Bian menarik tangan Nita, ia membawa perempuan itu menjauh dari keramaian. Nita berusaha melepaskan cekalan tangannya dari laki - laki itu, ia terus memberontak. Semakin dirinya memberontak, Bian semakin mencekal tangan perempuan itu lebih kuat. Nita merintih kesakitan, mungkin setelah ini pergelangan tangannya akan merah.
"Lepasin gue Kak! Lo apa - apaan sih!"
Ketika dirasa keduanya sudah jauh dari anak - anak yang lain, Bian melepaskan cekalan tangannya pada tangan perempuan itu. Begitu tangannya terlepas, Nita mengelus pergelangan tangannya yang memerah.
"Lo bisa jelasin, dimana lo sembunyiin Kelli?" tanya Bian dengan tatapan menusuk. Nita yang melihat raut dan tatapan menusuk itu nyalinya menciut.
"Jawab!" perintah Bian dengan nada yang naik dua oktaf. Nita tersentak mendengar suara Bian dengan nada tinggi. Ia tidak tahu jika Bian akan semarah ini dengannya.
"Gue nggak sembunyiin dia," balas Nita lirih. Bian memijat pelipisnya. Kenapa perempuan itu tidak mengaku saja, agar ia bisa membantu Nita jika Reyhan mengamuk.
"Gue udah bilang sama lo, jangan ganggu mereka berdua. Dan lo sekarang malah sembunyiin si Kelli. Kalau sampai ada apa - apa sama dia, lo orang pertama penyebab itu semua." Bian berlalu meninggalkan perempuan itu yang mengacak rambutnya. Nita berjalan kembali ke tempat anak - anak yang lain, namun ada tangan yang kembali mencekalnya.
"Rian.... " Laki - laki itu menatapnya tajam, Nita menahan napas karena tatapan Rian menusuk matanya.
"Gue tau lo pengin ngerebut Reyhan dari Kelli, tapi caranya nggak kayak gini Nit. Gue nggak habis pikir sama lo," kata Rian dengan nada kecewa. Ia tidak menyangka sekaligus kecewa dengan tindakan saudaranya, yang menurutnya sangat keterlaluan.
"Rian, lo salah paham. Bukan gue pelakunya, percaya sama gue Yan." Rian melanjutkan langkahnya tanpa menoleh menatap saudaranya itu. Bagaimana ia harus menjelaskan kepada semuanya jika bukan dirinya yang menyembunyikan Kelli. Nita menghembuskan napas panjang.
***
"Hari sudah mulai gelap, dan Kelli belum di temukan. Kita bisa cari dia besok," putus Pak Milan. Beberapa anak - anak mulai protes tidak terima. Seperti Reyhan saat ini.
"Ya nggak bisa gitu dong Pak, kita harus tetap cari Kelli. Kita nggak mungkin tinggalin dia di hutan Pak," tolak Reyhan disambut anggukkan dari beberapa siswa. Ia tidak mungkin membiarkan Kelli-nya di hutan sendirian.
"Tapi kita tidak mungkin mencarinya sekarang, Kelli akan sulit di temukan karena langit sudah gelap. Lagipula orang tua kalian pasti mencari kalian, karena seharusnya kita sudah kembali ke sekolah sore tadi. Jadi kita bisa mencari Kelli besok," terang Pak Ron.
Mau tidak mau semua siswa naik ke bis dan kembali ke sekolah. Selama di bis, Reyhan hanya diam seraya menatap keluar kaca. Berkali - kali ia menghembuskan napas, Reyhan takut terjadi sesuatu dengan Kelli-nya.
Vion menatap Riska yang duduk di samping kananya, perempuan itu diam dengan tatapan kosong. Ia menepuk bahu Riska, membuat perempuan itu tersentak.
"Kenapa Yon?" tanya Riska.
"Kelli pasti baik - baik aja," kata Vion seraya tersenyum tipis. Riska menganggukan kepalanya ragu.
Dua jam berlalu, mereka semua telah sampai di sekolah. Beberapa mobil dan motor berjejeran, orang tua beberapa murid sudah datang menjemput. Reyhan turun dari bis dengan beberapa anak yang lain, ia menghampiri Nita dan antek - anteknya.
Reyhan menarik tangan Nita kasar, perempuan itu mengaduh. Begitu sampai di tempat sepi, laki - laki itu menghempaskan tangannya kasar. Reyhan memandang Nita seolah - olah ingin membunuh perempuan itu dengan mata tajamnya.
"Dimana Kelli?" tanya Reyhan dengan suara rendah, membuat bulu kuduk Nita berdiri.
"Nggak tau Kak," cicit Nita seraya membuang muka.
"Gue tanya sekali lagi, dimana Kelli?" ulang Reyhan geram. Perempuan di depannya menggeleng.
Reyhan mencengkram bahu Nita, "Jawab jujur dimana Kelli?!"
Nita tidak bisa menahan air matanya yang sudah ada di pelupuk mata, ia tidak pernah melihat raut wajah Reyhan yang seperti ini.
Vion, Bian, dan Riska yang melihat itu, mereka langsung menghampiri keduanya. Vion dan Bian melepaskan cengkraman Reyhan di bahu Nita.
"Rey, lo buat dia takut," balas Bian emosi, Nita menangis sesenggukan.
"Bi lo percaya sama tangisan dia, hah? Gue yakin pasti ulah dia. Kalau sampai ada apa - apa sama Kelli, gue nggak segan untuk balas perbuatan lo." Reyhan berlalu meninggalkan keempat orang itu.
Nita memeluk Bian, laki - laki itu terkejut. Melihat Nita yang menangis, Bian membalas pelukan perempuan itu.
"Kak, percaya sama gue." Nita melepaskan pelukannya dan menatap Bian, laki - laki itu membuang muka. Ia tidak tega melihat perempuan menangis, Bian masih ragu untuk mempercayai perempuan di depannya.
"Kak Vion, Riska, percaya sama gue. Nggak mungkin gue ngelakuin itu semua," kata Nita seraya menatap laki - laki dan perempuan itu. Keduanya bergeming, tidak membalas ucapan Nita.
***
Reyhan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Jalanan cukup ramai, ia nyaris saja menabrak pengguna lain. Umpatan kasar Reyhan dengar tiap kali dirinya membalap pengendara lain. Namun ia tidak peduli, pikirannya kalut saat ini. Perempuan menyebalkan yang baru saja masuk ke dalam hidupnya sekarang menghilang.
Reyhan mengklakson motornya, membuat Pak Rudi terkejut. Ia langsung membukakan gerbang untuk laki - laki itu. Reyhan masuk ke dalam rumah, ia langsung berjalan menuju kamarnya. Reyhan mengabaikan Mamanya yang memanggil namanya, ia membanting pintu kamarnya.
Reyhan duduk di balkon seraya memandang langit, tatapannya kosong. Ia tidak menyadari jika Mamanya itu masuk ke dalam kamarnya, wanita paruh baya itu berdiri di belakang Reyhan.
"Kamu kenapa? Kecapekan kemah ya?" ucap Karin lembut. Reyhan membalikkan tubuhnya, ia menatap Mamanya kemudian menggeleng.
"Kamu nggak pengin cerita sama Mama? Dulu kamu kalau ada masalah selalu cerita sama Mama," ujar Karin membujuk anak laki - lakinya.
"Itu dulu Ma, sekarang udah beda. Reyhan pengin sendiri," usir Reyhan lembut. Karin menatap sedih anak laki - lakinya. Setelah mengelus puncak kepala Reyhan, ia keluar dari kamar anak laki - lakinya.
Sepeninggal Karin, Reyhan mengacak rambutnya kesal. Ia merasa bersalah dengan Mamanya, tapi Reyhan masih kesal dengan Mamanya.
drrttt... drrttt....
+62857******** : Lo tenang aja, Kelli aman sama gue.
Reyhan terkejut membaca pesan yang ia terima, ia mengepalkan tangannya. Sepertinya ia tahu siapa yang menyembunyikan Kelli-nya, Reyhan tidak akan memaafkan orang itu.
Reyhan mengirim pesan kepada kedua sahabatnya. Setelah meminta temannya untuk bertemu di parkiran, ia segera menyambar jaket dan kunci motornya. Malam ini, ia pastikan orang itu habis di tangannya.