"Saat kejadian itu aku berusia dua puluh tahun dan berkuliah di ITB. Kami dulu tinggal di Bandung. Adik si pelaku yang bernama Sisil menyukaiku namun aku mengolok-olok Sisil. Dia mengirimi aku surat cinta, karena tak menyukainya aku malah mengolok Sisil dan memberi tahu teman-teman. Pada masa itu belum ada istilah bully seperti sekarang. Sisil di bully teman-teman karena mengatakan cinta padaku. Masa itu masih langka perempuan lempar bola, dianggap wanita murahan jika katakan cinta duluan sama cowok. Sisil tak tahan mendapatkan bullyan dan cibiran dari teman-teman satu kampus. Sisil bunuh diri karena perbuatanku."
"Apa?" Dada Dila terasa sesak mendengar cerita Bara.
"Ya Tuhan Bara." Dila menyesali perbuatan suaminya.