Chapter 3 - Bab 2

🌷🌷🌷

Di kampus dan di rumah aku sibuk untuk mempersiapkan segalanya untuk berangkat jadi aku tidak sempat bertemu dengan kedua sahabatku, aku diberi tahu lagi oleh pihak penyelenggara bahwa aku akan berangkat ditemani seorang dosen untuk mengurus segalanya di Korea.

(Dalam hati aku bersyukur karena ada yang mengantarkanku, tapi ternyata dosen itu hanya mengurus keperluanku saja setelah beres di Korea, beliau akan pulang lagi ke tanah air, tapi tak apa lah ada yang mengantaran ku pergi, jadi orang tuaku tidak perlu khawatir).

🌸🌸🌸

Hari masih pagi aku menunggu ibuku yang akan datang hari ini, aku berniat untuk menjemput ibu dan ayahku di Stasiun Gambir karena kata ibuku mereka akan naik kreta ke Jakarta. Akupun segera naik mobil bersama paman dan bibi untuk menjemput mereka...karena besok sore aku harus pergi ke bandara, jadi siang ini aku berniat jalan-jalan bersama kedua orangtuaku.

Dalam mobil aku pun mangeluarkan handphone dan menekan nomer ibuku...terdangar suara tut..tut.. dari sebrang sana... akhirnya terdengar suara...

"Assalamualaikum Fatimah?" tanya ibunya di sebrang sana.

"Walaikumsallam bu, sekarang ibu dan ayah sudah sampai mana, aku sama paman dan bibi lagi dijalan menuju stasiun, 5 menit lagi sampai stasiun?"

"Ibu dan ayah sudah ada stasiun Gambir". sahut ibuku.

"ya bu tunggu Fatimah ya..."

akhirnya kami sampai di stasiun gambir, akupun turun dari mobil bersama bibi dan pamanku dan langsung menghampiri ibuku yang sedang duduk menungguku, Fatimah langsung mencium tangan ibu dan ayah, lalu setelah menjemput ibuku aku bersama mereka pergi jalan-jalan ke sebuah Mall terkenal di Jakarta, setelah sampai di Mall yang kami tuju aku dan keluargaku mengajak mereka ke lantai atas untuk makan-makan di restoran, karena waktu makan siang sudah tiba.

Fatimah menemukan restoran yang cocok, lalu Fatimah bersama mereka mencari tempat duduk yang kosong dan memanggil pelayan membawa menu makanan...

Sambil mengatakan makanan yang dipesan kami kepada pelayan, aku pun berbincang-bincang bersama mereka.

"Fa, kamu harus ingat disana jangan lupa sholat dan ngaji seperti di sini, dan satu hal kamu kalau bergaul harus hati-hati di sana kan Negara banyak non muslim !" kata ibuku.

Lalu ayahku mengatakan sesuatu: "Fa, kamukan anak satu-satunya ayah dan ayah sudah tua, kamu harus jaga diri kamu dan terus ingat pada ayah dan ibumu dan jangan lupa di sana kamu kirim kabar setiap waktu".

"Insya Allah, bu, yah, Fatimah akan mengingat pesan dari ibu, ibu dan ayah tidak usah khawatirkan ada seorang dosen yang akan mengantar Fatimah ke Korea untuk mengurus segalanya di sana, tapi setelah beres dosen itu akan kembali ke tanah air.

Setelah selesai makan siang di restoran kamipun jalan-jalan mengelilingi Mall tersebut dan aku membeli sesuatu buat ayah dan ibuku. Setelah selesai jalan-jalan aku merasa lelah, melihat wajah ibu dan ayahku yang kelihatan cape aku lalu mengajaknya untuk pulang ke rumah paman untuk istirahat, karena besok siang kami harus pergi ke bandara untuk mengantarkanku pergi.

🌸🌸🌸

Setelah sholat subuh aku menyiapkan perlengkapanku, tidak lupa aku memasukan foto keluarga dan foto kami bertiga dengan sahabatku ke dalam koper , ada rasa yang sedih di hatiku melihat keluargaku serta kedua sahabatku yang akan aku tinggalkan, tapi ini keputusanku untuk mengejar cita-citaku.

"Ayo,...... Fatimah Roshid,

semangat...semangat...kamu pasti bisa, Allah akan memberikan jalan bagi kamu". Kataku dalam hati.

Aku lalu menelepon kedua sahabatku yang berniat untuk mengantarkanku ke bandara, dan akupu bilang jam 11.30 wib kalian harus di bandara bila ingin mengantarku agar tidak terjebak macet, karena pesawat akan take up jam 12.00 wib.

Setelah menelepon kedua sahabatku aku pun sarapan bersama keluargaku....setelah sarapan aku lalu menyalakan televisi, dalam hati, aku sudah lama tidak nonton tv semenjak mengurus persiapanku, sebentar lagi aku pergi, aku pun melamun sambil melihat jam, aku pun tersadar oleh bunyi handphoneku ternyata dari dosen Pa Ridwan beliau meng-sms aku supaya siap-siap untuk ke bandara.

Jam menunjukan pukul 11.15 aku lalu bergegas menyimpan barangku di bagasi mobil paman dibantu oleh kedua orang tuaku. Mobilku melaju kencang di jalan, 20 menit kemudian aku sampai di bandara lalu aku turun dari mobil dan membuka bagasi untuk mengeluarkan koper dan barang-barangku. Kulihat dari jauh Pak Ridwan bersama Zahra dan Susan, lalu aku perkenalkan mereka dengan kedua orang tuaku.

Di dalam bandara sebelum melewati pemeriksaan aku, berpamitan dengan mereka, tidak lupa memeluk erat kedua orang tuaku yang aku sayangi itu.

Sambil memeluku ibu, aku meneteskan air mata dan ibuku berkata:

" Fatimah, hati-hati disana jangan lupa kirim kabar setelah kamu tiba di sana?"kata orangtuaku serta paman dan bibiku.

"Iya, aku janji." aku juga tidak lupa berpamitan dengan Zahra dan Sarah yang kulihat mereka berdua meneteskan air mata.

"Fa, jangan lupakan kami berdua yah? kau harus selalu kirim kabar pada kami". "Ya...ya..udah dulu yah aku di tunggu oleh Pa Ridwan nih."

"Assalamualaikum." sambil mengucapkan salam dan melambaikan tangan pada mereka semua.

"Waalaikumssallam". Sahut mereka.

Akupun menghampiri petugas bersama Pak Ridwan untuk mengecek pasporku serta tiketku. Lalu aku berdua menyusuri koridor yang menuju pesawatku. Ternyata tempat dudukku terpisah dengan Pak Ridwan

Aku lalu duduk di tempat dudukku, setelah penuh, lewat mikrofon pramugari pun, menyuruh kami memakai sabuk pengaman, karena pesawat akan terbang.

🌸🌸🌸

Akhirnya petualangan Fatimah dimulai.......

Aku baru pertama kali naik pesawat terbang dan aku sangat takut sekali ketinggian sampai-sampai aku ingin berteriak sambil mengucapkan Allahuakbar dalam hati, aku juga tidak menyadari di sebelah tempat duduku ada seorang pria, sepertinya pria muda itu sangat terganggu oleh tingkahlakuku, pikirku dalam hati. Lalu pria itu mengatakan sesuatu,

"What are you doing?" Dengan lugunya Fatimah langsung berkata "Apa anda bertanya padaku?"

"Aku sedang berdoa karena aku takut ketinggian". Pria itu tersenyum kecil, dan aku hanya diam saja karena malu, tapi aku berusaha untuk bersikap biasa-biasa saja.

"Apa anda baru pertama kali naik pesawat?" tanya pria itu

"Ya, aku baru pertama kali naik pesawat....eh, kenapa anda tersenyum?". "Apa ada yang lucu?"

Pria itu menjawab dengan santai. "Ya, aku tersenyum karena anda aneh dan lucu. Aku juga baru pertama kali bertemu orang seperti anda, biasanya aku mengendarai pesawat pribadiku".

(Dalam hati Fatimah menggerutu, sombong sekali orang ini, apa dia salah satu orang yang paling kaya di dunia, ah...pesawat pribadi...apaan).

"Anda ini menyebalkan bukannya membantu orang malah mentertawakannya". Sela Fatimah.

"Mian hae". kata pria muda. "Ya, aku maafkan".

"Ngomong-ngomong apakah anda baru pertama ke Korea?" tanya pria itu. Fatimah menjawab sambil melihat jam di tangan yang menunjukan pukul 12.30, dalam hati aduh aku kan belum sholat dzuhur.

"Memangnya kenapa?". "Tidak apa-apa, terus apa yang anda lakukan di Korea, apa anda bekerja atau Study? "Oh ....maaf sebelumnya aku belum memperkenalkan diriku". kata pria itu.

"Perkenalkan nama saya Kim Hee-Joong, panggil saya Hee-Joong." kata pria itu.

"Jadi, anda orang korea yah? kenapa anda ada di Indonesia, apa anda sedang bisnis?. Aduh aku jadi lupa perkenalkan nama saya Fatimah Roshid, saya ke Korea untuk kuliah, bisa dibilang pertukaran pelajar gitu (beasiswa)".

Sambil tersenyum, aku mau menjabat tangannya, tapi tidak jadi, aku teringat guru agamaku yang melarang seorang wanita yang bukan muhrimnya bersalaman dengan seorang pria, apalagi yang baru dikenalnya.

"Kenapa, anda, eh....aku panggila namanya saja ya? tidak apa-apa kan?"

"Oh, tidak apa-apa". "Nona Fatimah kenapa anda tidak jadi salaman dengan saya pertanda kita sudah saling mengenal?" Tanya Mr.Kim Hee-Joong.

Fatimah langsung meminta maaf pada Mr. Kim dan menjelaskan mengapa Fatimah tidak berjabat tangan denganya, dan dia pun menghargainya.

Lalu aku memohon diri pada Mr. Kim untuk ke "toilet" (mogyok sil), karena aku belum melaksanakan sholat.

Setelah kembali dari toilet untuk berwudu aku duduk dan mengambil tas dari atas bagasi untuk mengambil mukenaku...

Mr. Kim bertanya: "Apa yang nona Fatimah lakukan, sepertinya sibuk sekali? Apa ada yang bisa saya bantu?"

Sambil menggerakan tangannya Fatimah berkata terimakasih tidak usah.

Aku mau mengambil tasku, untuk mengambil mukena, aku mau Sholat.

Sepertinya pria itu tidak mau menggangguku untuk sholat dan sepertinya dia sudah terbiasa melihat orang sepertiku dan tidak berkomentar apa-apa.

Tidak terasa akhirnya pesawat yang aku tumpangi mendarat di bandara Seoul dengan lancar, "Alhamdulillah". kata Fatimah dalam hati.

Sebelum turun dari pesawat Fatimah di beri kartu nama oleh Kim Hee-Joong. Lalu Fatimah membaca kartu nama tersebut sambil sesekali menatap wajah pria itu, ternyata pria itu adalah seorang direktur.....tapi masih muda.

"Gomapsumnida, senang berkenalan dan ngobrol dengan anda Nona Fatimah."

"Oh...sama-sama". Jawab Fatimah. sambil mengangguk-anggukan kepala.

"Kapan-kapan kalau anda ada waktu dan butuh bantuan telepon saya atau main ke kantor saya, kita bisa ngobrol lagi".

"Oh...ya..ya..terima kasih kembali". Sahut Fatimah. sambil menganggukan kepala lagi.

Lalu Tuan Kim pergi, karena telah ada yang menjemput pria itu, sepertinya anak buahnya yang menjemput dan seorang wanita sepertinya seumur dengan ku, aduh... kenapa aku jadi begini ah! ngurusin orang lain yang penting sekarang harus lancar.

(Mr. Kim Hee-Joong sepertinya tertarik pada Fatimah).

Fatimah lalu keluar dari pesawat bersama Pa Ridwan.

Setelah mengambil barang-barang di tempat pengambilan barang, aku bersama pak Ridwan mengendarai taksi ke Hotel, aku duduk dibelakang bersama pak Ridwan, aku melihat gedung-gedung, orang yang berlalu lalang di pinggir jalan, tidak seperti di Jakarta yang selalu macet oleh kendaraan terutama oleh bis KOPAJA, dan angkot, di sini kelihatan bersih, teratur dan juga pemandangannya indah, Subhanallah! Kata Fatimah...

Tidak terasa aku sampai di depan hotel, aku membawa barang-barang sedangkan Pak Ridwan pergi ke Resepsionis untuk menanyakan kamar yang akan kami tempati, sambil membawa dua kunci dan yang satunya diberikan kepadaku oleh pak Ridwan.

Aku lalu pergi ke kamarku karena aku ingin segera istirahat karena besok pagi Fatimah harus berangkat ke kampus bersama Pak ridwan. Sebelum beristirahat Fatimah hampir lupa untuk menghubungi orangtuanya dan kedua sahabatnya.

Fatimah langsung mengambil tas dan merogohnya untuk mengambil handphone.

Kemudian Fatimah menekan angka yang akan terhubung langsung ke ibunya. "Assalamualaikum, bu....Fa sudah nyampe dan sekarang ada di hotel lagi istirahat".

"Waalaikumsalam". "Alhamddulillah kamu sudah nyampe ibu senang menengarnya".

"Apa ibu sudah pulang ke Bandung?". "Ya, ibu sudah pulang ke Bandung, setelah mengantarkanmu ibu langsung pulang, karena khawatir di rumah tidak ada yang jaga. Fa, jangan lupa kalau mau tidur solat dulu dan ingat pesan ibu".

"Ok! deh bu Fa selalu akan ingat. Udah dulu ya bu, Fa, mau solat dulu terus istirahat, doain Fa ya bu supaya lancar dan banyak teman yang baik pada Fa dan jangan lupa makan serta jaga kesehatan ayah dan ibu". "Assalamualaikum".

"Iya, ibu akan selalu mendoakanmu Fa", "Waalaikum salam". Fatimah tahu ibunya sangat mencemaskannya, karena anak perempuan satu-satunya harus meninggalkannya untuk sekolah jauh dari tanah air, sedangkan ayahnya, sangat memahami karakter anaknya yang tegar dan pantang menyerah.

Lalu aku tidak lupa mengabari sahabatku kalau aku sudah sampai. Setelah itu aku akan sholat dan istirahat.

🌸🌸🌸

Pagi-pagi sekali Fatimah sudah mandi lalu sholat thajud sambil menunggu subuh Fatimah murojaah Al-Qur'an, setelah sholat Fatimah kemudian duduk di sofa sambil menunggu Pak Ridwan, ia sarapan pagi, seseorang pun mengetuk pintu kamarku Pak Ridwan berkata:

"Fatimah, ini dengan pak Ridwan". "Iya, pak tunggu sebentar." lalu aku membuka pintu dan mempersilahkan masuk.

"Apa bapa sudah sarapan?" kataku menawarkan. "Oh, tadi bapa sudah sarapaan dengan roti".

"Oh...". Setelah siap kami berdua berangkat ke kampus yang di tuju dengan mengandarai taksi. Di dalam taksi pak Ridwan membicarakan tempat tinggalku dan kalau ada yang ditanyakan tentang paspor atau apa saja aku harus ke kedutaan Indonesia bertemu dengan petugas kedubes disana. "Setelah membereskan semuanya, nanti sore kita akan ke apartemen yang akan kau tempati selama kau tinggal Korea". Kata Pak Ridwan. Aku hanya mengangkuk tanda aku setuju.

"Pa kapan Bapa pergi ke tanah air lagi?". "Besok siang juga Bapak akan pergi kembali ke Indonesia, karena di sana banyak tugas yang Bapak belum selesaikan."

Setelah sampai di kampus yang dituju kami bergegas ke ruang dekan untuk mengurus administrasi dan menanyakan jadwal kuliah serta mata pelajar yang akan di ajarkan.

🌿🌿🌿

Seoul, 31 Agustus 2010

Dear diary,

Sekarang aku sudah tiba di Korea Selatan, tepatnya dikota Seoul, untuk sementara aku tinggal di hotel, karena besok aku akan pergi melihat kampus serta melihat apartemen yang akan aku tempati.

Diary.....

Aku bertemu dengan seorang laki-laki usianya sekitar 23 an, laki-laki itu menyebalkan, pesawat pribadi apaan, sombong sekali dia, dia juga berani mentertawaiku saat aku ketakutan, karena baru pertama kali naik pesawat.....tapi setelah mengobrol dengannya sepertinya dia orang yang baik tidak sombong dan ramah, sebelum keluar dari pesawat dia sempat memberikan kartu namanya, dan aku melihat kartu namanya itu dia adalah seorang direktur,

Wah...masih mudah sudah jadi seorang direktur....duh apa yang aku pikirkan apa urusanku, tapi aku merasa pernah melihat orang itu tapi di mana?.

Aku juga sudah menelopon keluargaku di Jakarta, ada rasa lega mendengar suara ibu dan ayah, yang selalu menyemangati serta mengingatkanku. Tidak lupa aku mengirim e-mail Zahra dan Susan.

Pagi itu aku berangkat bersama Pak Ridwan dosenku pergi ke kampus dimana aku akan menuntut ilmu di sana, ada perasaan asing yang aku rasakan, mungkin karena aku memakai kerudung, tapi aku harus bersikap baik pada semua orang. Setelah menyelesaikan semua administrasi aku diajak oleh seorang dosen wanita namanya ibu Son Yee-Jin, dia menjelaskan semua tentang kampus ini.

Aku melihat orang-orang berkumpul di taman kampus dan ada tiga orang gadis menghampiriku, dan aku lihat salah satunya wajahnya seperti wajah Indonesia tidak seperti orang korea yang putih. Mereka bertiga memperkenalkan diri, dan kami pun menjadi teman. Ternyata benar Kristin adalah mahasiswa Indonesi yang dikirim ke sini untuk study, dan dua gadis yang rambutnya panjang bernama Kang Young -Mi dan Choi Mi-Ja.

Sudah dulu yach diary aku ngantuk nih.....

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Bersambung.....