Chereads / Game と Logic (Indonesia) / Chapter 6 - Prologue: 『 Neverending Game 』 Part 6

Chapter 6 - Prologue: 『 Neverending Game 』 Part 6

-- Part 6 –

Puzzle kombinasi yang menantang pemain untuk membuat konfigurasi akhir dengan menggeser fragment(potongan) di sepanjang papan dua dimensi—dengan nama lain slide puzzle.

Dalam semua Game, ada sebuah taktik yang dibangun. Itu adalah sesuatu yang ada di atas spesifikasi dan aturan; dan merupakan langkah terbaik yang paling mungkin dimaksimalkan. Dalam sebuah Game, itu adalah strategi, dan, 'harga diri' seorang Gamer.

Dalam dunia di mana segala hal ditentukan oleh aturan dan kondisi kemenangan—tingkat kesulitan sebuah Game, aturan permainan dan kemampuan bermain player harus telah dipertimbangkan sejak awal.

..... Tapi bagaimana jika—menantang Game yang tidak bisa dimenangkan, kamu secara terbuka melawannya dan justru tanpa ragu mempercayai kemenanganmu hanya karena satu orang baru saja ditambahkan. Apa itu salah?

Ya itu salah....

Semua orang akan tanpa ragu—secara alami mengatakan kalau itu salah.

........-------

"Kanan kanan, atas kiri atas kiri."

Kemampuan analisis, perhitungan matematis dan movement skill. Memaksimalkan semua faktor penentu yang dibutuhkan ke dalam sebuah Game, seorang Zombist dan manusia belaka mengubah 'mustahil' menjadi 'mungkin'—seperti keinginan mereka. Di mata orang lain itu memang 'salah' tapi—itulah yang Shion dan Ruri, mereka berdua anggap itu sebagai 'kebenaran'. Dan untuk orang-orang yang tanpa ragu menyerah pada kemustahilan itu, aku punya kata-kata yang bagus untukmu---

... Jangan samakan cara hidup kalian dengan mereka, noob sialan.

Tepat sekali. Itu adalah hal yang alami jika kebanyakan orang akan 'tidak bisa melakukan'. Tapi tolong untuk jangan menyamakan orang-orang seperti mereka dengan 'mereka berdua'. Karena mereka berdua—karena Shion dan juga Konokoneko Ruri telah benar-benar menantang akal sehat—dan menjatuhkannya.

......-------

7 menit 15 detik------permainan berakhir.

Dengan mata emas dan birunya mereka menyaksikan saat dimensi dihancurkan. Alam semesta mengalami keretakan di berbagai sisi, lalu kubus yang menyegel Konokoneko Ruri mulai mengalami distorsi dan menghilang.

---------------.......

"Ini, dimana...?"

Fraclayfe, dunia papan permainan dan kata. Mereka kembali ke dunia sebelumnya—

"Tempat sebelum aku pergi ke dimensi tadi. XeeX pasti memindahkan kita ke sini sebelum dimensi itu benar-benar rusak."

"XeeX, apa itu.... sebuah nama?"

"Hah?"

.......

........... Untuk sesaat, tidak ada yang bicara. Shion tiba-tiba memiliki keinginan untuk berteriak di dalam dirinya.

Nama dari sang Creator, XeeX—tidak mengetahuinya adalah hal yang mustahil kecuali jika seseorang telah dikarantina dari dunia luar selama hidupnya, atau..... Shion sekali lagi berpikir.

"Aku memang sudah membuang dugaan ini tapi.... Ruri, kamu bukan berasal dari dunia Fraclayfe... apa aku salah?"

*Menggeleng~~

"Begitu."

Seseorang berasal dari dunia lain. Mendengar kenyataan mengejutkan itu, Shion justru melihatnya biasa dan bersikap seperti tidak ada yang aneh.

"..... Kamu tidak terlihat.... kaget, huh."

"Yah...." Karena---- "Aku mengenal seseorang yang juga berasal dari tempat selain Fraclayfe. Dia menyebut itu dunia tekonologi dan sains."

Dan jika mereka berdua memang berasal dari tempat yang sama Ruri pasti akan mengetahui banyak hal setelah bertemu 'dia'. Atau barangkali, kemungkinan kecilnya mereka mampu mengungkap kebenaran di balik keberadaan mereka di dunia Fraclayfe.

"Mungkin saja aku dan dia pernah... bertemu? Dunia tekonologi dan sains, aku mungkin mengenalnya----Eh...."

-----------Seketika, saat ini, yang menghentikan kata-kata Ruri adalah pemandangan di mana warna langit berubah dalam hitungan detik. Langit kehitaman yang membuat siapapun berpikir ini adalah malam hari menghilang seperti waktu baru saja diputar.

Dan di dalam waktu yang diputar itu—di dalam Fraclayfe, langit yang sepenuhnya berwarna biru tidak pernah ada, atau hanya tidak ada yang mengingatnya.

Sedangkan yang sedang Konokoneko Ruri saksikan di balik kumpulan awan putih itu adalah alam semesta yang sama sekali berbeda. Karena alam semesta yang dilihatnya sekarang adalah dunia yang menyimpan tujuh warna di atas langit.

"Kudengar darinya di duniamu langit berwarna biru, huh."

"Iya tapi... apa yang terjadi? Bukannya itu—"

"Gerhana matahari."

"Huh? Kamu tahu apa itu gerhana?"

"Salah satu dari satu juta lebih pengetahuan yang 'orang itu' bawa dari dunianya.... itu tertulis di sini."

Mengatakan hal itu, Shion menunjukkan papan perangkat metalik dari balik jaketnya.

"Tablet portable. Tidak salah lagi... itu dari duniaku. Tapi kenapa 'gerhana matahari'? Di sini sering?"

Ruri mengerutkan dahinya karena fenomena yang sama sekali tidak bisa dia mengerti baru saja terjadi. Namun Shion menjetikkan jarinya dan berkata.

"Time limit. Tadi aku bilang masih ada 15 menit tapi, sebenarnya aku salah. Aku lega kita berhasil di saat-saat terakhir. Kerja bagus, Ruri."

Memang, itu sudah sangat lama sejak Shion terakhir kali merasa sesenang ini karena bermain Game. Dan yang pasti, ya pasti itu ada alasannya, meskipun itu merupakan sesuatu yang tidak bisa dia jelaskan untuk sekarang.

Dan berdasarkan apa yang Shion katakan, Ruri sekarang tahu bahwa Shion telah memperkirakan terjadinya gerhana matahari dan membaca sampai menit terdekat gerhana itu berlangsung.

"Aku yakin ada banyak hal yang ingin kau tanyakan tentang Fraclayfe atau yang lain, tapi.... untuk sekarang—"

Shion mengatakan, dengan serius.

"Ada hal yang harus kuakhiri."

Suasana di sekitar mereka, seketika—koreksi, intonasi yang Shion gunakan ketika berbicara berubah—sekali lagi koreksi, bukan suaranya yang berubah, melainkan aura yang dia berikan dari kata-katanyalah yang memberi kesan seolah tekanannya berubah, seolah ada orang lain yang bicara. Tapi...

Tapi Ruri, meski tahu itu dia bersikeras akan satu hal.

"Ya, itu... benar. Memang ada banyak sekali yang ingin aku tanyakan, tapi...! Tapi yang paling ingin aku tahu bukanlah soal dunia ini atau semacamnya tapi itu. Itu adalah.... kamu tahu, namamu, aku belum mendengar namamu."

Dengan menyampaikan itu Ruri juga—di dalam hatinya berharap.

-- Jika dia sama seperti leader.... aku mohon..... 'Shion'.

"Ah, itu—benar juga, aku belum memberitahumu namaku ya----Shion, kau boleh memanggilku Shion."

Mata Ruri terbuka lebar. Dadanya mendapatkan sedikit panas dan wajahnya tersipu kemerahan.

------Seperti 'dia' yang Ruri panggil leader, nama remaja itu sebagaimana ia memperkenalkan dirinya adalah Shion.

Di saat pikiran Ruri terus bergerak dan membuatnya seperti afk, Shion mulai berjalan ke depan lalu berhenti setelah beberapa langkah, kemudian memanggil Ruri.

"Kenapa, kau tidak mau ikut? Kalau masih ada pertanyaan lain aku bisa menjawabmu sambil berjalan."

----"A, ah, iya..."

Jauh di dalam hatinya, sambil tersenyum di belakang Shion Konokoneko Ruri berpikir.

-- Banyak, ada—sangat banyak kau tahu.... ? Leader. Yang ingin Ruri tahu tentangmu ada sangat banyak.