Setengah dari mereka mulai tumbang, Kelli mengelap luka di sudut bibirnya. Lima orang mulai maju ke arahnya, Kelli mulai memasang kuda - kudanya lagi. Laki - laki berperawakan tinggi berisi itu maju, Kelli sedikit kualahan. Tapi ia berhasil mengalahkan laki - laki itu.
Satu jam, ia berhasil membuat semua anak buah Ken tumbang. Ken bertepuk tangan, laki - laki itu mendekati Kelli. Perempuan itu masih berdiri tegap di tempatnya, walaupun badannya terasa sakit semua.
'Bugh.' Kelli jatuh tersungkur, ia terlalu lelah untuk melawan.
"Bangun lo! Gitu aja lemah!" ucap Ken berang. Kelli berusaha berdiri, tapi kakinya sangat lemas.
"Gue bilang bangun! " ucap Ken dengan nada tinggi, Kelli tersentak.
"Makannya jangan sok kuat jadi cewek," ujar Ken membelakangi Kelli seraya tertawa kecil.
Kelli berusaha untuk bangun. Ketika ia berhasil menegakkan dirinya, Kelli berusaha menyeimbangkan tubuhnya. Ia menarik napas lalu membuangnya, kakinya mulai membaik. Ia memasang sikap pasang, kaki kanan diayunkan ke arah depan dengan cepat dan kuat dengan posisi ujung kaki tendangan sabit. Kaki kanannya ia arahkan ke kaki Ken.
'bruk.' Ken terjatuh, Kelli tersenyum lalu menginjak perut laki - laki itu.
"Harusnya lo nerima kekalahan lo, bukannya nyerang Reyhan. Tindakan lo banci banget," ucap Kelli, ia menekan perut laki - laki itu dengan kakinya.
"Iya gue salah, gue minta maaf." Kelli menaikkan alisnya, ia tidak percaya dengan Ken.
"Jangan minta maaf ke gue, tapi minta maaf ke Reyhan. Gue tunggu besok, lo dan teman - teman lo minta maaf ke Reyhan." Setelah mengatakan hal itu Kelli berlalu keluar dari bangunan tua itu.
"Gue minta maaf ke Reyhan? Gue nggak bakalan ngelakuin tindakan menjijikan kayak gitu," ucap Ken setelah kepergian Kelli, ia tersenyum sinis.
***
Kelli menyalakan ponselnya, ia melihat satu notifikasi pesan. Melihat nomor tidak di kenal terpampang di layar ponselnya, ia mengernyit.
+6282********* : Kell, kita bawa Reyhan ke rumah sakit mawar, ruang teratai nomer 15-Bian
Kelli manggut - manggut, ia berjalan ke arah parkiran. Setelah menemukan motornya, ia segera memakai helm dan tancap gas ke rumah sakit dimana Reyhan di rawat. Sesampai disana, Kelli segera memakirkan motornya dan berjalan masuk. Begitu ia berada di lorong teratai, ia mulai mencari ruangan dengan nomor lima belas. Setelah menemukan ruangannya, Kelli langsung masuk tanpa mengetuk pintu.
Disana Reyhan sudah sadar, ia berbaring dengan bekas jahitan dimana - mana dan infus di punggung tangannya. Kelli menghampiri laki - laki itu. Reyhan yang biasanya tersenyum tengil, kini ia hanya tersenyum lemah. Keduanya saling bertatapan dalam diam.
"Ehm.. Serasa dunia milik berdua," goda Vion, disambut anggukan oleh Bian.
"Tau tuh," imbuh Bian. Kelli menoleh ke arah Vion dan Bian, mereka menunjukkan cengiran lebarnya.
"Habis dari mana? Kok lebam?" tanya Reyhan lirih seraya menyentuh luka di sudut bibir perempuan di depannya, Kelli menggeleng.
"Jangan bilang lo tadi pergi ke markas gengnya Ken?" tanya Bian.
"Kalau gue kesana emang kenapa?" tanya Kelli balik, Vion dan Bian menepuk jidatnya. Reyhan berusaha mendudukkan dirinya, Kelli pun membantu laki - laki itu untuk duduk.
"Lo masih tanya kenapa? Itu bakalan bahayain diri lo sendiri," terang Reyhan.
"Buktinya gue nggak papa, lagian gue udah hajar mereka semua kok. Tinggal nunggu waktu Ken sama anak buahnya kesini buat minta maaf sama lo, " jelas Kelli. Bian dan Vion tertawa sedangkan Reyhan tersenyum geli, Kelli tidak mengerti kenapa mereka tertawa.
"Kell, gue kasih tau. Ken nggak bakalan minta maaf sama gue," ujar Reyhan, Kelli manggut - manggut.
"Tapi kalau dia berubah? " tanya Kelli, Reyhan menggeleng. Reyhan tahu betul dengan sikap Ken, musuh bebuyutannya itu.
"Gue sih nggak yakin, tapi liat besok aja." Kelli mengangguk.
"Ya udah gue pamit, ntar nyokap nyariin." Ketiga laki - laki itu meng-iyakan, Kelli berjalan keluar dari ruangan Reyhan. Melihat kondisi laki - laki itu yang terlihat baik - baik saja, Kelli merasa lega. Ia merasa bersalah dengan Reyhan, jika ia tidak meninggalkan laki - laki itu sendirian, pasti dirinya dapat membantu Reyhan melawan Ken dkk.
Sesampai di rumahnya, Kelli masuk ke dalam rumahnya dengan mengendap -endap. Ia tidak ingin mamanya tahu tentang luka lebamnya.
"Kelli," panggil Ivy ketika Kelli menaiki satu anak tangga. Ia mematung di tempatnya.
"Ma maaf Kelli capek. Mau ke kamar dulu," ucap Kelli tanpa melihat ke arah Ivy, Kelli segera menaiki anak tangga.
Sesampai di kamar ia menjatuhkan dirinya di tempat tidur, ia mengingat kejadian hari ini. Ia teringat wajah pucat Reyhan di pangkuannya, Kelli mengela napas. Ia beranjak dari tempat tidurnya untuk membersihkan dirinya.
***
"Kalau bakalan jadi kayak gini, harusnya kemarin kita serang mereka," celetuk Vion.
"Percuma. Walaupun lo kemarin serang dia, kalau tim kita menang dia tetap keroyok gue. Kayak lo nggak kenal Ken aja, ambisinya buat menang di kompetisi ini besar. Dia bakalan meng-halalkan segala cara, kayak main keroyok gue sama Kelli waktu h-1 kompetisi. Begitu dia kalah, dia nggak terima. Dia lampiasin itu semua dengan ngehajar gue," jelas Reyhan.
"Gue minta tolong ke kalian buat ngelindungin Kelli selama gue nggak masuk, lo tau kan dia baru aja buat masalah. Feeling gue si Ken bakalan balas dendam," pinta Reyhan, kedua sahabatnya mendengus.
"Kita ngelindungin Kelli? Nggak salah? Dia mah nggak perlu di lindungin, dia jago beladiri." Bian menyetujui ucapan Vion.
"Ya awasin aja pokoknya," perintah Reyhan, Vion dan Bian memandang sahabatnya curiga.
"Lo sebegitu khawatirnya sama si Kelli, lo-" ucapan Bian terpotong.
"Ya nggak lah, gue cuma merasa bersalah aja sama dia. Harusnya dia nggak terlibat sama masalah gue dan Ken," elak Reyhan. Bian mendengus, udah berapa kali sahabatnya ini mengelak.
Reyhan kembali merebahkan dirinya, ia menutup matanya. Orang tuanya bahkan tidak ada datang ke rumah sakit. Katanya papanya itu mengawasinya, seharusnya papanya tahu dengan kondisinya. Reyhan tersenyum miris, ia masuk rumah sakit saja mereka tidak peduli. Reyhan bingung bagaimana ia bisa menarik perhatian orang tuanya, segala cara ia sudah mencobanya. Masuk penjara beberapa kali karena balap motor dan masuk rumah sakit yang entah sudah ke berapa kalinya karena tawuran.
Semenjak ia mengenal Kelli, ia sudah jarang tawuran dan balapan liar. Ia juga jarang merokok, Reyhan baru menyadari pengaruh perempuan barbar itu sangat besar bagi dirinya. Ia sibuk membuat Kelli suka dan terpesona, hingga ia lupa kebiasaan buruknya. Reyhan menggeleng, ia mendekati Kelli hanya karena ia ingin Kelli jatuh ke dalam pesonanya. Hanya itu, setelah itu ia akan menghancurkan perempuan itu.