Dila POV
Hari ini ayah dan bunda memintaku untuk cepat pulang.Tak biasanya kedua orang tuaku meminta pulang cepat karena bunda sangat memahami pekerjaanku menjadi seorang banker di bank MBC .Walau usiaku baru 30 tahun namun aku sudah mempunyai jabatan sebagai kepada cabang pembantu ( Capem ) di kantor cabang kelas C.
Aku meminta bawahanku agar kerja bekerja lebih cepat daripada biasanya.Karena bekerja di bank saling keterkaitan satu sama lain.Aku tidak bisa pulang sebelum kerjaan teller dan customer service selesai begitu juga dengan bagian kredit.Aku harus mengopname uang yang ada dalam brankas sebelum pulang.Aku harus memastikan uang yang ada di brankas cocok dengan jumlah yang tertulis di sistem perbankan.
Sesampainya dirumah aku segera mandi membersihkan diri.Tak lupa aku mengambil wudhu karena jam sholat magrib sudah masuk.
Aku laksanakan tugasku sebagai seorang muslim.Bersujud dan berdoa kepada Allah Sang Raja Langit,Sang Penguasa Kehidupan.Aku memang belum menggunakan hijab namun aku tak pernah melupakan kewajibanku sholat lima waktu, puasa dan zakat.
Setelah aku mandi dan sholat aku datang ke ruang tengah menemui ayah dan bunda. Aku tahu mereka pasti akan membicarakan hal yang penting sehingga memintaku untuk cepat pulang.
Aku datang ke ruang tengah tempat keluargaku berkumpul.Sudah ada ayah,bunda,uda Iqbal dan kedua istrinya uni Naura dan uni Ria.
Kalian pasti heran kenapa uda Iqbal memiliki dua orang istri dan bisa tinggal satu atap dengan kami? Baiklah aku akan menceritakan sedikit tentang kisah cinta uda Iqbal.
Uda badboy dan mata keranjang saat muda dan memacari dua orang sekaligus. Uda tamak tak bisa memilih antara uni Naura dan uni Ria.Makanya dia memutuskan menikahi keduanya.
Jika tak ada yang bersedia dipoligami uda tak akan menikahi salah satu diantara mereka dan akan mencari calon istri yang lain.Uni Naura dan uni Ria yang sangat mencintai uda dan tak mau kehilangan uda.Mereka ikhlas untuk dimadu dan berbagi suami.
" Dila kamu pasti kamu heran kenapa kami memintamu cepat pulang.Maafkan ayah mengganggu waktumu," Ayah berbasa-basi menatap diriku.
Aku melihat ayah melirik bunda sebelum melanjutkan ucapannya.Bunda mengangguk menatap ayah dengan mesra.Aku sungguh sangat iri melihat kemesraan yang diperlihatkan ayah bunda.
Jika aku menikah kelak aku ingin memiliki rumah tangga seperti mereka.Walau ada pertengkaran dalam rumah tangga orang tuaku,tapi mereka tetap menjalankan kewajibannya.
Bunda tetap menyiapkan makan,minum dan pakaian untuk ayah ketika mereka bertengkar sementara itu ayah tetap mengeluarkan nafkah belanja bulanan untuk bunda.
" Ada apa ayah? Kenapa semua berkumpul disini?" tanyaku heran menantap bunda,uda Iqbal,uni Naura dan Ria.
Aku merasa bak seperti terdakwa yang akan disidang.Wajah ayah kelihatan serius dan tegang.Entah apa yang akan di katakan ayah.Aku melihat aura ketegangan di wajah ayah.Bismillah Ya Allah.Apa pun yang dikatakan ayah aku harus siap mendengarnya.
" Dila," ayah memanggilku.
" Ya ayah,"jawabku seraya mengangguk.
" Ayah tahu ini bukan jaman siti nurbaya lagi.Apakah Dila sudah pacar? Jika belum ayah akan menjodohkan Dila dengan anak teman ayah sesama pengusaha Minang," ayah membuka obrolan.
Deg....jantungku berdetak lebih cepat mendengar ucapan ayah.Ya aku tahu orang tuaku sudah risih dengan status gadisku dan omongan tetangga sudah jelek mengenai diriku.Mungkin mereka sudah memanggilku dengan sebutan perawan tua.
Usiaku sudah 30 tahun namun aku belum juga menikah.Karierku mapan namun tidak dengan percintaanku.Aku masih sendiri.Jangankan menikah kekasih pun aku tak punya.Aku sulit jatuh cinta.Sekali aku jatuh cinta pada seniorku waktu SMA dan ia sedang menimba ilmu di Kairo, Mesir.
Sudah 8 tahun aku tidak berkomunikasi dengannya.Aku sudah memberikan hatiku untuknya.Aku menunggunya disini.Menunggu dia mempersunting diriku.Walau tak pernah ungkapan cinta terucap dari mulutnya.
Namun ucapannya ketika aku lulus kuliah disuruh menunggu aku artikan sebuah lamaran untukku.Aku mendukung dia untuk melanjutkan pendidikannya di Mesir walau kami tak pernah berkomunikasi selama ini.
Aku tersadar dari lamunan ketika bunda menyentuh tanganku.
" Ada apa upiak? " tanya bunda padaku.Upiak adalah panggilan untuk anak perempuan di Minangkabau.
" Gapapa bunda," aku tersadar dari lamunanku.
" Dila sudah tiga puluh.Sudah terlalu matang untuk menikah.Karier Dila juga bagus.Cuma dalam adat Minangkabau mengurus suami dan anak tentu lebih mulia.Sebagai ayah Dila ayah sudah cemas dan khawatir karena kamu tak kunjung menikah.Sudah banyak yang menanyakan kamu ke ayah kenapa belum kunjung menikah.Jadi ayah ambil keputusan untuk segera menikahkan Dila.Ayah tak memaksa kamu menikah dengan pilihan ayah.Jika kamu punya pacar kenalkanlah kepada kami.Siapa pun lelaki itu miskin atau kaya terserah kamu asal agamanya bagus.Mencari calon suami harus lihat agamanya.Jika agamanya bagus dia bisa membimbing kamu untuk taat kepada Allah.Insya Allah kami merestui kalian dan ayah akan membatalkan perjodohan ini."
Aku tertegun mendengarkan ucapan ayah.Lelaki pertama yang aku cintai dan aku banggakan.Walau ayah resah aku tak kunjung menikah tapi beliau tak pernah memaksakan kehendaknya.Ayah tahu pernikahan ini aku yang menjalani, manis dan pahit pernikahan ini aku yang akan merasakan.Mungkin ayah tak ingin menyesali keputusannya di masa mendatang menikahkan aku dengan lelaki pilihannya.
" Ayah," aku menangis haru.
Aku memeluk tubuh ringkih ayah.Aku menangis dipelukan cinta pertamaku. Aku bangga memiliki ayah seperti beliau.Beliau selalu mementingkan kebahagiaan anak-anaknya diatas segalanya.
Beliau tak pernah memaksakan kehendak.Sejenak aku melupakan seniorku yang sedang menimba ilmu Mesir.Fatih Al lelaki yang selama delapan tahun ini aku nanti untuk datang melamarku dan memintaku untuk menjadi istrinya pada Ayah.
Fatih adalah lelaki yang aku tunggu selama delapan tahun.Lelaki itu tak pernah memberikan aku kabar padaku surat atau pun email.Entah bagaimana dia sekarang.Apakah dia sudah lupa dengan janjinya padaku?
Aku menunggu janji yang tidak pasti.Aku bertahan dengan kesendirian ini demi menjaga hati ini untuknya.Tak aku ijinkan ada nama lelaki lain dihatiku.Hatiku milik Fatih Al, namun lelaki soleh itu tak pernah memberikan aku kepastian.Usiaku sudah terlalu matang untuk menikah.
Aku tatap ayah,bunda,uda dan kedua iparku.Aku melihat ada harapan besar dimata mereka agar aku segera menikah.Aku tak boleh egois.Mereka ingin melihat aku bahagia dan tak mau aku jadi bahan gunjingan orang lain lagi karena tak kunjung menikah.
Dikantor aku juga sering diledek oleh teman-teman untuk segera menikah.Menikah itu enak katanya.Jika tidur ada teman,ada yang meluk dan ada yang menghangatkan ranjang.
Jika sudah mendengar ocehan rekan kerja aku hanya bisa tertunduk malu dan wajahku merah bak kepiting rebus.
Kadang aku geli sendiri mendengar ocehan teman-teman.Baik yang lelaki dan perempuan.Jika bicara menjurus selangkangan semangatnya luar biasa seperti semangat para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan dan bahasanya vulgar. Ngeri- ngeri sedap aku mendengarnya.Bulu kudukku acapkali merinding mendengar cerita vulgar mereka.
Bunda mengelus pipiku dan menyeka air mataku.
" Dila tak harus menjawabnya sekarang.Kami tak memaksa.Kami hanya ingin kamu bahagia," ucap bunda lembut.
Suara bunda bak embun dipagi hari. Dinginnya menyejukan hatiku.
" Tidak bunda.Dila tahu kalian ingin yang terbaik untuk Dila," jawab Dila singkat.
" Apa pun jawaban mu La.Udah hanya bisa mendoakan kamu dek.Semoga kamu bahagia dan diberkahi oleh Allah," uda Iqbal ikut bicara.
" Dengan mengucapkan bismillah Dila menerima perjodohan ini.Pasti ayah dan bunda tidak pernah sembarangan mencari calon suami untuk anakmu ini.Dila ikhlas karena Allah.Dila akan berusaha mencintai suami Dila kelak walau pernikahan ini tak didasari cinta.Bukan tak ada cinta tapi belum.Semoga pernikahan ini dirahmati oleh Allah."
Aku lihat rona bahagia diwajah ayah dan bunda.Mereka sangat bahagia dengan keputusanku menerima perjodohan ini.Setidaknya aku bisa membuat ayah dan bunda bahagia.Aku merasa menjadi anak yang sudah berbakti melihat senyum di sudut bibir mereka.
" Sebelum pernikahan terjadi ijinkan Dila bertemu calon suami Dila."
" Pasti nak," ucap ayah tersenyum bahagia.