Dengan tatapan yang tajam, si rahang tegas mengeluarkan aura kemarahan yang amat menakutkan. Jia menatap samar-samar wajah pria yang saat ini tengah mengangkat tubuhnya, mendekapnya dengan erat.
Darah mengalir dari pelipis mata Jia dan saat itu bahkan Jia merasa sedikit pusing namun masih tidak kehilangan kesadarannya.
"T.. tuan... Liu!" ucap pria berbadan besar yang sempat memukul Jia.
Ia terlihat ketakutan menatap Liu yang saat ini memasang tatapan tajam kearahnya.
"Kau tau namaku Liu Qiang, lantas ATAS DASAR APA KAU BERANI MENYENTUH WANITAKU SEPERTI INI!" bentak Liu Qiang dengan suara yang menderu di seluruh penjuru ruangan.
Suara bentakan Liu Qiang membuat sang pemimpin naga hitam menunduk menatap lantai.
"Maaf... maafkan saya Tuan Liu Qiang, saya pikir nona ini bukanlah wanita tuan, dan lagi pula kemarahan saya adalah karena dia membawa kamera dan merekam semua kegiatan di ruangan ini."
"APA AKU MEMINTA ALASAN KAU MEMUKULNYA!" bentak Liu sekali lagi.
Kali ini sang pemimpin naga hitam sudah tak berani untuk mengeluarkan suara, jangankan untuk mengeluarkan suara... untuk bernafas saja ia merasa berat jika harus menghadapi Liu Qiang.
"Akh...!" rintih Jia dan tangannya bergerak memegang tangan bagian kiri yang sempat di pijak dengan keras oleh pemimpin naga hitam.
Kali ini kemarahan Liu Qiang semakin parah. Ia memutar balik tubuh Jia, membuat Jia tepat membelakangi dirinya.
Tiba-tiba Liu mengambil kedua tangan Jia, dan meletakan sebuah pistol di tangan Jia yang ia ambil dari saku celana bagian belakangnya.
Mata Jia sayu menatap ke depan, namun ia merasakan dengan pasti bahwa tangannya di arahkan untuk memegang pistol tersebut dan jarinya di arahkan untuk menarik pelatuk pistol tersebut.
"Sebagai wanitaku kau harus berani melawan orang yang menyakitimu." Kata Liu berbisik di telinga Jia.
Pemimpin naga hitam yang melihat hal tersebut lantas langsung berlutut meminta pengampunan dari Liu Qiang.
"Maafkan aku Tuan Liu! ku mohon maafkan aku."
"Jika semua penjahat di maafkan maka penjara tidak akan di ciptakan."
"Jangankan aku, wanitaku saja sudah pasti d
tidak mau memaafkan mu. Bukankah begitu Jia?" tanya Liu kembali.
Kali ini Jia menatap wajah Liu Qiang dengan gerakan kepala menggeleng. Jia bermaksud memberi isyarat untuk membuat Liu tidak mengarahkan tangannya menekan pelatuk.
"Tidak apa-apa kau pasti bisa melakukannya."
Perlahan Liu menekan jari telunjuk Jia, dan tentu saja di sana terjadi penolakan dari Jia.
"Tidak... aku tidak mau melakukannya!" kata Jia, namun Liu semakin keras menekan jari telunjuk Jia.
Jia menatap wajah pemimpin naga hitam yang ketakutan dan saat itu dalam beberapa detik satu tembakan terlontar deras, Jia memalingkan wajahnya dan sedikit menunduk karena ketakutan bahkan bibirnya bergetar saat menyadari dengan tangannya Liu Qiang berusaha membunuh seseorang. Jia langsung menjatuhkan pistol tersebut.
Namun ternyata Liu Qiang tidak berhenti di situ, ia menarik Jia Li dan menutup wajah Jia dengan menekan wajah gadis itu ke dadanya. Tembakan beruntun mereka jatuhkan ke tubuh pemimpin naga hitam.
Mendengar itu saja tubuh Jia semakin bergetar, ia menangis tanpa suara dan semakin menekan kepalanya di dada Liu.
"Kau kejam... kau jahat dan kau benar-benar orang gila!" desis Jia yang saat itu perlahan mulai kehilangan kesadarannya.
Liu Qiang mengangkat tubuh Jia di pundaknya dan membawanya keluar dari gudang tersebut.
"Bereskan sampah itu, hilangkan semua bukti dan buang kamera Jia Li ke sungai di belakang gudang. Dan... kau," menunjuk ke salah satu pemuda anggota dari naga hitam.
"Bawa pemuda itu ke rumah sakit sekarang juga!" pemuda yang di maksudkan oleh Liu Qiang adalah adik laki-laki Jia yang tergantung dalam keadaan tak sadarkan diri.
"Turunkan aku..." suara Jia yang semakin melemah hingga akhirnya Jia tidak sadarkan diri.
"Kakak Jia... Wang...!" Suara Lay saat melihat kakak dan saudara laki-lakinya di bopong keluar dari gudang tersebut.
Lay langsung berlari menghampiri tempat tersebut.
"Kak...! kakak..." jerit Lay namun mobil Liu Qiang sudah terlebih dahulu melaju bersama anggotanya.
Lay yang memegang kunci mobil Jia lantas melaju mengikuti mobil Liu Qiang.
Lay masih menaruh curiga kepada orang-orang yang membawa Jia Li dan Wang Yihan. Lay mengira bahwa sudah terjadi sesuatu dengan mereka dan saat ini para penjahat itu berniat membuang tubuh Jia dan Wang.
"Apapun yang terjadi aku akan tetap mengikuti mobil mereka, bahkan jika aku harus mati di tangan mereka, aku akan tetap maju dan tidak akan mundur. Kami adalah saudara, susah senang akan kami lewati bersama." Batin Lay yang menambah kecepatan mobilnya hingga bisa memotong beberapa mobil yang ada di hadapannya dan saat ini berada tepat di belakang mobil Liu.
Sekali lagi Lay menambah kecepatan mobilnya dan kalo ini mobil Lay dan mobil Liu saling bersebelahan di tengah jalan raya. Lay menurunkan kaca mobilnya sambil berteriak.
"Lepaskan kakakku bajingan!"
Liu Qiang yang sedang memangku kepala Jia di bangku penumpang menoleh dan langsung mengenali wajah Lay, adik Jia.
"Pak hentikan mobilnya di depan." Perintah Liu kepada Supirnya.
"Baik Tuan!" balas supir tersebut.
Dan tak berapa lama Lay menyadari bahwa mobil yang membawa kakaknya akan segera menyingkir dan berhenti. Lay langsung memotong dan keluar dari dalam mobilnya.
Secara bersamaan Liu juga turun dan menghampiri Lay.
"Kau Lay bukan?" kata Liu. Secara bersamaan Lay berkata, "Lepaskan kakak ku!"
Lay langsung terkejut saat mendengar pemuda itu mengenalinya karena ternyata yang ada di hadapannya adalah salah satu idolanya selama ini.
Wajah bringas nan buas yang di tunjukan oleh Lay tiba-tiba berubah menjadi wajah bahagia dengan senyum lebar yang mengembang di pipinya.
"Tuan Liu..., aku tidak pernah menyangka akan bertemu anda seperti ini. Aku adalah penggemar berat Anda Tuan!" kata Lay menampakkan wajah ceria layaknya seorang penggemar yang mengidolakan seseorang.
"Hahaha... jangan puji aku seperti itu dan lagi pula panggil aku Kakak ipar, jangan panggil Tuan. Maaf karena kita pada akhirnya hanya berkenalan lewat kejadian seperti ini." Kata Liu tersenyum sambil menepuk pundak Lay.
"Kakak ipar?"
"Mungkin sekarang belum tapi nanti aku pasti menjadi kakak ipar mu. Hem... sungguh sulit mendapatkan hati Jia Li, padahal aku sangat mencintainya." Kata Liu.
"Kau pasti memenangkan hatinya..., em tapi bagaimana anda bisa tau kakak ku ada di sana, sedangkan ponselnya saja ada padaku sejak tadi. Atau apakah anda adalah salah satu dari orang jahat itu?" Tanya Lay dengan tatapan serius.
Seketika senyuman Liu Qiang surut diikuti wajah serius yang terpancar di wajahnya mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Lay. Lay memang terlihat seperti pria yang manis dengan senyuman tipisnya tapi di balik itu semua Liu tau bahwa Lay adalah pria cerdas yang tidak akan mudah untuk di bohongi.