Chereads / AndroMega / Chapter 4 - Chapie 3 : Golden n' Silver

Chapter 4 - Chapie 3 : Golden n' Silver

Angin berhembus menembus lubang besar terbentuk di jalan atas ke area bawah, menerpa kulit mereka yang berkeringat karena terlalu banyak menggunakan stamina. Robot-robot rongsokan aktif dengan sendirinya tanpa sebab, bersiap-siap menyerang di hadapan mereka, menatap keempat pria itu dengan lensa-lensa merah mengkilat tajam.

"Bersiaplah." Golden memberi aba-aba. "Lakukan, sekarang!!!"

Rick, Silver, dan Xeno segera melesat ke depan. Saat beberapa robot menembaki laser dan peluru, Golden menahan serangan mereka dengan perisai Magnolia. Xeno melemparkan runtuhan bangunan berukuran besar ke arah para robot dengan Rick di atas runtuhan tersebut. Sebelum runtuhan itu berhasil menimpa para robot, Rick segera melompat tinggi dari sana.

Runtuhan tadi berhasil mengenai beberapa robot hingga hancur, Rick juga mendarat dengan tombaknya, berhasil menusuk badan salah satu robot. Ia memukulkan badan robot yang tersangkut pada tombak ke arah robot lain yang hendak menyerang.

Di sisi lain, Silver berlari begitu cepat ke arah beberapa robot. Robot-robot itu menembaki Silver secara membabi buta, tapi mampu ia menghindari.

"Eterna!"

Butiran hologram dari gelang AndroMega miliknya muncul di kedua tangan, membentuk kerangka hologram, memadat menjadi sepasang pistol Blaster perak. Sambil terus berlari, Silver menembakan peluru Blaster Eterna lebih membabi buta lagi hingga tubuh-tubuh para robot hancur tak berbentuk. Ketika melihat Xeno hendak diserang dengan rudal oleh robot besar, Silver segera melesat menarik Xeno menghindar.

Rudal itupun meledak jauh di belakang mereka. Jika saja Silver tidak cepat, mungkin Xeno juga ikut meledak di sana.

"Kau tidak apa-apa, Myo?" tanya Silver memastikan.

"Xeno tidak apa-apa, Pyo," jawab Xeno dengan senyum, "Terima kasih."

Sejenak Silver memperhatikan kalung besi menyerupai kalung budak yang digunakan Xeno, sama seperti kalung yang saat ini ia pakai. Samar-samar, ada sesuatu menghantui pikirannya walau terasa tidak jelas.

Tentang rombongan anak di bawah umur yang dibawa paksa dengan rantai-rantai besi terikat di beberapa bagian tubuh mereka. Suara tangis, jeritan, dan perlawanan sia-sia menjadi hal yang muncul tanpa sebab di pikirannya.

'Bang Alven!'

"Kapten Silver, Pyo?"

Panggilan Xeno membuat lamunannya terhadap memori tidak jelas tadi segera sirna. Ia baru ingat jika saat ini mereka dalam keadaan genting.

"Sepertinya kau memerlukan senjata untuk digunakan, Myo." Silver mulai merogoh sesuatu dari saku di balik mantel jubahnya.

"Eh? Itu…." Xeno terlihat ragu untuk bicara. "Xeno tidak pernah menggunakan senjata, Pyo."

"Tenang saja." Silver tersenyum menenangkan padanya.

Silver menarik tangan Xeno lalu menaruh sesuatu di atasnya. Xeno begitu takjub kala melihat benda itu, sebuah gelang canggih yang sama dikenakan oleh Rick, Golden, dan juga Silver, tapi motif warnanya berwarna putih.

"Gelang ini… mirip seperti gelang yang Rick pakai, Pyo," puji Xeno menganggumi tampilan futuristik dari gelang tersebut.

"Itu gelang AndroMega namanya. Kau bisa menggunakan senjata apapun yang tersimpan di sana untuk bertarung, Myo. Senjata di dalam AndroMega ini baru saja timku kembangkan," jelas Silver baik-baik, "Walau kau bilang belum pernah menggunakan senjata apapun, aku yakin kalau kau akan mudah beradaptasi dengan senjata itu."

"Tapi, ini— ."

"Tenang saja." Untuk kesekian kalinya Silver tersenyum pada Xeno. "AndroMega dan isi senjatanya masih dalam status Beta. Kau tidak perlu repot-repot mengisi identitasmu dulu ataupun menginstal programnya, Myo. Senjata akan otomatis keluar. Lagipula, senjata di dalam AndroMega ini juga masih belum memiliki nama, Myo."

Xeno mematung melihat Silver kembali melesat menyerang para robot bersama Rick dan Golden. Iris hijau keemasannya kembali memperhatikan gelang canggih yang dimaksud. Xeno memang tahu tentang AndroMega dari Rick yang beberapa kali iseng-iseng mengotak-atik AndroMega miliknya sendiri, tetapi belum paham bagaimana cara kerjanya.

Dia telah dipercayakan untuk menggunakan AndroMega ini, jadi Xeno akan berusaha melakukannya. Xeno segera memasang gelang AndroMega putih itu di pergelangan tangannya. Perlahan Xeno menutup kedua matanya, menyalurkan keinginan untuk menggunakan sepenuhnya senjata dalam AndroMega yang ia gunakan.

Dalam sekejap, sepasang senjata dari butiran hologram AndroMega muncul di kedua tangannya. Xeno kembali dibuat takjub dengan sepasang senjata yang ia dapat. Senjata itu berupa Blaster, hampir sama dengan yang digunakan Silver, hanya saja warnanya lebih putih dan ukurannya pun lebih besar.

"Xeno harus bisa, Pyo!"

Rick semakin kewalahan menghajar beberapa robot yang ia rasa tiada habisnya itu. Tiba-tiba reaksi tubuhnya dikejutkan oleh hembusan angin yang dihasilkan dari gerakan lari cepat seseorang.

Pria berjaket merah itu begitu tidak percaya saat melihat Xeno dengan gerakan lincah secepat kilat menembak para robot dengan senjata AndroMega.

"Hei, Bung! Dari mana kau mendapatkan AndroMega itu?!" teriak Rick tak menyngka dengan apa yang dia lihat, pasalnya tanpa senjata saja Xeno sudah terlihat berbahaya.

Xeno menoleh sesaat pada Rick dengan senyum lebar merekah. "Kapten Silver meminjamkannya padaku, Pyo!"

Rick hanya bisa geleng-geleng kepala. Ia tidak habis pikir jika salah satu kapten pembimbing Agent itu bisa berani menyerahkan senjata AndroMega begitu saja pada Xeno. Rick sebenarnya sudah dapat mengira bahwa sejak awal Xeno dapat dengan mudah beradaptasi dengan berbagai senjata. Itulah mengapa ia menganggap Xeno berbahaya.

Ketika para robot menembakan senjata jarak jauh mereka, Xeno menangkisnya dengan tembakan peluru-peluru Blaster. Akurasi tembakan Xeno cukup baik hingga dapat membaca setiap pola dari tembakan segala senjata robot. Beberapa robot tipe penyerang jarak dekat mulai menyerang Xeno dengan Light Saber merah. Dengan lincah pula Xeno meninju robot itu menggunakan pistol sambil menembakan peluru-pelurunya hingga tubuh mereka hancur.

Xeno segera melompat salto menjauhi robot-robot yang ada, mendarat dengan baik di sana. Tak disangka ia menembak mereka semua dengan cara memutar-mutar kedua pistol Blaster hingga kecepatannya meningkat setara dengan kecepatan tembak Machine Gun. Dia sangat lihai menembak sambil memutar-mutar Blaster-nya melebihi penembak profesional, bahkan tak ada satu pun peluru mengenai dirinya walau Xeno terlihat seakan-akan ngasal melakukan gerakan serang berbahaya tersebut.

"Ini menyenangkan, Pyo!" tanggap Xeno tanpa merasakan rasa tegang sama sekali.

Pedang Imperia beberapa kali menebas banyak robot yang ada, tetapi jumlahnya tidak berkurang sama sekali. Ini sangat menyebalkan bagi Golden yang sudah resah sejak awal akan masalah ini. Iris keemasannya melirik ke segala arah, melihat kemunculan robot-robot lain dari bentuk hologram mereka menjadi wujud nyata.

"Oke! Sekarang aku yakin kalau mereka menggunakan sistem teleportasi yang tidak biasa." Golden menancapkan perisainya di depan untuk melindungi dirinya dari berbagai serangan jarak jauh para robot. "Cobalah terus untuk menahan mereka! Aku akan menggunakan kemampuan AndroMega-ku untuk menahan kinerja sistem teleportasinya."

"Apa kau tahu rumusan dari jenis teleportasi yang mereka gunakan, Myo?" tanya Silver dari kejauhan sambil terus menembaki robot.

"Mana kutahu! Kau sendiri yang bilang bahwa sinyal kemunculan mereka sama seperti AndroMega," teriak Golden terdengar semakin resah, "Tidak ada siapapun ditemukan yang berpotensi mengendalikan para robot di sini. Jadi, mungkin seseorang mengendalikan sekaligus mengirim mereka dari jarak jauh kemari. Aku rasa orang itu menggabungkan program serupa AndroMega dengan program teleportasi versi baru untuk mengirimkan robot-robot ini kemari."

"Definisi dan perkiraanmu itu kurang meyakinkan, Myo!"

Seketika persimpangan imajiner muncul di dahi Golden. "Oke! Mungkin apa yang kubilang tidak jelas karena aku masih tidak mengerti program dan teknologi informatika lainnya. Intinya, aku akan berusaha melakukan sesuatu pada kemampuan AndroMega-ku untuk menghentikan kinerja sistemnya, walau aku sendiri tidak mengenali rumusan program yang digunakan!"

Golden bersembunyi di balik perisai. Ia jadi jengkel jika harus membahas tentang program dan segala tetek-bengek yang sulit untuk dipahami olehnya selama ini. Oke, Golden paham sedikit, tapi bukan berarti dia mengerti tentang program.

"Baiklah…! Sekarang, apa yang bisa digunakan, Imperia?"

Dengan setengah kesal Golden mengotak-atik monitor hologram yang tercipta dari gelang AndroMega miliknya. Mengatur kemampuan pedang Imperia dengan memasukan beberapa program yang Golden ingat dan pahami, sebuah program yang dibuat khusus untuk kemampuan terhebat senjatanya.

Rick, Silver, dan Xeno masih terus berusaha menghancurkan para robot, tapi pertarungan mereka terhenti ketika Golden memanggil mereka dari kejauhan.

"Hei! Kemari! Aku akan melancarkan seranganku!"

Mereka bertiga segera menghampiri Golden. Golden memberi aba-aba untuk berlindung di belakangnya. Ia menancapkan kembali Perisai Magnolia, secara otomatis perisai lebar muncul dari kumpulan hexagonal kecil untuk melindungi mereka dari berbagai serangan dan efek dari kemampuan yang akan digunakan Golden.

"Tetap di belakangku untuk berjaga-jaga." Golden mengotak-atik monitor hologramnya sesaat. "Setelah itu, aku serahkan sisanya padamu, Kapten Silver."

"Baik, Myo!" Silver mengangguk paham.

Setelah monitornya ia hapus, aliran sirkuit elektrik pada Pedang Imperia menyala terang berwarna kuning keemasan disertai butiran-butiran hologram menebal di sekitarnya. Dengan memasang kuda-kuda, Golden siap melancarkan serangan pamungkasnya.

'[Kemampuan Utama : Aktif]'

"AndroMega Ultimate : Imperia!"

Golden menusukan pedangnya ke depan hingga ukurannya semakin membesar, menciptakan gelombang cahaya disertai butiran hologram emas, berputar kencang bagaikan mesin bor raksasa, merusak dan menghancurkan robot-robot yang mengenai serangan tersebut. Butiran-butiran hologram dari serangan itu menyebar ke segala arah, kecuali di balik perisai Magnolia, masuk ke sela-sela bagian mesin pada semua robot yang ada, menyerang sistem AI mereka hingga mengalami kerusakan parah.

Butiran hologram Imperia bahkan merusak kinerja hologram-hologram misterius yang menjadi sebab bertambahnya jumlah robot tanpa henti.

"Sebagian jumlah robot sudah aku hancurkan dan kerja sistem anehnya berhasil kuhentikan, tapi jumlah mereka masih terlalu banyak untuk kita habisi dengan cara biasa," ucap tegas Golden setelah selesai melancarkan kemampuan senjatanya, "Sekarang giliranmu, Tolol!"

"Jangan membiasakan dirimu berkata kasar, Myo! Tidak sopan, tahu?!"

Silver melompat ke depan melewati perisai hologram Magnolia yang masih aktif. Setelah mendarat, ia mengotak-atik monitor hologram di sampingnya, memasukan kode-kode program yang sudah ia hafal di luar kepala dengan cepat, lalu menggeser monitor hingga lenyap. Silver meraih kedua Blaster yang sempat ia sarungkan di kedua holster pada pahanya, memutar-mutar senjata itu dengan lincah, menodongkan moncong senjatanya ke depan.

'[Kemampuan Utama : Aktif]'

Di segala arah sekitar para robot, mulai dari atas, bawah, kiri, kanan, depan, belakang, dan sisi lainnya, muncul banyak lingkaran portal dengan gerakan angka-angka matriks berwarna biru navy di dalamnya, dihiasi oleh rumusan angka-angka sebagai cincin portal. Di kedua ujung Blaster juga muncul portal serupa berukuran lebih kecil.

"AndroMega Ultimate : Eterna!"

Silver langsung menembakan peluru-peluru Blaster Eterna pada kedua portal di depannya. Semua peluru yang ia tembakan bertambah jumlahnya saat dikeluarkan dari berbagai portal yang mengarah ke para robot. Kecepatannya bertambah dan daya serang pun semakin kuat, area yang dikelilingi portal terlihat bagaikan hujan meteor kecil, mengakibatkan kerusakan jauh lebih parah dari kemampuan yang digunakan Golden tadi. Tanah jalanan dan bangunan sekitar hancur, robot-robot hancur tak berbentuk, begitu pula dengan beberapa hologram misterius yang menjadi sebab kemunculan robot-robot.

Semuanya benar-benar dihancurkan oleh kemampuan senjata Silver. Rick dan Xeno tak mampu berkata apa-apa lagi ketika melihat kerusakannya. Kemampuan senjata Silver benar-benar mengerikan.

"Kemampuan utama senjata AndroMega-ku adalah mengunci kinerja sistem-sistem musuh yang dianggap mencurigakan, makanya kerusakan yang didapat tidak begitu fatal karena memang jenis senjataku lebih ke pertahanan dan peretasan." Golden menoleh ke arah Rick dan Xeno sambil menjelaskan. "Sedangkan milik Silver murni jenis penyerang jarak jauh. Kerusakan yang ditimbulkan jadi begitu parah."

Serangan yang Silver lancarkan kini dihentikan, semua portal yang ada telah lenyap secara otomatis ketika cahaya monitor pada gelang AndroMega-nya berkedip-kedip merah.

'[Peringatan : Pengisian energi harus segera dilakukan! Peringatan : Pengisian energi harus segera dilakukan!]'

Silver mematikan audio peringatan dari gelang AndroMega. Dia sangat lelah ketika harus berusaha menahan daya serang yang ditimbulkan dari kedua Blaster, membuat kedua lengan kekarnya linu-linu. Ditambah lagi dengan peringatan pengisian energi yang membuatnya agak risih.

"Kau tidak mematikan peringatan audionya, Kapten Silver?" Golden menghampiri Silver dengan perisai dan senjatanya, perlahan lenyap menjadi butiran hologram.

"Lupa, Myo…." Ketika Silver melempar kedua Blaster itu ke atas, senjatanya juga ikut lenyap menjadi butiran yang sama.

"Senang juga, akhirnya masalah ini selesai. Aku akan memanggil pihak keamanan setempat untuk mengurus kerusakan. Dan kalian!" Golden segera berbalik, menunjuk ke arah Rick dan Xeno. "Aku perlu mempertanyakan banyak hal pada kalian. Kalian sepertinya tidak bisa dibilang sebagai warga sipil biasa."

"Apa? Aku? Xeno?" Tombak Tyrant-X juga sudah Rick lenyapkan sebelumnya. Dan kini ia menunjuk dirinya sendiri dan Xeno. "Kami memang warga sipil area bawah. Lalu, apa yang membuat kau berpikir demikian, Pak Tua?"

"Sembarangan kau memanggilku 'Pak Tua'…!" Sebelah alis Golden berdenyut jengkel. "Itu karena kau memakai AndroMega, dan kawanmu itu memiliki kemampuan aneh yang bahkan mampu dengan mudah beradaptasi menggunakan senjata. Warga sipil biasa dilarang menggunakan AndroMega jika tanpa surat-surat izin dan sertifikat lulusan dari akademi khusus. Aku terpaksa harus membawa kalian bersama kami untuk dimintai keterangan dan menyita AndroMega-mu."

"A-Apa?" Rick terlihat tidak terima. "Tidak bisa begitu! AndroMega ini adalah satu-satunya peninggalan mendiang ayahku. Aku tidak mau benda ini sampai disita!"

"Kau tidak bisa menggunakan AndroMega tanpa izin karena itu ilegal! Akibatnya, kau akan dihukum pidana!"

"Kalau aku tidak menyalahgunakannya, seharusnya tidak apa-apa, dong!"

"Kau!"

Perdebatan antara Golden dan Rick terhenti saat tubuh Xeno terhuyung jatuh ke tanah. Golden, Rick, dan Silver dibuat terkejut akan apa yang terjadi pada Xeno sekarang. Mereka bertiga segera menghampirinya dan berusaha membangunkan pria berperawakan tinggi besar itu.

"Xeno! Xeno, bangun!"

"Apa yang terjadi padanya, Myo?!"

"Aku tidak tahu! Dia pingsan begitu saja."

~*~*~*~

Lorong area bawah yang terhubung dengan aliran air bawah tanah begitu gelap dan hanya diterangi cahaya samar-samar dari lampu bertegangan listrik rendah. Sunyi, tidak terlihat adanya siapapun di sana selain dua sosok yang bersender santai pada tembok lorong. Seorang pria berambut panjang merah dengan memanggul senapan Snipe ungu besar di bahunya, dan seorang wanita berambut merah pula dengan guratan sirkuit-sirkuit elektrik merah pada wajah, seluruh tangan, dan beberapa bagian tubuh lainnya.

"Mereka berhasil mengalahkan semua robot bekas yang kau retas, Veronica," ucap sang pria sambil menurunkan Snipe-nya, "Kau sudah mendapatkan rekamannya, bukan?"

"Tentu saja." Wanita dengan nama kode 'Veronica' itu tengah mengelus-elus permukaan bulat drone merah yang selalu ia gunakan untuk merekam segala hal. "Aku menemukan beberapa data yang cocok untuk identitas dua orang yang bertarung melawan robot-robotku dari awal. Dua orang lainnya tidak bisa kudapatkan identitasnya karena mungkin mereka antek-antek organisasi. Tapi, bagian yang menyenangkannya adalah… aku berhasil meretas radar mobil mereka."

"Kurang kerjaan…."

"Memang!" Veronica menatap pria itu dengan iris merah bulatnya, terlihat seperti lensa kamera, bergerak-gerak memutar. "Tapi, itu menyenangkan! Sekalian pamer lambang pixel terbaruku."

"Ck! Dasar…."

Tangan bersirkuit elektrik merah bercahaya itu menekan-nekan kombinasi angka pada pemukaan drone yang dapat ia sentuh, mengaktifkan mode proyektor untuk memutar rekaman yang baru didapat. Rekaman tersebut memperlihatkan gaya bertarung seorang pria berjaket merah menggunakan tombak canggih sebagai senjatanya.

"Pria ini sudah beberapa kali dipikirkan oleh Profesor Satan," jelas Veronica sambil bersedekap, "Jenis dan seluk-beluk AndroMega serta senjatanya tidak asing bagiku. Ditambah lagi, tidak ada pembaharuan versi saat programnya kucocokan dengan data yang ada pada sindikat."

Pria itu menaikan sebelah alisnya heran. "Maksudmu?"

Veronica menghela nafas, "Maksudku, data-data program dari AndroMega yang dimiliki pria itu cocok dengan data-data program yang dulu pernah ada di sindikat kita. Sepertinya, tidak mungkin jika orang ini mampu mencuri AndroMega yang disimpan oleh kita."

"Apa mungkin ada penghianat dari sindikat yang menyerahkan AndroMega itu pada pria berjaket merah tadi?"

"Masa? Bukankah seluruh anggota sindikat memiliki kesetian mutlak terhadap Master Obsidian, dan— Ah….!"

Kedua mata merah Veronica membola kala menyadari sesuatu. Ekspresi terkejutnya mendadak berubah menjadi antusias.

"…. Profesor Satan pernah menceritakan hal ini padaku saat aku baru dimodifikasi menjadi Virtozous. Apa kita perlu menanyakan tentang pria berjaket merah itu pada Tuan Dragon?"

Pria ini kembali dibuat bingung oleh maksud pembicaraan Veronica. Ia bingung mengapa wanita Virtozous ini menghubung-hubungkan pria misterius dalam rekaman dengan senior mereka dari sindikat yang sama.

Veronica menyunggingkan seringai begitu lebar, kedua matanya terbelalak selebar itu menyala merah di antara kegelapan.

"Dia pasti sangat bahagia bertemu dengan putranya…!"

~*~*~*~

Kutipan Terbaik :

"Sembarangan kau memanggilku 'Pak Tua'…!" ~Kapten Golden, calon Sugar Daddy (Edisi, bini ngamuk kesepian)