Chapter 12 - Judi Batu

Sebelum pulang kerumahnya Xila menuju kota G kota penuh warna kehidupan. Kasino, bar, hotel, restoran dan masih banyak lagi tersedia di tempat ini. bahkan miliarder top dunia bisa langsung miskin jika mampir ke tempat ini.

"Sepertinya disini tempatnya." Xila memarkir si bayi merah kemudian berjalan menuju toilet untuk mengganti baju sekolahnya. Sweter abu abu longgar bertuliskan logo unik di depan dan celana jeans sepaha menampilkan kulit indahnya tak lupa sepatu boot merk ternama dia pakai.

"Fei Fei bisa kau tunjukan dimana tempat batu yang memiliki aura qi paling tinggi berkumpul?"

"hmmmm.. lurus terus di toko ke 3 ada lebih dari 5 batu yang memiliki aura paling kuat.'

"oh tokonya tidak terlalu kecil mari kita masuk."

Xila berjalan menuju toko batu toko itu bernama Toko Batu Bertuah" tempat judi batu berada di belakangnya sementara di depan dipenuhi berbagai macam batu baik bentuk dan ukuran.

Xila punya banyak uang di rekeningnya akan tetapi takut ibunya curiga. dia harus membuka usahanya sendiri, dia berencana memulai toko perhiasan selain untuk ikut judi batu ke tempat ini.

"wah.. banyak sekali batunya Fei Fei yang mana batunya?"

Dengan gesit dan wajah sumringah Xila memilih batu yang ditunjuk kaisar Phoenix. sulit untuk membuat poker face.

"huh.. terkumpul juga. bagaimana kalau kita jual satu di meja judi."

Xila menuju belakang toko banyak peserta berkumpul ada yang memotong batu ada yang menaksir harga kebanyakan hanya menonton. bergidik bahu Xila melihat banyaknya bongkahan batu yang hitam dan kecoklatan bertumpuk menyampah.

"hihihi nona muda kamu kesini mau ikut judi batu juga yah??"

"tentu kenapa tidak" dengan percaya diri Xila memandang kakek Song Vai pemilik toko tersebut.

"oh lihat.. lihat ..wanita muda itu mau ikut judi batu sepertinya dia baru disini."

"wah benar benar cantik, muda, tapi tukang judi ha."

"ah lihat dia membawa batu seukuran kepala sepertinya korban toko kakek Vai bertambah."

Xila menyerahkan batu itu kepada tukang potong Om Lolo.

"Mulai!!!"

Dengan momentum tepat Om Lolo mulai memotong batu tersebut.

"Demi dewa HIJAU!!!"

"wah langkah yang bagus lapisan pertama warna hijau"

"20 Ribu.... 35... 40 ribu!!"

Penonton memanas dan mulia menawar.

"hah paling dalamnya kosong cuma kerak luarnya terkontaminasi lumpur terlalu lama kenapa kalian begitu semangat." Kakek Vai menimpali.

"Lanjut." Xila mengangkat tangan kanannya memberi tanda kepada penonton supaya berhenti berdebat

"Bujur buneng.. ungu itu warna ungu disebut sebagai dewa para giok. MATA DEWA SAPHIR." seorang penonton judi batu pro berkomentar.

"Apa yang terjadi di dunia ini saudara saudara tokoku kerampokan disiang bolong apalagi pencurinya bocah cilik.. Wu..Wu.." kakek Vai mencengkram kepalan tangannya sedangkan air matanya meluncur deras bagai longsor salju.

"1juta.... 3 juta .. 4 juta...."

***

Xila menjual batu giok mata dewa saphir seharga 10 juta Yuan, 400 ribu Yuan untuk ongkos 5 batu tersebut. Muka Kakek Vai begitu jelek ketika menyerahkan 4 batu yang dibeli Xila takut kalau sisa batu selain yang di jual lebih bagus kualitasnya. setelah itu 4 batu lainya akan dia bawa ke rumah sebelum mengolahnya dan dibuat menjadi perhiasan.

Xila mencari tempat strategis di kota G dan berhenti di depan Mal yang ramai menurut aliran angin keberuntungan tempat yang akan dibeli Xila adalah Kepala naga. kebetulan ada tanda di jual di tempel di pintu restoran yang bobrok namun begitu luas bahkan halaman belakang bisa dilihat banyak pohon hijau tinggi menjulang.

"Halo apakah anda yang menjual tanah? saya Xila yang mau beli tolong cepat berapapun harganya aku bayar double!"