Chereads / memory of the past / Chapter 78 - Bab 78

Chapter 78 - Bab 78

Abraham menatap Iren dengan menjabat tangan Iren saat di perkenalkan Cisa padanya.

Abraham merasakan sesuatu yang lain saat menatap mata Iren adasesuatu yang tidak bisa dimengerti oleh pikiran manusia tentang perasaan yang tidak mudah diutarakan dan amat sangat rumit.

"Saya naik kendaraan umum untuk pp dari kantor" Iren menjawab pertanyaan Cisa.

"Baiklah Mbak Iren boleh pulang dan hati hati dijalan." Cisa memberikan signal untuk Abraham untuk mengejar wanita tersebut.

"Baiklah Saya juga mau pamit, karena urusan saya sudah selesai, tapi bisakah aku hanya memangilmu Cisa, dan aku berharap kamu juga hanya memanggil namaku atau kakak begitu" segera Abraham menyusul Iren untuk bisa lebih saling mengenal.

"Baiklah kak Abraham silahkan dan berhati hatilah dijalan" sambil melambaikan tangan kepada Abraham.řsī

Dengan hati yang bahabia Abraham melangkah keluar dari ruangan Cisa untuk segera menyusjl Iren.

Iren berjalan menuju jalan raya besar untuk menunggu kendaraan umum tak lama mobil Abraham mendekatinya.

"Tiiin....tiiin....mari sàya antar saya hanya seorang diri dan banyak ruang kosong di kendaraan saya"Abraham menawarkan jasanya.

"Tidak usah dok saya bisa naik kendaran umum dari pada saya merepotkan dokter" Iren berusaha menolak secara halus.

Abraham tidak menyerah dia menghentikan kendaraannha dan turunm kemudian mendekati Iren dan sedikit memaksa " sebenarnya aku tidak menerima penolakan, kan lumayan uang kamu bisa buat transport besok" Abraham memegang pergelangan Iren dan membaaanya menuju kursi disamping kemudi.

Mau tak mau Iren menyerah dengan paksaan Abraham, Iren sedikit merasa berdebar karena kegelisahan yang mengusik hatinya atas perlakuan Abraham yang baru dia kenal.

Abraham memutar menuju kursi kemudi dan mulai melajukan mobilnya membelah jalanan kota.

"Apa kamu sudah makan siang?"Abraham mencoba untuk berkomunikasi dengan santai.

"Hmm.. sudah tadi waktu istirahat dikantor" Iren menjawab apa adanya.

"Apa kamu keberatan jika menemani saya untuk makan terlebih dahulu?"Abraham meminta persetujuan dari Iren.

"Itu terserah dokter lagian ini juga kendaraan dokter ya aku mau tidak mau ngikut dokter saja"Iren dengan sedikit malu dia kan hanya numpang di kendarannya Abraham kenapa juga dia bertanya.

"Kalau begitu aku anggap kamu tidak keberatan" sambil membelokkan mobilnya disebuah restoran yang romantis.

Abraham membukakan pintu mobil dan menggandeng tangan Iren tanpa ragu dan membawa nya asuk kedalam restauran tersebut.

Seorang pelayan menyambut kedatangan mereka dan mengantarkan mereka menuju sebuah meja yang untu dua orang.

Pelayan tersebut memberikan buku menu kepada keduanya dan mulai siap menuliskan pesanan mereka.

Abraham memesan pasta tuna dan orange jus, dan Iren memesan hal yang sama, ternyata mereka memiliki kesukaan yang sama.

Sambil menunggu pesanan mereka susana sedikit canggung, untuk menghilangkan kecanggungan itu Abraham mencoba peruntungannya dan mulai bertanya.

"Berepa lama kamu bekerja diperusahaan itu?"Abraham memulai pertanyaanya.

"Aku bekerja disana sudah hampir lima tahun, lebih lama dari bu Cisa yang terhitung masih beberapa bulan" Iren menjawab apa yang menurutnya sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh Abraham.

" Apa selama bekerja kamu pernah mengalami kesulitan?" tanya Abraham kembali.

"Alhamdulillah selama ini belum pernah terjadi hal seperti itu" kembali Iren menjawabnya.

"Apa kamu memiliki seseorang yang special bagimu?" pertanyaan Abraham mulai sedikit pribadi.

"Hemm... sejujurnya dalam waktu dua minggu kedepan aku harusnya menikah, tapi semua itu telah kandas karena pertunanganku telah terputus dengan sangat menyakitkan, aku harap apa yang akh katakan pada dokter tidak merubah sikap dokter kepadaku" tiba tiba saja jadi curhat.

Abraham sedikit terkejut mendengar penuturan Iren, sehingga dia memberikan usul kepada Iren.

"Jangan membatalkan pernikahan semuanya akan aku berikan biaya untuk semuanya cuman diundangan ganti namanya dengan namaku, bagaimana menurutmu agar keluarga dan juga kamu tidak merasa malu karena pembatalan pernikahan" Abraham memberikan usulan yang sangat gila menurut orang kebanyakan.

Iren membolakan matanya dan trrkejut dengan apa yang dia dengar dari mulut Abraham, dia tidak prrnah mendapatkan atau mendengar ide yang sangat konyol.

Mereka baru saja bertemu dan dia memintanya menjadi istrinya?!, Iren nggak tahu apa Abraham mempunyai tujuan yang lain dengan memintanya menjadi pengganti pengantin pria untuknya.

Iren merasa ragu dan bingung dengan keputusan Abraham.

"Apa kamu sudah gila dengan mau menikahiku dengan secepat itu?" Iren tidak percaya dengan semuanya ini.

Iren memandang wajah tampan Abraham yang membuat semua wanita memujanya, sebenarnya Iren nggak menolak debgan ide itu dari pada dia harus mengatakan kepada orang tuannya.

"Baiklah jika itu yang kau mau apa tidak sebaiknya kau pikirkan lagi pernikahan ini" Iren mencoba untuk merubah putusan Abraham.

Setelah membicarakan pernikahan itu merekapun melanjutkan perjalanan menuju rumah Iren.

tak lama mereka pun sampai dipelataran rumah Iren dan meminta Iren untuk bersabar mungkin dua hari kedepan dia akan membawa orang tuanya kesini untuk meresmikan hubungan secara resmi dari kedua belah pihak keluarga.