Chereads / Cinta Segi Empat / Chapter 42 - Dia Kembali

Chapter 42 - Dia Kembali

"Hye Seon!" Ji Hoo sekonyong-konyong datang. Napasnya terengah-engah. Sepertinya ia barusan berlari lewat tangga turun dari apartemennya.

"Ji Hoo!"

Hye Seon ikut tegang melihat kondisi Ji Hoo.

"Apa kau datang sendiri ke sini?"

Hampir saja Hye Seon menyebut nama So Hwan. Namun ia segera tersadar dan langsung mencari alasan lain.

"Maaf menganggumu malam malam. Nanti akan kuantar kau pulang. Kau tak perlu cemas. Ayo ikut aku."

Ji Hoo langsung berbalik mengambil mobilnya. Ia meminta Hye Seon untuk masuk ke dalam dan langsung men-starter-nya.

"Ji Hoo, Kau punya mobil?"

Hye Seon panasaran karena setahunya Ji Hoo tak punya mobil. Ia terbengong cukup lama sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil. Ji Hoo melajukan mobilnya dengan kencang menerobos jalan jalan malam kota Seoul.

Hye Seon sangat ingin bertanya apa maksud Ji Hoo melakukan semua ini. Namun karena Ji Hoo sepertinya sangat panik dan tegang ia hanya diam saja menuruti kemauan orang ini. Setelah sampai di depan sebuah hotel di kawasan Gangnam, Ji Hoo berbelok dan kemudian masuk kearea parkir. Ia mengantar dan mengarahkan Hye Seon langsung ke dalam lobi hotel yang tidak terlalu ramai. Hye Seon tak bisa menahan rasa ingin tahunya lagi. Ji Hoo benar-benar sudah kelewatan membiarkan ia kebingungan sendiri.

"Ji Hoo, apa maksudmu membawaku ke tempat seperti ini?"

Ji Hoo terus saja berjalan cepat. Hye Seon berlari-lari kecil mengikuti langkah lebar temannya ini. Setelah sampai di bagian lobi yang penuh dengan sofa besar ia berhenti.

"Orang yang ingin menemuimu ada di sana."

Ji Hoo menunjuk ke salah satu sofa besar yang berada di pojok ruangan mengadap ke halaman luar.

"Ji Hoo, apa? Siapa?"

"Kau pasti nanti akan tahu. Aku menunggumu di luar. Telepon aku jika kalian sudah selesai.dan.. tolong sampaikan salamku padanya."

Ji Hoo langsung meninggalkannya sendiri seperti orang linglung di lobi hotel ini. Hye Seon masih bingung apa maksud dari penjelasan Ji Hoo.

"Ada orang yang sedang menunggumu disana."

Siapakah dia? Kenapa ia harus pergi ke hotel untuk menemuinya? Apa benar orang yang dimaksud itu dirinya? Pertanyaan seperti ini mulai muncul memenuhi otak Hye Seon dan membuatnya semakin bingung. Hye Seon merasa ada sesuatu yang aneh yang membuatnya sedikit cemas.

"Baiklah, aku akan melihat siapa dia?" lirih Hye Seon dalam hatinya.

Jantungnya mulai berdetak tak karuan seiring dengan langkahnya menuju deretan sofa sofa besar yang berada di pojok ruangan. Ia mengambil nafas dalam, mempersiapkan diri kalau kalau ada sesuatu yang kurang menyenangkan yang mungkin akan ia lihat nanti. Ia menoleh ke sekitar.Ada empat orang yang berada disitu. Dua orang laki laki bule yang sedang berdiskusi dengan laki laki berhidung mancung dengan banyak jambang di dagunya. Dari perawakannya ia terlihat seperti orang India. Satu lagi, seseorang dipojok kiri yang sedang memandang keluar di depan tembok kaca.

Hye Seon tak tahu siapa dia karena yang terlihat hanya bagian punggungnya.Tak ada orang lagi yang berada di sana.Tak mungkin laki laki bule dipojok sebelah kanan yang dimaksud Ji Hoo dan tak mungkin juga orang India itu.

Hye Seon menebak laki laki yang menghadap kehalaman luarlah yang dimaksud. Karena cahaya lobi hotel ini tak terlalu terang, kurang lebih sama dengan yang direstoran mewah tempat ia makan malam bersama So Hwan sebelumnya. Hye Seon tak begitu jelas melihat bayangannya yang terpantul di cermin.Ia pun pelan pelan mendekatinya dan memberanikan diri untuk memberi salam.

"Annyeong haseyo, " ucap Hye Seon ramah memberi salam.

Seperti dalam adegan slow motion sebuah film, laki laki itu pelan pelan berdiri dan membalikkan badannya ke arah Hye Seon. Badan Hye Seon seketika mengejang kaku, napasnya, kalau boleh untuk sedikit membesar besarkannya, tampak seperti berhenti berdetak untuk jarak sekitar dua puluh detik dan darahnya berdesir kencang dari pucuk kepala ke ujung kaki.

Apalagi yang bisa mendeskripsikan keadaaan Hye Seon sekarang mendapati wajah yang begitu familier itu, yang sudah pergi hampir selama setahun ini, yang dengan susah payah ia lupakan, sekarang berada tepat di depannya. Ia tidak sedang bermimpi atau berhayal. Seingatnya mimpi yang seperti ini sudah hilang beberapa bulan yang lalu. Ini nyata. Yoon Woo Bin berdiri tersenyum di hadapannya sekarang.