Semenjak malam itu Alin dan Sam semakin dekat dan sering jalan bersama dengan Samudra. Sam yang sudah memendam rasa sejak pertama kali bertemu, belum ada keberanian untuk mengungkapkan rasanya kepada Alin. Ia melakukan banyak cara agar tak berjauhan dengan Alin, sebisa mungkin ia sering mengajak Alin jalan bersama dengan alibi menanyakan tugas kuliah. Karena kebetulan mereka berada di prodi yang sama meskipun tidak satu kelas.
Alin adalah wanita pertama yang membuat Sam benar-benar jatuh hati, ia tidak bisa lari dari pesona Alin. Sejak mengenal Alin ia merasa hidupnya tidak sepi lagi, Alin adalah segala keriuhan yang menyenangkan yang tidak bisa Sam lewatkan. Sudah dua semester Alin dan Sam berkuliah, ujian akhir semester sudah mereka lewati kini liburan menanti mereka. Alin sudah berjanji kepada Sam, jika waktu liburan tiba ia akan berkunjung kerumah Sam.
"Kamu mau kemana dandan cantik begini?" tanya Wicaksana.
"Ayahhh..jadi selama ini putrimu ini tidak cantik?" Alin menggerutu.
"Maksud ayah bukan begitu..tidak biasanya kamu memakai lipstik yang merah hehe"
"Sudahlah..aku pergi dulu ya yah kerumah Samudra"
"Ini bawakan kue untuk keluarganya" jawab wicaksana sambil menyodorkan bingkisan kue pada Alin.
Karena ayahnya sibuk Alin memesan ojek online, ia juga tidak bisa mengendari sepeda motor. Padahal sang ayah sudah mendesaknya untuk belajar mengendarai motor namun Alin tetap tidak mau, ia lebih baik jalan kaki dari pada harus mengendarai motor. Bagi Alin motor adalah benda yang mengerikan yang bisa menghabisi pemiliknya sewaktu-waktu Alin juga menyadari bahwa dirinya mempunyai sikap pelupa yang akan membahayakan dirinya dan orang lain jika ia mengendarai motor.
Sesampainya di rumah Sam, Alin disambut oleh asisten rumah tangga Sam yang begitu hangat. Perlahan ia memasuki rumah besar itu, foto kenangan masa kecil Sam terpampang di setiap dinding ruangan utama rumah milik Sam. Selain foto masa-masa kecil Sam, terpampang juga foto dua orang dewasa memakai baju wisuda yang terlihat begitu manis, wajah orang yang ada di foto itu sangat mirip dengan Sam. Alin meyakini bahwa kedua orang yang berada dalam foto tersebut adalah orang tua Sam.
"Wow..lihat siapa ini cantik sekali"
"Ya Tuhan Sam..kamu ngagetin aja"
"Kenapa malah disini, liatin foto orang keren ya?"
"Hihh PD!!" jawab Alin ketus.
"Ayo makan.. habis itu aku ajak keliling melihat seisi rumah" Sambil menggandeng tangan Alin.
"Loh ayah dan ibu kamu kemana?"
"Mereka jarang sekali pulang, biasa dokter" jawab Sam sembari memasang senyum kecut diwajahnya.
Mendengar jawaban dari Sam, Alin menyadari bahwa selama ini sam benar-benar kesepian keluarganya utuh namun raganya tak memberikan kehangatan pada Sam.
"Aku punya teropong bintang di atas, mau mencoba?" Ucap Sam.
"Dua kali mau" jawab Alin dengan cepat.
*************
"Welcome to my kingdom" sambil menunjukkan seisi kamarnya. Alin terpaku pada satu sudut kamar Sam yang begitu banyak dengan bangau kertas bewarna biru, pikirannya kembali kepada tiga tahun yang lalu sosok pria misterius yang meninggalkan bangau kertas bewarna biru sesaat setelah menolong hidupnya.
"Sam kamu..apakah kamu pernah menyelamatkan seorang gadis 3 tahun yang lalu?"
"Darimana kamu tahun Lin?"
Alin yang mendengar jawaban dari Sam berlari menghampiri Sam dan memeluk tubuh Sam dengan erat.
"Terima kasih Sam..maaf aku tidak menyadari bahwa penyelamatku adalah sahabatku sendiri"
"Jadi gadis itu kamu?"
"Terima kasih Sam"
"Lin kamu tidak perlu berterima kasih, kalau aku tidak menyelamatkanmu aku tidak akan mengenalmu" Sam mengusap pipi Alin yang basah oleh air mata.
"Mulai sekarang aku akan selalu melindungi kamu Lin kalau kamu mau..dan kalaupun kamu tidak mau aku akan tetap melindungi kamu"
"Kamu serius sam?"
"Lebih dari itu..aku ingin selalu berada di dekatmu" Sam memeluk erat tubuh mungil Alin. Setelah hari itu hubungan mereka sudah lebih dari sekedar teman. Disaksikan oleh langit dan bulan yang besinar terang, diselimuti angin yang berhembus hangat seakan menandakan dingin telah pergi meninggalkan sendiri.