Herman membantu Bara bangkit lalu membawanya duduk di sofa. Firasatnya sebagai orang tua tidak pernah salah. Sesuatu akan terjadi pada Bara, ternyata benar.
Perasaan Herman tidak enak makanya dia datang ke kantor Bara. Kegelisahannya terjawab sudah, menyaksikan sang anak sedang baku hantam dengan sang kakak iparnya.
Bara bangkit dari sofa lalu membuka lemari P3K. Pria itu mengambil plester, alkohol dan juga obat merah. Iqbal melepaskan sakit hati melalui pukulannya. Bibir Bara bahkan sampai berdarah dan wajahnya membiru.
Bara berdiri di depan cermin besar yang ada di dalam ruangannya. Pria itu menatap wajah tampannya. Wajahnya penuh dengan luka dan memar.
"Kenapa papa datang ke sini?" Tanya Bara sambil membersihkan wajahnya dengan alkohol.
"Bar," lirih Herman dengan wajah khawatir.
"Ya pa," jawab Bara tenang. Ketenangan Bara malah membuat Herman risau.
"Kenapa kamu bisa tenang Bar? Kamu nggak takut dengan ancaman Iqbal tadi. Dia minta kamu menceraikan Dila."