Waktu berjalan terlalu lambat untuk hari yang begitu cepat. Tidak terasa liburan ku telah sirna dan pekerjaan menanti di depan sana. Aku bukan seorang penulis yang mampu membuat kata menjadi makna dan aku bukan seorang pendaki yang terlihat hebat menaklukan halang rintang untuk mencapai puncak. Aku hanya seorang warga biasa yang bekerja di tempat biasa yang punya atasan namun tidak memiliki bawahan. Kehidupan ku sangat sederhana seperti ombak yang menerjang karang namun tak setetespun gelombangnya mengindahkan.
Kejadian kemarin telah sedikit tersembuhkan dan hidupku kembali beraturan dengan nada dan irama yang nyata namun bukan berarti aku telah melupakan, aku hanya menyadari jika terus berada di sana aku tidak akan baik baik sajah.
Liburan kemarin ku tunjukkan untuk cinta yang selama ini ku perjuangkan, namun ternyata liburan ku hanya untuk menyembuhkan luka dari cinta yang ku pertahankan. Tapi tidak mengapa aku sudah mulai terbiasa dan mungkin lebih baik tersakiti walau perih daripada melukai seperti mawar berduri.
Hari itu di mulai dari mentari yang perlahan berpijar dan diiringi tetesan embun yang tampak nyata. Ku sadari hari itu langkah ku mulai berirama dan hatiku mulai terstruktur kembali seperti semula. Pagiku tampak semangat dengan secerca senyum menghiasi wajah yang memang tidak tampan di depan kaca. Kurapihkan kerah baju dan ku kancingkan lengannya. Aku berucap di dalam hati "aku manusia istimewa."
Langkah ku menapaki rerumputan di luar rumah, kutatap langit pagi yang masih sendu dengan warna biru sebagai warna dasarnya. Ku tanamkan dalam hati hari ini aku harus lebih bersinar dari mentari dan lebih berwarna dari pelangi. Aku senang ternyata semuanya baik-baik sajah, yang kemarin patah mulai tumbuh, yang kemarin luka mulai sembuh dan terkaan ku terbantahkan ternyata yang patah takan mati. Aku harap tidak akan ada lagi yang tersakiti dan aku pun tidak ingin menyakiti. Biar rasa ini ku jaga oleh logika dan mata seirama dengan telinga.