"Berhenti!" Bara melarang Dian pergi.
Dian tersenyum licik, sepertinya usaha menggertak Bara berh Dian bersorak dalam hati karena usahanya berhasil.
"Siapa yang menyuruh kamu pergi?"
"Aku yang memutuskan pergi bos," balas Dian berbalik menatap Bara. Ia memasang senyum manis seolah tak terjadi apa-apa.
"Sebelum aku memerintahkan pergi kamu tidak boleh pergi."
"Baiklah bos. Aku tidak akan pergi,", kata Dian berbalik dan duduk di depan Bara.
Mereka bertatapan dalam hening. Tak ada yang saling bicara. Cukup lama Bara dan Dian saling diam.
"Jangan pernah berpikir jika aku tidak ingin balas dendam pada bajingan itu. Aku begini karena perbuatan dia," ujar Bara buka suara.
"Bagaimana aku tidak berpikir ke arah sana bos. Bos menikmati orientasi bos dan memiliki kekasih pria, sementara aku malah trauma dengan masa lalu dan tidak bisa menjalin hubungan dengan laki-laki lain."