Chereads / memory of the past / Chapter 74 - Bab 74

Chapter 74 - Bab 74

Nicky membaringkan dirinya di sisi Cisa dan memeluk Cisa dengan erat sedangkan Raizel memeluk Sasya di sofa panjang yang ada didalam ruang rawat Cisa.

Mereka berempat terdiM dalM keheningan malam yang semakin larut dan mulai terlelap dalam tidur.

Disisi lain Abraham termenung memikirkan perasaannya yang jadi rumit karena pertemuannya kembali dengan adik kelas yang merupakan pujaan hati yang tidak bisa ia gapai.

Ingatannya tentang masa lalu masa masa remaja dengan cintanya yang terpendam dan hanya menjadi kenanangan pahit karena rasa tidak percaya dirinya akan penampilannya yang sedkkit kuno menurut dirinya sendiri.

Perasaan minder yang terlalu berlebihan membuat dia tak percaya dirim padahal dia sebenarnya menjadi idola para cewek saat itum tapi tidak u tuk Cisa yang tidak memiliki minat dengan keadaan di sekolah bahkan dia menolak pernyataan cinta diri dua orang populer diseluruh sekolah.

Cisa hanya mau menikmati masa masa sekolahnya dengan tenang dan damai

tapi semua itu tidak terjadi karena banyak lara gadis yang merasa tersaingi dengan adanya dirinya yang cantik rupawan dan menjadi idola di seluruh sekolah bahkan juga sampai ke sekolah lain.

Hari harinya jadi tidak tenang dan tidak menyenangkan kalau saja dia tidak memilikk sahabat yang dekat dengan nya maka dia mungkkn tidak bisa menahan segala sesuatu yang di ucapkan oleh para cewek yang iri dengannya.

Sedangkan Abraham hanya menjadi pengawas saja, mengawasi dari jarak jauh tidak berani mendekat walau hanya sekedar berbincang biasa sajam dia menjadi pe gagum rahasia.

Selama satu tahun masa sekolah sampak diakhir dia hanya bisa menatap dari jauh dan hanya menjadi penyesalan dalam kehidupannya.

Abraham ingin mengutarakan isi hatinya walaupun hanya sekedar mengungkapkan saja, walaupun dia tahu itu tidak akan dibalas oleh Cisa sampai kapan pun, paling tidak dia merasakan kelegaan dantidak menjadi pengecut untuk kedua kalinya.

Keputusannya sudah bulat akan hal yang dia ßudah pikirkan masak masak dan ia harus lakukan hari ini juga aga dia tidak menyesal seumur hidupnya.

Pagi sudah menjelang matahari sudah mulai menampakkan dirinya dan memberikan kehangatan bagi bumi dan sekitarnya.

Abraham melangkahkan kakinya keluar menuju ruang rawat Cisam namun di tengah jalan dia bertemu dengan guru besarnya Dr. Robert dan dia pun memeluk gurunya itu.

"Selamat pagi Dr. Robert bagai mana hari anda?!"Abraham bertanya.

"Ya cukup melelahkan karena saya masih harus mengobserfasi keadaan Cisa disini, harusnya diusia saya itu dudah waktu ya pensiu untuk menikmati hari tua. kamu sendiri bagaimana harimu kelihatannya kamu kurang istirahat!?" Dr. Robert bertanya sambil melihat wajah Abraham dengan sedikit heran nggak biasanya anak didiknya berwajah kusut.

"ahaahaa...Dr. tahu aja kalau saya kurang tidur, saya lagi galau itu saja" Jawab Abraham singkat tidak mau terus ditanya lagi dia mengalihkan obrolanya sambil berjalan menuju kamar Cisa.

Cisa membuka matanya dan mendapati suami tercintanya masih terlelap disampingnya, diapun memberikan kecupan dibibir Nicky sebagaimana kebiasaannya setelah menikah.

Yang di kecup pun terbangun dan balik memberikan kecupan dan juga salam pagi harinya"Assalamualaikum... my dear...muah".

"Waalaikum salam ... sayang" Cisa menjawab salam Nicky.

Mereka pun terbangun dan mulai membersihkan diri di kamar mandi, tak berapa lama mereka keluar sudah segar dan rapi.

Cisa kembali keatas ranjang dengan tenang menunggu dokter untuk memeriksanya dan memberikan ijin untuk kembali pulang ke mansionnya.

Cisa melihat kakak dan iparnya masih belum terbangun juga, kemudia

n dia turun dari ranjangnya dan menghampiri keduanya.

" Kakak.... kakak.... bangun dong ini sudah pagi bentar lagi para dokter visite kemari" sambil mengusap lembut pipi Raizel.

Akhirnya Raizel membuka matanya dan tersenyum manis kepada Cisa, kemudian dia melihat istrinya masih terpejam dan terlihat nyaman, sebenarnya dia tidak tega untum membangunkanyam tapi sebentarlagi ada visite dari para dokter dia nggak mau kalau Sasya nanti merasa malu.

Tak lama mereka sudah bersiap dan rapi, keempatnya sudah besiap siap jika Cisa di ijinkan pulang.

Abraham dan Dr. Robert datang bersama beberapa perawat untuk melihat keadaan Cisa yang sudah segar dan mulai bersemu mereh pada kulitnya yang tadinya terlihat pucat.

"Selamat pagi....semua..." Dr. Robert menyapa semua orang yang ada di ruangan itu.

"Pagi Dok... " jawab semua orang.

" Kelihatanya pasienya sudah membaik, aku akan memeŕiksanya dulu agar tahu kondisi tubuhnya" Dengan senyum Dr. Robert mulai memeriksanya.

"Alhamdulillah dok saya merasa sehat dan baik baik saja" jawab Cisa dengan senyum manisnya membuat yang melihat meleleh karenanya.

"Denyutnya normal, nafas juga normal, lainnya pun tidak ada masalah, jadi Cisa boleh pulang tapi harus banyak istirahat dan tidak banyak pikiran agar nggak mudah stres oke" Dr. Robert berkata.

"Jadi dok saya beneran boleh pulang sekarang?!" Cisa bertanya untuk menyakinkan dirinya sendiri.

"Boleh... tapi jangan lupa obatnya tetap di konsumsi" Dr. Robert mengingatkan.

Para dokter pun keluar untuk visite keruangan yang lain dan melanjutkan pemerjaannya.

Cisa dan yang lainnya keluar dari rumah sakit setelah membereskan atmin dan seluruh prosedur.