian tercengang.
"STARLA!"
"Siapa itu Starla?"
Ketua kultus iblis dosa kemalasan bertanya pada Satella.
"Apa adik kembar ku, membuat kesalahan lagi?" Tanya Satella.
"Walah, jadi kalian kembar. Pantas gaun kalian beda warna. Maafkan karena telah keliru. Tapi, aku tidak bisa membiarkan kamu lolos dari hutan ini." Ketua kultus berdiri, mengabaikan Satella yang kedua tangan dan kakinya tak berdaya karena mengalami disposisi tulang.
"Aku akan memanggil satu boss monster yang mengerikan. Inilah anjing hitam dari neraka. Garm!"
Lingkaran sihir yang besar muncul. Nirvana pun berlari kearah Satella untuk melindunginya.
Munculah anjing berekor dua yang tingginya tiga meter. Panjang tubuh sekitar enam meter.
"Larilah!" Satella menjerit dengan nada bercampur rintihan sakit.
Nirvana memanggil spiritnya, lalu memakai Casper dalam keadaan pasive. Memakai mantra crest nya, yaitu lifrasil untuk memperkuat pyrokinesis. Nirvana melawan.
"Ektoplasma pyrokinesis!"
Api biru menyebabkan ledakan tingkat menengah.
Sekilas boss monster wujud anjing berekor dua tergeletak ditanah.
"Dia masih hidup!" Satella yang kesulitan berteriak, mengirimkan pesan telepati. Satella melakukan sense kepada boss monster.
Nirvana membawa tubuh Satella untuk disandarkan ke pohon. Lalu mencoba mengembalikan posisi persendian Satella ke posisi yang normal. Satella sudah ketakutan.
Kretak....
Nirvana memulihkan lokasi dari persendian Satella.
"Kya.... Argh, sakit, sakit, sakit, sakit." Satella merintih kesakitan karena tulangnya yang dialokasi sedang dikembalikan lagi posisinya dengan paksa dan agak kasar.
"DASAR MALPRAKTEK!"
Satella mengomel kembali.
"SEHARUSNYA DILAKUKAN OLEH TABIB RESMI YA!"
"Habisnya harus cepat dipulihkan lokasinya. Kalau tidak akan jadi pincang permanen. Apa kmu mau berjalan pincang seumur hidup?" Nirvana membalas dengan santun.
"EMANG KAMU TEGA!" Omelan kembali diberikan.
Suasana hening sejenak.
"Habisnya sudah dua kali diriku mengalami ini. Kemaren harusnya sudah cukup tau." Satella menatap dengan wajah sendu, ia mengeluh.
Hari semakin gelap....
"Aku bego," gumam Satella.
"Apa?" Nirvana memperhatikan.
"Harusnya aku tidak nekat pergi ketempat tadi. Harusnya tadi kita langsung pulang," ucap Satella.
"Tidak, kamu benar." Nirvana mencoba berkata baik. Kendati berlawanan dengan kenyataan.
"Serterah kamu aja," balas Satella.
Dalam hati Satella berkata.
"Aku punya kode mistik, restart!"
"Aku berharap ini bisa diulang. Habisnya kejadian ini sangatlah memalukan. Aku kan mau keluar sebagai jagoannya."
Satella merasakan sesuatu, dia menunjuk kearah boss monster.
"Dia sadar lagi!" Satella menunjuk kearah boss monster.
Diperingati, Nirvana melangkah menuju boss monster.
Garm.
Kali ini hanya menghadapi tanpa kekuatan lifrasil karena Nirvana sudah kehilangan banyak tenaga rohnya. Masih bisa spam api biru bertubi-tubi. Juga memanfaatkan ektoplasma rush untuk serangan tebasan biasa namun cepat.
"Jangan tersinggung, ini hanyalah mini boss," ujar Gandalf.
"Ektoplasma pyrokinesis!"
Melaksanakan spam api biru tapi anjing berekor dua masih tetap bergerak. Tidak terpengaruh oleh serangan api ber damage kecil.
Menerkam dengan moncongnya. Nirvana dengan cepat menembak pyrokinesis api biru, itu masuk kedalam kerongkongan anjingnya. Maka anjing menutup rahangnya kembali karena kaget.
Nirvana mengalirkan energi sihir kepada pedangnya untuk tebasan berkekuatan sihir rendah.
Untuk kedua kalinya anjing hitam berekor dua menerkam dengan rahangnya. Nirvana pun melompat setinggi dua meter berkat buff ektoplasma rush. Dalam keadaan normal, paling hanya melompat setinggi setengah meter saja. Lalu mengayunkan pedang yang sudah dialiri energi sihir. Menghasilkan tebasan berkekuatan sihir rendah.
Bash !!
Masih mampu melakukan move kedua. Nirvana memberi tusukan kearah mata Garm. Anjing hitam berekor dua berhasil dibutakan sebelah matanya. Mendarat dari kepalanya dan melompat mundur.
Nirvana mengambil posisi siaga menyerang.
Kemudian Garm mengayunkan tangannya untuk mencabik. Kala cabikan akan mengarah ke tubuh Nirvana, tau-tau terhenti.
Seketika tangan Garm terhenti. Ternyata dari kejauhan Satella membantu dengan telekinesis.
Mengalirkan energi sihir kepada pedangnya. Nirvana melakukan tebasan berkekuatan sihir rendah. Menebas lengan kanan Garm.
Justice sword kotor dengan darah binatang iblis, kelas mini boss.
"Jangan tersinggung, serangan mu tidak ada yang sakit. Garm tidak kesakitan, baginya hanya seperti luka-luka ringan saja. Dia merasa terkena luka lecet saja." Gandalf memberi penilaian statistik kalau serangan Nirvana terasa geli.
Bagaimana kalau tusuk lehernya?
"Alirkan mana burst!" Nirvana memberi usulan.
Gandalf, roh dalam pedang segera mengalirkan energi sihir kepada pedangnya. Seberkas cahaya emas mulai menyelimuti bilah pedang.
Garm menerkam dengan rahang besarnya. Tau-tau dinding es tiga sebanyak stuck muncul didepan Nirvana. Kepala anjing terbentur dinding es super keras tersebut.
Entah bagaimana, matanya yang sudah buta sebelah membuatnya sedikit lebih lambat dari awalnya.
Kalau menusuk lehernya pasti lah kritikal!
Seberkas cahaya emas pada bilah pedang perlahan bertambah silau dimalam hari.
Sambil duduk bersandar dipohon, Satella menyaksikan.
Mana burst dari pedang pusaka memang ada perbedaannya.
Pedang pusaka tier C, memang hanya sebatas ini.
Waktu itu aku lihat melalui visi clairvoyance. Pedang naga suci, pedang pusaka tier ex, mana burst pusaka tier Exclusive sangatlah menakjubkan. Daya rusaknya sungguhan kelas dewa.
Satella mengingat, momen ketika pertempuran Geffenia.
Kembali kepada Nirvana.
Garm mencabik-cabik dinding es sampai runtuh. Kendati tiga stack tebalnya, bisa dijebol oleh tangan besar tersebut. Tubuh sebesar itu, lengan sebesar itu pasti memiliki attack power yang besar bukan.
Rahangnya terbuka kala menatap Nirvana dengan satu mata. Garm seperti bersiap untuk mencaplok kemudian melahap lawannya ini.
Sementara Nirvana berlari lurus kearah Garm.
"Apa yang kamu lakukan? Mau bertaruh nyawa?" Tanya Gandalf, disertai nada terkejut.
"Menguji reflek!" Nirvana terus berlari. Telunjuk kirinya dikepal.
Lifrasil !!
Nirvana memakai lifrasil, tetapi hanya mengonsumsi sedikit dari energi roh. Garm bergerak maju sebanyak dua langkah, melompat, menerkam lawan dengan rahang. Sementara Nirvana menembak api biru yang tertelan rahang Garm.
"Reflek yang bagus!"
"Tidak, ini bukan reflek yang baik."
Nirvana menyanggah. Sebab Garm kurang agresif. Nirvana cenderung menembak api sebelum lawannya benar-benar melakukan serangan. Reflek itu harusnya dodge yang gerakannya seketika dan memberi sensasi seperti adu pinalti bukan.
Memakai ledakan ektoplasma, ia berlari secepat hantu.
Melakukan sliding dirumput lalu menusuk lehernya.
Critical....
Tidak hanya menusuk, Nirvana merobek leher Garm seolah-olah sedang menyembelih ternak. Ada banyak darah hitam bercucuran. Memakai kain dari kesatria yang gugur untuk mengelap bilahnya.
Sedang melakukan recovery, ia menyadari bahwa ada sesuatu berjalan tidak beres. Dan selang beberapa menit, felling itu jadi kenyataan. Suara dengusan dan lolongan kecil anjing terdengar.
"Dia masih hidup!"
Nirvana balik badan, anjing hitam raksasa itu sudah berdiri. Dengan luka separah itu, Garm masih bisa berderap. Walau lajunya tidak cepat-cepat amat, ia melaju kearah Satella seperti ingin memangsa.
Nirvana mengambil pistol pada pinggang kirinya. Membidik Garm dengan pistol ditangan kirinya.
Lingkaran sihir searah moncong pistolnya muncul.
Shinful shell !!
Proyektil pistol menyala dimalam hari, persis incendiari ammo. Akan tetapi nyala proyeksi jelas berwarna biru seperti ektoplasma pyrokinesis. Menghasilkan ledakan kecil seperti bom sebesar korek. Namun tidak sekuat daya ledakan dari senjata granat nanas.
Empat peluru ditembakkan, tiga mengenai sasaran. Garm semakin melambat tapi masih berderap.
Garm kian dekat. Sementara ada banyak suara binatang sihir yang berada di sekeliling Nirvana. Tiap binatang sihir yang ada dibalik pepohonan mulai menampakkan dirinya. Sangat-sangat banyak.
Secara tak terduga cahaya merah keemasan terbang rendah diarea dekat Satella. Lebih tepatnya ada didepan Satella, melindunginya. Nirvana berkonsentrasi menatap sosoknya. Ternyata itu Phoenix.
"Supernova!"
Phoenix menembak laser warna merah yang mengeluarkan suara kobaran api super deras. Tubuh anjing hitam terbakar parah dan menjadi tidak dapat bergerak.
Sekumpulan binatang iblis itu bergerak mengincar sumber dari cahaya merah keemasan itu. Lalu dengan kekuatan sihir dahsyat, ribuan tombak api ditembakkan Phoenix. Phoenix menembak dari ketinggalan sehingga itu seperti menembak kebawah. Untungnya tombak api tidak terkena Nirvana.
Dalam sekejap, binatang iblis itu ditumpasnya dalam sekali serang. Nirvana pun menghampiri Satella bersama Theodore.
"Apa kamu baik-baik saja master?" Phoenix telah kembali pada wujud pemuda berseragam butler.
"Theodore?" Satella bernada lesu.
"Hampir saja," seru Nirvana.
Phoenix sangat overpower dalam serangan sihir api.
Theodore sulit mengeluarkan kemampuan terbaiknya apabila dipaksa melakukan mele combat seperti saat melawan Diablo.
Ketika dalam wujud manusianya, keterampilan sihir Phoenix menjadi agak terbatas. Ada beberapa sihir tidak bisa digunakan jika tidak ada dalam wujud Phoenix.
"Apa yang terjadi, master?" Tanya Theodore.
"Seorang dengan penampilan ala kultus penyihir--"
"Mereka kultus penyihir pengikut iblis."
Ditengah perkataan, Starla datang dan memotong ucapan kakaknya.
"O.... Yeah.... Ku lengah sedikit saja, kakak ku sudah celaka. Kak Stella panutan ku. Kini aku sudah mampu melindungi kakakku," seru Starla, dengan nada mengolok-olok.
"Starla?" Satella dengan nada lesu.
"Kultus penyihir pengikut iblis kemalasan. Katanya dia ketuanya, namanya Rowena Auristela. Aku dengar seperti itu," ujar Starla.
"Itu, cucu dari menteri sihir baru?" Satella sedikit terkejut.
Tau-tau Starla mengeluarkan satu gulungan pemanggilan. Starla pun men-sumon sesuatu. Mahluk apa kira-kira yang dipanggil oleh Starla.
Lingkaran sihir mulau muncul....
~Bersambung~