Chapter 8 - 6. Masak

Apapun yang terjadi, tetap lah tegar dan yakinkan kalau tuhan ada disisi mu, karena 'jodoh nggak akan kemana'...

***

Callysta Pov

Whaattt??? Nggak salah dengar gue?, gue disuruh jadi pembokat ama jadi pacar boongan ni cowok rese, malas amat gue, tapi kalung pemberian dari nenek.

*Dengan raut wajah yang sedih callysta mengangguk manis*

Zheno pov

"Bagus bagus *sambil tersenyum licik*. Malam ini lo nginap di masion gue!" Callysta terkejut setengah mati, sambil berkata dengan nada suara syok, "apaaaaa? Lo mau apain gue? gue anak baik baik, turunan orang baik"

"Oi! Lo pikir gue mau ngapain lo?, lo kira gue cowok apaan?" dengan raut wajah yang serius Zheno berkata

"Siapa yang suka cewe bau kaya lo,  lagi pula gue cuma nyuruh lo kerja, bukan buat godain gue"

👣👣👣

Author pov

"Btw, lo nemuiin kalung gue dimana?" dengan suara datar.

"Oh iya, kita kan belum kenalan. Kenalin nama gue Callysta Juliana Elysia, dan lo siapa?" sambil senyum manis.

Zheno melihat callysta dengan terkejut , "nama gue Zheno Alexander Berwyn. Gue temuin kalung lo diatas kasur."

"Owghhh!!!" Callysta berteriak.

'Bilang sekali lagi! Apakah hidup gue bakalan hancur sama cowok yang di samping lagi nyetir ini?' bisiknya dalam hati.

'apa salah gue sama lo? Kenapa lo rusak masa depan indah gue? Yang udah gue susun dengan rapi' Callysta hanya bisa menangis terpukul.

Zheno bingung setengah mati, "lo kenapa Ta? Kok lo nangis sih?"

Seketika lampu menyala dalam otak Zheno. "Owh, soal itu maaf ya Ta, sebenarnya gue sama lo udah-, malam itu kita udah-" umbar Zheno berpura-pura tersipu malu.

Lalu setelah menenangkan diri,  Zheno mengangkat kepalanya. "Oh iya, thanks ya buat malam itu" ujar Zheno sambil senyum licik penuh kemenangan.

Callysta mendengar semua kata-kata Zheno, namun seketika Callysta langsung pingsan. Zheno yang melihat Callysta pingsan langsung meminggirkan mobilnya, dengan panik Zheno berusaha membangunkan Callysta, tapi Callysta tak kunjung sadarkan diri.

'Apa gue udah keterlaluan ya? '

Dengan kecepatan sedang zheno menjalankan mobilnya ke masion miliknya. Setelah 23 menit, mereka pun sampai. Zheno menggedong Callysta dengan hati hati.

"Lo kenapa sih ta?" ujar Zheno lembut.

Zheno membuka pintu masionnya, lalu Zheno menuju sebuah kamar yang berada di lantai dua. Membaringkan Callysta perlahan, seakan-akan Callysta adalah kayu rapuh yang akan hancur hanya karena tiupan angin kecil.

"Nih anak dikit dikit pingsan, gimana kalau ada gempa? Langsung mati kali ya? Kalau punya cewek memang rempong" Zheno tanpa sadar tersenyum kecil memandangi Callysta sambil mengelus pipi Callysta dengan lembut. "Selamat tidur, my butler"

Zheno menghela nafas panjang, 'benar-benar hari yang melelahkan'

Zheno mematikan lampu kamar Callysta, dan sekejab Zheno pergi meninggalkan Callysta menuju kamarnya sendiri.

🌑🌑🌑

Mata lentik manis seorang remaja perlahan menunjukan tanda dia akan bangun. 

Lalu,  hal pertama yang keluar dari mulut mungilnya malah pertanyaan.

"Gue dimana ya? Kok beda sama apartement gue?" Callysta berfikir sampai kelubuk sumur.

Bingung.....

Bingung.....

"Ini gue lagi di mana ya? Kok tempat nya nggak asing lagi" tiba-tiba Callysta tertegun

"Inikan masion Zheno!!" teriak Callysta pelan.

Cest.....

Callysta mendengar suara aneh dari luar. Callysta sedikit takut sih, tapi ia memberanikan diri untuk keluar. Dengan kepala yang masih sakit ia berjalan dengan sempoyongan sambil memegang dinding yang ada sepanjang jalan kenangan. Nyanyi neng?  Diem lu thor berisik!!

Ini jam berapa ya? Melihat jam ditangannya menunjukkan ke angka jam 1 malam. Callysta terus berjalan ke sumber suara. Ia menyipitkan mata, melihat seorang yang tak asing lagi baginya.

"Zheno? Lo lagi ngapain? "

Yang dipanggil menoleh,  lalu dengan acuh tak acuh menjawab "gue masaklah, ngapain lagi? "

Hih, Cuek banget ASTAGA!!

'Lihat aja sendiri ya Zheno Alexander Berwyn!!' oceh Callysta dalam hati.

Dengan sigab Callysta berjalan mengambil dua buah pisau, lalu menggesekan kedua buah mata pisau itu.

Zheno bergidik ngeri, ekspresi Callysta bagai psychopath yang haus darah,  "lo-, lo ma-,  lo mau ngapain gue Ta?" ujar Zheno dengan muka syok.

Callysta tak ngindahkan perkataan Zheno. Ia terus berjalan menuju Zheno.

Mendekat

Mendekat,

Makin dekat,

Semakin dekat

Sudah dekat,

Dan..

Cah.. Cah, tek tek tek..

"Ha ha ha, ya mau bantuin lo masak, masa mau bunuh lo sih." suara tawa lembut pecah seketika.

"Jangan-jangan, lo mikir kaya gitu lagi. Seriusan gue ngakak, hahah.. " tambah Callysta dengan suara tawa yang pecah semakin besar.

"Cek" Zheno berdecak kesal. Lalu,  Zheno mengulurkan tangannya lagi.

Tuk..

"Aw!!  Kenapa sih lo hobi banget jentik jidat gue!! Kebanggaan nih,  nanti gue ngga pinter lagi. Lo mau Tanggung jawab?! " 'eh tapi,  sejak kapan gue pinter yak??  Hehe' batin Callysta

"Boleh, sini gue ganti rugi! Dengan cara gue nyium lo. Gimana? "

"Zheno!!!" pekik Callysta

"Sssst, udah deh duduk aja di sana, kepala lo kan masih sakit. " Zheno membungkam mulut Callysta dengan satu jari telunjuknya di bibir mungil Callysta.

Bluss...

Seketika, pipi Callysta memerah.  Dan Callysta hanya bisa bungkam,  karena perlakuan Zheno.

"Kenapa diem, apa lo mau beneran gue cium?" kata Zheno jahil.

"Apaan sih!!" seketika bluss di pipi Callysta menghilang di gantikan muka masam. Dengan berjalan gontai, Callysta duduk di salah satu kursi mini bar yang Zheno punya.

'Hm.. Dari posturnya, dia tampan juga kalo lagi masak' pikir Callysta sambil menopang dagu memperhatikan Zheno yang masih sibuk dengan urusannya.

'Astaga,  ngapain gue muji cowo ngeselin kaya dia?' Callysta segera menepis pikirannya barusan.

'Astaga pergilah pikiran buruk,  syuh-syuh.  Menyingkir dari otak gue'

🐶🐶🐶

Zheno pov

Ternyata dia penurut juga ya, kalo gue amcem sih. Gue lagi berkutat ama urusan gue masak-memasak. Eh, tapi lucu juga liat tuh muka kalah dari gue. Pengen gue cubit rasanya. Manis banget masalahnya, astaga napa gue mikirin dia. Huh merinding gua. Lebih baik gue fokus masak dulu.

"Hm.. Di kasih kecap yah, manasih kec-" kata-kata gue terhenti. Gue ngerasa ada tangan mungil yang melingkar di pinggang gue.

Hangat..

Itu saja,  ia hangat.  Hanya saja,  seakan gue nggak mau ngelepasinnya. Kalian tau, gue udah nggak pernah merasakan kehangatan ini sejak saat itu.

Kumohon, jangan dilepas. Astaga bangun, ngapain gue. Siapa sih yang meluk gue? Siapa sih? Ada yang tau?

Tunggu, perasaan pagi ini cuma ada gue, bibi? Datangnya agak siangan.  Tapi nggak mungkin bibi meluk gue. Dan satu lagi-

Callysta!!

Callysta meluk gue?

***

TBC

Maafkan kami yang telat UP, hehehe soalnya lupa. Terus baru udah lebaran, jadi lupa deh. Sekali lagi maaf ya.. Sebagai permintaan maaf kita mau double UP, jadi ditunggu yaaaa....

Vote and Coment