Chereads / memory of the past / Chapter 93 - Bab 93

Chapter 93 - Bab 93

"Saat itu usiaku baru 6 bulan Mama memberikan diriku kepada orang tua ku yang mendidik, mengasuh dan membesarkanku dengan lenuh kasih sayang bagai anak sendiri, dan aku juga tidak pernah biaa mengingat bagai mana wajah kedua orang tua kandungku" airmata mulai berlinang di pipi Cisa membuat Cisa tampak rapuh.

Wajah Sir Gerald semakin merah mendengar untain kata yang keluar dari bibir manis Cisa" Cisa abercerita masa kecilnya yang tidak bisa mengenal orang tua kandungnya.

"Ta.... tapi aku tidak pernah bermaksud mengambil kehidupannya, tidak... bagaimana mungkin itu...." Gerald berusaha memungkiri semua itu.

Dia semakin terbakar amarah penyesalan yang sangat besar karena kematian Carolline, dia menatap Cisa dengan penuh penyesalan karena apa yang dirasakan Cisa sejak kecil yang kehilangan Kedua orang tuanya.

"Aku tidak pernah menyesali jalan kehidupan yang aku tempuh, Allah telah menggariskan suratan takdir yang harus aku jalani sesuai takdir" Ciaa berbicara penuh dengan kedewasaan sebagai wanita yang dewasa.

Acara sarapan pjn telah usai Cisa mengusap mulutnya dengan tisu yang telah disediakan di atas meja.

Cisa hendak pergi dari sana untuk melihat keadaan Sasya apa dia sudah bangun dan juga sudah makan belum.

Cisa meminta pelayan yang mengantarnya kembali ketempat dia dan Sasya di kurung, menunggu ada celah baru mencari jalan keluar.

Tanpa basa basi Cisa pun pervi meninggalkan Sir Gerald yang sedang kalut karena masa lalu yang menyedihkan.

Cisa menunggu Nicky dan Raizel datang menjemputnya dari tempat yang membuatnya sangat sedih yang mengingat bahwa ibunya telah tiada sejak dia masih kecil.

Di dalam tunggu Cisa menangis tersedu mengingat Ayah dan Mamanya yang telah tiada tak lama kemudian di mengirimkan doa untuk kedua orang tuanya.

"Ya Allah jagalah Ayah Dan Mama, tempatkanlah beliau di sisimu dan sayangilah beliau seperti beliau menyayangiku" air matanya menetes di pipi dengan tiada henti.

Mendengar suara isak tangis Sasya akhirnya terbangun dia mengerjapkan matanya dengan perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk keretina.

Setelah itu dia melihat Cisa yang sedang menangis tersedu dengan posisi memeluk lutut nya, Sasya bangkit dari tidurnya dan menghampiri, tanpa berkata dia memeluk Cisa dan mengusap punggungnya untuk memberi ketenangan pada Wanita yang sedang bersedih itu.

"Hiks... hiks.... hiks... kakak ipar engkau sudah bangun kenapa kamu lama sekali bangunnya, kitakan sama sama terkena obat tidur tapi jenapa aku leh dulu bangun??" Cisa bertanya di sela sela tangisnya setelah merasakan ada pelukan hangat dari sahabat sekaligus iparnya.

"Aku juga nggak tahu sepertinya karena kamu melukai dirimu sendiri sehingga membuat dirimu masih bisa terjaga dari reaksi obat tersebut" Sasya memberikan sedikit penjelasan.

Cisa menyandarkan kepalanya di pundak Sasya masih dengan isak tangisnya "Hikss... kamu tahu aku barusaja bertemu dengan orang yang telah menculik kita, dia mengatakan bahwa aku adalah miliknya... apa dia tudak berfikir dengan usianya yang sudah berada di pertengahan abad, hikss.... seenaknya mendeklarasikan kepemilkkan dan dia tidak terima jika dijadikan sebagai penyebab kematian Mamaku...hikss".

"Sudah kamu yang sabar ya... kita tunggu Suami kita datang untuk menjemput kita" Sasya menbhibur nya dengan kata kata yang penuh harapan untuk segera keluar dari tempat itu.

"Kakak opar jan belum makan segeralah makan agar ada energi untuk kita segera keluar dari sini, maaf aku sudah makan lebih dulu sama pria tua itu tadi .... aku juga harus memikirkan anak aku yang ada didalam perutku agar dia tetap sehat" sambil mengusap sisa air mata yang mengalir di pipinya.

Di sisi lain para suami dan pengawal yang di tugaskan sudah mulai menyusup kedalam Mansion Sir Gerald dari empat arah dan mereka semua berhasil masuk kedalam dengan cukup mudah, para penjaga sudah dilumpuhkan dan mereka masuk ke dalam lorong dimana jalan itu menuju ruangan Cisa dan Sasya berada.

Nicky dan pengawal yang menemaninya berhasil masuk dan tiba di depan pintu ruang di mana Istrinya di sekap, dia merusak kunci pada pintu tersebut dan berhasil membuka pintu tersebut dan terlihatlah Cisa dan Sasya di dalam yang sedang menikmati hidangan yang ada di meja.

"Sweet heart... are you oky?" Nicky bergegas masuk dan memeluk Cisa dengan erat.

"and you sister in law are you oky?" sambil mengelus kepala Cisa dengan sayang.

Kedua wanita yang ditanya hanya menganggukan kepalanya tanda mereka baik baik saja.

Kemudian mereka beranjak keluar dari ruangan penyekapan tersebut dan tiba ti ba saja Cisa memeluk suaminya "Hubby ...I miss you darling".

Melihat itu pengawalnya mencoba berpaling karena malu melihat kedua majikannya saling berciuman didepannya.

Melihat itu Sasya berdeham "Ehemm... ehemmm... Nanti saja bermesraan nya sekarang kita pergi dulu dari sini??!".

Yang di sindir malah cengengesan dan tertawa lepas"Hahahaaha....".

"Dimana Rai ... Nicky?" Sasya bertanya pada Nicky tentang keberadaan Raizel.

"Dia eemmm.... mungkin sedang menghadapi Si pemilik mansion ini agar semua selesai tidak ada lagi hal buruk menimpa keluarga kita nanti" jawab Nicky.

"Kalau gitu kita kesana untuk membantu kak Rai, karena orang yang dihadapinya adalah orang yang mempunyai temperamen yang keras dan kejam, aku kahwatir sama kak Rai jika menghadapinya sendirian" Cisa merasa kahwatir.

Kemudian mereka bergegas menuju tempat dimana Raizel berada bersama Sir Gerald yang sudah marah besar karena ada penyusup di kediamannya.