"Seharusnya aku yang tanya padamu brengsek?" Dian menggeram kesal. "Kenapa kau datang ke kota ini mengikuti kami?"
"Aku tidak mengikuti kalian." Napas Zico tersengal-sengal karena cekikan Dian makin kuat. Zico bisa melihat aura permusuhan dan dendam dari mata Dian.
Zico memaklumi sikap Dian yang begitu membencinya. Pemerkosaan yang ia lakukan di masa lalu telah menorehkan luka yang dalam dan derita yang tak berkesudahan pada Dian.
"Pak. Saya sudah melarang wanitu masuk, namun dia membantingku," ucap Fahmi tergopoh-gopoh masuk dalam ruangan Zico. Tenggorokan Fahmi tercekat ketika melihat tangan Dian mencekik sang bos. Wajah Fahmi pucat, dia mundur perlahan-lahan mencari bantuan agar bosnya tidak mengalami hal buruk seperti yang ia alami.
"Fahmi pergilah," ucap Zico pada akhirnya melepaskan cengkraman Dian. "Biarkan aku dan dia bicara."
"Tapi….Pak." Fahmi khawatir melihat seringaian Dian.
"Jangan khawatirkan aku. Dia tidak akan melukaiku."