Kim So Hwan menggenggam erat lengan Lee Hye Seon. Ia membawa Hye Seon berjalan cepat melewati kelas demi kelas menuju..Hye Seon sendiri tidak tahu. So Hwan sama sekali tidak memperhatikan pandangan kaget semua orang yang menyaksikannya. Ia merasa tidak ada yang harus ia tutupi. Ia memang mencintai Hye Seon dan apapun pendapat orang lain mengenai hal itu, itu urusan mereka, bukan dia.
Beberapa mahasiswa perempuan, yang sepertinya adalah penggemar beratnya, bahkan ada yang berteriak kaget begitu melihat Hye Seon yang digandeng So Hwan. Hye Seon hanya tertunduk lesu tak berani melihat reaksi orang orang di sekelilingnya.
Kim Art College pun seketika menjadi gempar. Gosip yang menimbulkan tanda tanya dan kecurigaan orang terhadap benar tidaknya Lee Hye Seon adalah kekasih Kim So Hwan akhirnya terungkap jelas di depan mata mereka.
So Hwan semakin erat menggenggam tangan Hye Seon, ia berbelok ke arah kanan sebelum pintu keluar utama dan berhenti tepat di depan kantor dewan akademi. Hye Seon gemetar ketakutan. Ia sepertinya tahu apa yang So Hwan rencanakan.
"Kau tidak usah takut, aku akan melindungimu," So Hwan menenangkan Hye Seon sebelum memasuki ruangan itu. Tangan So Hwan membuka pintu besar yang tidak terkunci. Di sini terlihat sekali wibawanya sebagai cucu master Kim. Ia membuat semua orang yang ada di dalam kaget. Mereka sedang rapat. Ada banyak sekali pengurus kampus dan juga beberapa mahasiswa dari organisasi kepengurusan fakultas seni rupa berkumpul disitu. Segala aktivitas mereka kontan terhenti seketika melihat So Hwan membawa Hye Seon kesitu.
"Tuan Kim So Hwan, tak bisakah anda mengetuk pintu sebelum masuk ruangan? Apakah anda tidak tahu kalau kami sedang rapat," Dosen Hwang langsung berdiri galak melihat kelakuan kurang sopan So Hwan.
"Maaf.. jika saya bertindak kurang sopan. Saya ke sini karena ada sesuatu yang ingin saya sampaikan."
Suasana hening seketika. Mereka menunggu apa gerangan yang akan dikatakan cucu master Kim ini. Walau semuanya sepertinya bisa menebak dengan adanya sosok Hye Seon di samping So Hwan.
So Hwan melepas genggaman tangannya dari Hye Seon. Gadis itu mundur satu langkah dengan muka masih tertunduk ketakutan.
"Para senior yang saya hormati. Maaf jika saya bertindak lancang. Saya hanya ingin meluruskan berita yang sekarang ini sedang beredar luas di kampus. Nona Lee Hye Seon adalah mahasiswi berbakat yang dimiliki oleh Kim Art College. Prestasi yang ia dapatkan selama ini semua adalah karena usahanya sendiri. Jika tiba tiba anda semua mencoretnya dari daftar mahasiswa yang akan ikut seleksi ke Paris karena saya, itu sangat berlebihan dan tidak adil."
Nada suara So Hwan jelas sekali terdengar tegas. Mendengar So Hwan berbicara tentang hubungannya dengan Hye Seon, semua orang serius memperhatikannya.
"Kim So Hwan ssi, lupakan sebentar kedudukan anda sebagai cucu dari master Kim. Walau pun beliau adalah kakek anda bukan berarti anda bisa bertindak sesuka hati. Kampus ini memiliki aturan dan kredibilitas yang sudah dibangun sejak lama. Tanpa saya jelaskan pastinya anda juga sudah tahu karena walaupun hanya dalam waktu sebentar anda juga pernah menjabat sebagai rektor. Kami tidak bisa menjamin apakah prestasi yang dimiliki nona Lee Hye Seon benar benar atas kerja kerasnya sendiri atau karena bantuan anda jika anda berdua memiliki hubungan yang spesial."
Tuan Park Mo Sung, kepala bagian departemen seni rupa menegaskan pernyataannya dengan keras. Semua anggota dewan kampus yang hadir di situ mengamini apa yang ia katakan.
"Ahjussi.. maaf maksudku..Tuan Park Mo Sung, baik.. tolong lihat saya sebagai orang lain, jangan lihat saya sebagai cucu master Kim atau orang yang memiliki hubungan dengan nona Lee Hye Seon. Apakah menurut kalian ia pantas dicoret dari daftar mahasiswa yang ikut seleksi ke Perancis?"
"Oh. Kau mengakuinya tuan So Hwan. Kau mengakui bahwa kau adalah kekasih Lee Hye Seon. Maaf tapi pengakuan anda justru akan membuat keputusan yang masih kami pertimbangkan akan menjadi jelas. Kami tidak akan mengijinkan nona Lee Hye Seon untuk ikut seleksi ke Paris."
"Tua Park!"
Darah So Hwan seperti mau mendidih. Mereka sungguh keterlaluan, mencoret nama Hye Seon dari seleksi itu hanya karena ia adalah kekasih Kim So Hwan, bukan hanya .. ini adalah sesuatu yang terlalu besar bagi orang lain. Hye Seon tak bisa membuktikan kualitas dirinya karena hampir semua prestasi yang ia torehkan selalu berhubungan dengan nama So Hwan. Walau So Hwan sadar ia sama sekali tak berperan besar dalam hal itu. Hanya saja meski ia menerangkannya,tak akan ada orang yang akan percaya.
"Apa yang sebenarnya kalian inginkan?"
Lee Hye Seon maju ke depan memberanikan diri untuk menghadapi petinggi petinggi kampus ini. Ia sudah terlanjur melangkah sejauh ini dengan So Hwan. Tak mungkin ia mundur dan memutuskan So Hwan karena ia tidak diikutkan dalam seleksi mahasiswa ke Paris.
" Hye Seon .."
Hye Seon memberikan tanda supaya So Hwan membiarkannya menghadapi mereka sendiri.
"Apakah salah jika kita menyukai seseorang kemudian hal itu berdampak baik dalam diri kita? Jika hubungan saya dengan Kim So Hwan mengganggu anda semua dan membuat saya menjadi mahasiswa ynag tidak kompeten untuk ikut seleksi, apa boleh buat. Silahkan mencoret nama saya dari seleksi mahasiswa yang akan dikirim ke Paris. Saya tidak keberatan. Saya memang tidak berbakat dan saya tidak akan mendapat semua prestasi yang kudapatkan selama ini tanpa Kim So Hwan."
"Lee Hye Seon, apa yang kau katakan.?" So Hwan menarik tangan Hye Seon dan membalikkan badannya. Ia menggoyangkan pundak Hye Seon. Gadis ini mungkin sedang lupa diri dan sangat ketakutan jadi ia bicara ngawur. Hye Seon meraih tangan So Hwan yang memegang erat pundaknya. Ia ingin So Hwan untuk percaya padanya.
"Saya hanyalah seseorang yang berada pada saat yang kurang tepat sekarang. Saya tidak bisa membuktikan pada anda semua bahwa apa yang saya raih di kampus ini bukan karena Kim So Hwan. Apapun yang anda semua tuduhkan pada saya, saya akui tak semuanya salah dan juga benar. Jika memang saya tidak diperbolehkan untuk ikut seleksi ke Perancis, itu semua adalah hak anda."
Kepasrahan Hye Seon menerima nasibnya justru membuat semua yang hadir di ruangan rapat ini terdiam. So Hwan masih cemas disamping Hye Seon. Ia berharap sekali Hye Seon bisa pergi ke Paris bersamanya.
"Berikan kami waktu sebentar?" Park Mo Sung memberikan isyarat pada semua anggota sidang untuk berdiskusi kembali. Hye Seon dan So Hwan menunggu dengan muka penuh kecemasan. So Hwan menggenggam tangan Hye Seon untuk menenangkannya. Setelah sekitar lima belas menit berdiskusi, Yeon San Gun, ketua organisasi mahasiswa seni rupa, mengumumkan hasilnya di depan semua orang yang ada disitu.
"Kami telah mengambil keputusan dan kami harap Nona Lee Hye Seon akan menerima keputusan ini. Karena anda berdua tidak bisa membuktikan bahwa apa yang Lee Hye Seon raih selama ini adalah karena hasil kerja kerasnya sendiri tanpa campur tangan Kim So Hwan maka ada beberapa hal yang telah kami putuskan. Yang pertama, Nama Lee Hye Seon tidak akan kami cabut dari Kim Art "Hall of Fame" selama ia bisa membuktikan prestasi akademik yang bagus ketika ujian semester akhir nanti. Dan yang kedua kami sudah bulat memutuskan anda memang tidak kami ijinkan untuk mengikuti seleksi mahasiswa yang akan dikirim ke Paris akhir bulan ini. Bagaimana nona lee Hye Seon?"
"Baiklah saja setuju," jawab Hye Seon tanpa ragu.
Kim So Hwan dengan cepat meraih tangan Lee Hye Seon dan membalikkan badannya lagi.
" Lee Hye Seon, apa yang.."
"Oppa, kumohon percayalah padaku. Aku akan buktikan pada mereka bahwa aku tidak seperti yang mereka pikirkan."
"Tidak ada yang perlu kau buktikan.Aku percaya padamu."
"Tapi mereka tidak."
"Apa?" So Hwan melihat ke semua anggota rapat yang sepertinya puas melihat Hye Seon tersingkir. Suara lemah Hye Seon membuat So Hwan terdiam. Ia menatap lunglai ke arah Hye Seon yang sama sekali tak meneteskan air mata. Ini adalah sesuatu ynag aneh dan menggelikan. Bagaimana bisa seorang mahasiswi mendapatkan akibat dari hubungannya dengan seorang cucu dari Kim Art Colege. Apakah salah bagi So Hwan untuk mencintai gadis manapun yang ia sukai? baik itu mahasiswi kampus ini atau tidak, tak seharusnya hal seperti ini terjadi. Seandainya ia bisa berbuat banyak untuk membantu Hye Seon tapi sayang kekuasaan tertinggi kampus ini memang berada di dewan akademi bukan ditangan satu orang saja.