"Kamu menjebakku sayang," ucap Bara emosional menunjuk Dila dengan jari kirinya.
"Aku tidak pernah menjebakmu sayang."
"Kamu melarang aku mengotori tangan ini karena kamu sudah tahu CEO Harapan benar-benar Zico, pemerkosaku." Bara bicara dengan nada tinggi.
"Aku tidak mau kamu sama dengan dia," balas Dila lembut. Api harus dilawan dengan air bukan dengan api. Jika Dila ikutan emosi maka semuanya akan semakin memburuk. Dila memberikan pengertian untuk suaminya.
"Aku sudah lima belas tahun menantikan momentum ini. Setelah waktunya datang kamu melarangku?"
"Tak ada gunanya membalas dendam. Biarkan Tuhan yang menghukum dia. Berapa banyak lagi kamu melakukan kejahatan? Berapa banyak lagi darah yang harus kamu tumpahkan? Berapa banyak lagi nyawa yang akan melayang di tanganmu. Aku tidak ingin punya suami seorang pembunuh."
"Kamu tak berhak ikut campur."
"Aku berhak," jawab Dila cepat.