Setelah Gerald keluar dari ruangan tempat Cisa di kurung, Cisa pun kembali membuka matanya dan bergegas bangun dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri kemudian mengambil air wudlu dan menunaikan sholat subuh karena hari sudah mulai pagi.
Cisa keluar kamar mandi dan mencoba untuk membangunkan Sasya dari tidurnya untuk sholat berjama'ah.
"Kakak ipar bangun ini sudah subuh cepat bangun, sebelum orang gila itu datang kemari" Cisa menggoyangkan tubuh Sasya.
Jam menunjukkan pukul 🕔 pagi hari ternyata pengaruh obat pada Sasya sangat kuat sehingga masih belum hilang, karena Sasya belum bangun maka Cisa hanya sholat seorang diri.
Sedangkan di lain tempat Nicky dan juga Raizel yang mencari keberadaan Istri mereka sedang mengintai tempat dimana istrinya di kurung.
Mereka tidak boleh gegabah karena hal itu bisa berakibat fatal bagi Istrinya yang saat ini berada dalam gengaman musuhnya.
"Kak... mereka masih ditempat yang sama berarti mereka ada di tempat itu, tapi semoga saja mereka baik baik saja" Nicky mengawasi laptopnya yang menunjukan sebuah gambaran titik keberadaan Cisa dan Sasya.
"Benar kita harus merencanakan semua dengan baik dan matang serta mengutamakan keselamatan mereka, jangan sampai terjadi hal yang buruk karena ada tiga nyawa disana" tambah Raizel dengan membuat rencana yang sudah mulai disusun dengan beberapa pengawal yang ikut dengan mereka.
"Kamu dan Nicky masuk lewat pintu belakang, kamu dan kamu dari samping kanan, kamu dan Abraham dari samping kiri, sisanya bersama aku dari pintu depan" Raizel mengatur posisi disetiap penjuru.
"Kami siap di posisi masing masing" jawab semua serentak.
"Baik siapa pun yang sudah bisa menemukan Cisa dan Sasya segera bawa mereka kembali ke mansion dan ini kita pakai alat ini sebagai komunikasi, kita agar saat mereka sudah selamat maka yang lain bisa langsung meninggalkan tempat dan kembali ke mansion" penjelasan Raizel panjang dan dapat dimengerti oleh semua dan memasang alat di telinga masing masing.
"Baik kita segera bergerak jangan membuang waktu lagi" Abraham mulai melangkankan kaki bersama seorang pengawal untuk segeda menuju tempat yang di instruksikan.
Semua mulai menuju ketempat tujuan masing masing dan dengan langkah yang hati hati marena penjagaannya cukup ketat disetiap sudut mansion tersebut.
Didalam mansion itu Cisa menunggu Sasya terbangun dari tidurnya, namun saat itu pintu terbuka dan dari sana masuklah beberapa orang wanita yang membawa makanan dan juga beberapa mini dress yang terlihat sexy.
"Nona silahkan mengganti pakaian anda karena Tuan menunggu Nona untuk sarapan pagi ini" seorang pelayan berkata sambil membungkuk hormat.
"Maaf tapi aku nggak bisa memakai pakaian tersebut, apa kalian tidak bisa melihat bahwa aku seorang muslim yang sudah menggunakan hijab dan aku tidak akan melepaskan apa yang ku gunakan saat ini" jawab Cisa menolak untuk mengganti pakaiannya.
"Tapi Nona ini adalah perintah Tuan, jika tidak Tuan akan marah" jawab pelayan tersebut.
"Aku akan menemuinya dengan pakaianku ini aku tak peduli dengan Tuanmu itu aku adalah orang lain disini" Cisa bersikeras tidak mempedulikan kedua pelayan tersebut.
"Baiklah jikalau begitu mari saya antar ke ruang makan" salah seorang mengantar Cisa menuju ruang makan.
Cisa keluar dari ruangan itu bersama pelayan itu menuju ruang makan melewati lorong yang cukup panjang dan rumit seperti sebuah Maze.
Untung saja Cisa memakaikan gelang di tangan Sasya sebelum keluar dari ruangan kurungan tersebut.
Setelah beberapa menit akhirnya tiba di ruang makan, Gerald sudah menunggunya disana dan sedikit marah karena Cisa tidak mengenakan mini dress yang di sediakanya agar Cisa terlihat seksi, agar dia bisa melihat kemolekan tubuh Cisa yang tertutup dalam balutan gamis yang di pakai Cisa sekarang.
"Mari sayang duduklah disini didekatku" Gerald mendekati Cisa dan hendak memegang tangannya, namun Cisa menghindarinya.
Dan itu membuat Gerald marah dan tatapannya tajam menatap Cisa, tapi Cisa tidak sedikitpun merasa takut akan hal itu.
Cisa balik menatap dengan tatapan benci kepada Gerald karena dia sudah memisahkan dirinya dari suami tercintanya, kemudian Cisa memilih duduk ditempat yang dia inginkan.
Beberapa pelayan menghidangkan makanan diatas meja tersebut dan melayani dua orang tersebut dengan telaten, mereka tidak pernah melihat Tuan mereka begitu memuja seorang wanita baru kali ini mereka lihat.
"Sebenarnya apa yang anda inginkan? kenapa menyekap kami di sini aku tidak mengenal anda?" Cisa mulai bertanya setelah menyelesaikan makannya.
Cisa harus menguatkan dirinya agar anak yang dikandung baik baik saja.
Bagi Cisa selama Gerald tidak menyentuhnya maka dia akan baik baik saja di sini, dia akan menunggu suaminya datang.
Mendengar apa yang dikatakan Cisa Gerald mengeretakkan rahangnya karena marah " Kamu tidak mengenalku cintaku aku adalah cintamu dulu dan sekarang, kau adalah milikku sampai kapanpun".
"Jangan asal ngomong ya seenaknya saja mengaku sebagai pemilikku, aku bukan barang yang bisa dimiliki dengan seenak anda ya!" Cisa marah dengan ucapan Gerald.
"Aku mengenalmu dengan baik sejak dulu dan aku jatuh cinta padamu" Gerald mencoba untuk membuat Cisa luluh denga kata kata manisnya.
"Emangnya usia anda berapa? sedangkan ini adalah baru pertama kalinya saya bertemu dengan anda, dan usiaku baru 21 tahun." Cisa berbicara dengan nada ketus.
Mendengar usia Cisa berarti wanita dihadapannya bukanlah Carolline wanita yang dicintainya, namun Gerald tidak peduli sekarang dia bisa memilikinya.
"Lalu siapa namamu jika usiamu yang masih muda itu berarti kamu bukan Carollineku?" Gerald menatap Cisa dengan intens.
"Anda tidak perlu tahu siapa saya karena Mama saya sudah meninggal jadi lepaskan saya dan juga ipar saya dari sini, saya sudah bersuami" Cisa memberitahu bahwa Carolline adalah Mamanya.
Apa yang dikatakan Cisa membuat Gerald membelalakan matanya mendengar bahwa Carolline sudah meninggal.
"Apa anda tahu bagaimana Mama saya meninggal? karena itu semua di sebabka oleh anda sendiri Mama saya meninggal karena luka dalam yang dia terima saat dikejar oleh pengawal yang mengejarnya" kata Cisa panjang membuat Gerald semakin marah mengetahui hal itu.
"Braaakkk.... Cukup itu tidak benar, aku sangat mencintainya aku tidak mungkin membunuhnya" marah Gerald tidak terima dituduh atas kematian Carolline.