Ketemu 'Rakurokubi' di Kereta
Jadi sebenarnya banyak faktor yang membuatku jarang menulis cerita horor. Selain bingung mau cerita yang mana, aku harus milah-milah sesuai mood. (Gaya lo)
Mau cerita apa ya?
Ah gini, kali ini aku tidak ingin cerita soal jiwa meskipun judul ceritanya Jiwa-jiwa yang merindu doa'. Tapi, mau cerita tentang mereka, yang kadang bentuknya aneh bin ajaib.
Sebenarnya kejadian ini sudah sangat lama. Sekitar enam tahun yang lalu. Waktu itu, aku pulang naik kereta menuju ke Bekasi dari stasiun Sudirman seperti biasa.
Sampailah di dalam kereta yang tidak terlalu penuh. Tapi, ya tidak dapat tempat duduk juga. Berdirilah aku di depan jendela, sambil melihat arah luar lampu-lampu kota jakarta dan sisi lain gemerlap malam yang mulai bersemangat.
Di tengah perjalanan kira-kira di stasiun Jatinegara, aku mulai merasa agak 'sepi' di kereta. Emang dasar iseng, mulailah diriku mengucap dalam hati paling dalam 'sepi amat nih mahluk? Pada kemana ya?' Hihi. Sambil celingak-celinguk pastinya. (jangan ditiru dimana pun kalian berada gaes. Pokoknya jangan!)
Tak berselang lama, gayung bersambut.
Jeng ... jengggg ....!
Mulutku belum kering. Mengucapkan yang tadi. Tiba-tiba, ada sesosok kepala wanita muncul dari telinga sebelah kiri. Rambutnya panjang dan gerak-geriknya mengikuti arah kepalaku.
Cantik? Bodooo amatt! Tidak sempat menelaah lebih lanjut sosoknya cantik apa tidak. Yang pasti, wanita ini tahu, kalau aku merasakan kehadiran dia di sebelah.
Sambil terus celingak-celinguk mengikuti gerakanku, dia semakin melancarkan gangguannya kepadaku. Sial ...! aku di kerjain sama beginian.
Diluar aku bisa seperti Rambo tapi di dalam, sumpah seperti Pingkan Mambo. (Pengandaian yang berlebihan. Hehehee ....)
Walau dalam ketakukan dan kaget luar biasa, ekspresi diluar harus menampilkan wibawa. Stay cool yang luar biasa. Dan tetap berakting 'im oke, i cant see you damn evil!'.
Tapi sepertinya saat ini berakting seperti itu sudah sangat terlambat. Dia keburu tahu.
Sial!
Matanya, kembali dimainkan ke kiri dan kanan. Walaupun posisi ku di sebelahnya, tapi cukup tahu dia sengaja tersenyum dan sengaja bermain dengan ekspresinya.
"Aduh, bijimane nih? mana stasiun Bekasi masih jauh. Ya, masak dia kudu nempel di pipi kayak gini terus?" gumamku dalam hati.
Perlahan aku agak condong ke belakang. Berlagak seperti streching dan melenturkan punggung ceritanya. Ahhh!!!!
Maksudnya biar tidak terlalu kaku, elahhh!!
Akan tetapi, saat mau melihat badannya si wanita sambil melirik kebawah.
Blaiiiikkk!!! Badannya kok nggak ada? What the? Kok bisaaa? Lah lahhh lahh?? Berati ini kepalanya aja dong yang sebelahku dari tadi? Ya amploooop!!
Busett!!! Ini apaaan yakkk?
Perlahan-lahan aku lirik kepalanya dari arah belakang. Sambil gumam dalam hati, "lo palasik yak? ngaku oi?"
Dan ternyata ada lehernya. Berarti tidak cuma kepala sama tetelannya. (Kalau palasik kan gitu. Kepala sama daleman badannya terbang kesana kemari)
Tapiiiiiiii wait! ini leher beneran? Lah kok?
Waduhh! Aku melihat leher si wanita ini panjang. Aku ikuti kemana nih tubuhnya. Dan benar saja. Tubuhnya si wanita ada dalam radius sekitar sepuluh meteran dari tempatku berdiri.
"Oh ... disitu, badannya?"
Sambil kembali ke posisi semula. Dan gigit bibir saking paniknya dan kaget tapi tidak mau di perlihatkan.
Mbak ... Mbak ... kalau mau kenalan nggak gini juga kan?
Segala leher dipanjang-panjangin.
Seandainya bisa di balas sama dia bakalan gini jawabnya,
"Lagian lo keleus, cari hiburan kesepian pengen liat kayak kita. Piknik makanya!"
Oh, siap mbak!
——