Malam ini semua hidangan sudah tertata rapai di atas meja makan, semua hidangan tersebut sudah di beri obat tidur oleh seseorang yang di susupkan oleh pengawal dari Sir Gerald.
"Eeemmm... dari baunya sepertinya semuanya terasa lezat" Cisa berucàp sambil mulai duduk di kursinya.
"Yang lain sudah makan kamu dan yang lain segera makan juga" perintah Nicky yang juga mulai duduk di samping Cisa.
Tapi rasa gelisah yang dirasakan Cisa belum juga hilang sejak tadi siang, namun Cisa hanya diam agar yang lain tidak kahwatir.
"Aaah.....heeemm ...." Cisa menghela nafas panjang untuk melepaskan gelisahnya.
Mendengar helaan nafas istrinya Nicky jadi kahwatir karena tidak biasanya Cisa menghela nafas panjang seperti saat ini.
"Ada apa sayangku... kamu terlihat cemas, apa ada sesuatu yang membuatmu tidak nyaman?" tanya Nicky.
"Hubby jika sesuatu terjadi ingatlah bahwa aku sangat mencintaimu hingga akhir waktu " Cisa berkata dwngan matanya yang berkaca kaca.
"Tentu saja sayang aku percaya akan cintamu, kita tidak akan terpisahkan oleh apa pun, jadi jangan terlalu di fikirkan" Jawab Nicky sanbil memeluk istrinya.
Senyum Cisa bagai angin surga bagi mereka yang ada di mansion itu, semua sudah berkumpul duduk di kursinya masing-masing.
"Imelda apa semua penjaga dan pengawal sudah makan malam? kalian juga segeralah makan malam tidak usah menunggu kami selesai" Cisa sambil menanyakan.
"Susah semua Nyonya kami sudah menghidangkan di setiap pos mereka, Baik saya permisi kalau begitu" jawab Imelda dan kembali ke ruang dapur dan mulai makan bersama teman-temannya setelah membungkuk hormat.
Cisa menganggukkan kepalanya tanda dia sudah mengerti dan puas akan pekerjaan Imelda.
Mereka mulai menyantap makanan dan tidak terlalu lama obat itu bereaksi pada semua orang tanpa terkecuali.
Cisa mulai merasa mengantuk berat rasanya seperi ada sesuatu yang membuat kelopak matanya tidak bisa dibuka, namu dia berusaha bertahan pada kesadarannya dengan dia menusukkan garpu pada telapak tangannya, namun itu tidak bertahan lama kesadaranya mulai menghilang sedangkan yang lain sudah tidak sadarkan diri.
Sir Gerald sudah berada di mansion untuk menunggu hasil kerja dari para pengawal suruhannya.
Anak buahnya sudah mulai bekerja dan segera membawa wanita yang di inginkan majikannya itu namun ada sedikit kendala bagi mereka, mereka tidak tahu yang mana yangharus mereka bawa sedangkan ada dua wanita yang memakai hijab.
Akhirnya mereka tidak ambil pusing mereka membawa kedua wanita yang memakai hijab, mereka membopong keduanya dan memasukkan kedalam mobil dan segera melaju menuju mansion Tuannya.
Untung saja Cisa mengenakan perhiasan yang di berikan Nicky sebelumnya agar selalu dikenakannya, tak tahunaya di situ ada GPS nya dan juga alat pelacak lainnya.
Mansion itu begitu hening dan sunyi sampai beberapa jam mereka baru tersadar dari tidur yang tuba-tiba saja mendera mereka.
Nicky terkejut bahwa Cisa tidak di sampingnya sehingga dia menjadi panik dan marah, mereka telah lengah dia memeriksa semua dan mereka melihat para penjaga juga tertidur.
Raizel juga marah dan geram bahwasannya istri dan juga Adiknya mereka menghilang secara bersamaan, namun setidaknya Cisa tidak sendirian.
"Sial kita kecolongan, si brengs*k itu berhasil mengecoh kita" Raizel marah.
"Kakak tak perku hahwatir keduanya pasti kita temukan secepatnya, karena Cisa memakai perhiasan yang sudah aku pasang pelacak maka tidak akan sulit untuk menemukan mereka" Nicky berusaha setenang mungkin dan itu bisa tertular kepada Raizel.
" Baguslah jika begitu mari kita liha sampai dimana mereka membawa wanita kita" Raizel bergegas dengan Nicky menuju ruang kerja di ikuti Dino dan juga Abraham.
Mereka melihat kearah mana alat pelacak tersebut menuju dan kemudian merka bergegas mengejar mereka.
" Dino kamu di sini saja jaga Anggi dan Iren biar kami bertiga yanb mengejarnya" Nicky memberi perintah.
"Baik kak aku akan menjaga mereka semoga kakak ipar baik baik saja dan segera kembali" jawab Dino.
"Kami berangkat dulu " ketiganya bergegas mengendarai kendaran mereka dan di ikuti beberapa pengawal yang akan membantu mereka.
Sementara di mansion Sir Gerald Cisa sudah berada diruangan yang asing baginya disebelahnya terbaring juga Sasya.
Keduanya terbaring diatas ranjang bersisihan, Cisa mulai sadar dengan tangannya yang sudah di balut dengan perban.
"Siapa sebenarnya Sir Gerald itu? apa maunya sebenarnya? aku nggak mengerti deh" Cisa bertanya pada dirinya sendiri.
Sambil menatap tangannya yang terasa neri karena terluka akibat tusukan garpu yang dia lakukan sendiri "aawwhh...".
Dia mulai menurunkan kakinya dari ranjang dan menapakkan kakinya dilantai dingin itu matanya menyesuaikan sekitar "Hubby... kamu akan datang kan???".