Chereads / MY UNCLE, MY HUSBAND / Chapter 18 - JUMPA BELLA

Chapter 18 - JUMPA BELLA

"Marv." panggil Nadine.

"Hemmm, apa Nad?" tanya Marvin, menatap Nadine sambil mengaduk es tehnya.

"Ada pesan dari paman, kalau hari minggu besok paman dan Bi An akan ke rumahmu, paman ingin mengenal Om Dave dan Tante Bella." jelas Nadine pada Marvin.

"Oke, nanti aku bilang pada Dady dan Mommy agar bisa stay di rumah, kamu ikut juga kan?" tanya Marvin

"Pastilah, aku sudah kangen juga sama Tante Bella." jawab Nadine.

"Permisi ini pesanan Es telernya, seorang pelayan kantin meletakkan semangkok es teler pesanan Nadine.

Terlihat sangat menggiurkan penampilan es telernya, ada bermacam aneka isinya. Rasa haus Nadine yang sudah di tahannya ingin langsung menyatap es telernya.

Namun gerakan tangan Marvin lebih cepat dari tangan Nadine. Semangkok es teler sudah berada di depan Marvin.

"Ini buat aku ya Nad." mohon Marvin dengan wajah memelas.

"Issshhh kamu, kamu kan sudah dapat es teh! mana sinikan es telernya." teriak Nadine.

"Please Nad, nanti aku pesankan lagi deh, iNi es tehku buat kamu dulu." ucap Marvin, mendorong es tehnya ke depan Nadine.

"Awas kamu, kalau tidak memesankan lagi." cerucut Nadine kesal.

Marvin tertawa terkekeh melihat Nadine yang ngambek.

"Yaa, nanti aku pesanin aku janji." balas Marvin mulai menikmati es telernya.

Dengan wajah yang terlihat puas, Marvin menghabiskan Es teler Nadine. Nadine menatap Marvin dengan tidak percaya, semangkok es telernya sudah tandas habis.

"Marv, ayo sekarang pesankan buat aku." perintah Nadine.

Marvin berdiri tiba-tiba tenggorokannya seperti tercekat, perutnya sakit teramat hebat, keringat dingin nampak di wajah Marvin, bibirnya bergetar, sekujur tubuh Marv terlihat mengejang.

"Nad, ada apa denganku." ucap Marvin terbata-bata, nafasnya terasa sesak untuk bernafas, tangan Marvin memegang lehernya yang terasa tercekik.

Nadine terpaku menatap Marvin dengan pandangan yang tak percaya.

"Nadine." Marvin mencoba bicara tapi lidahnya terasa terkunci, lehernya semakin terasa tercekik, tubuh Marv makin mengejang dan ambruk ke lantai, dari mulut Marv keluar buih berwarna putih, wajah Marv biru pucat. Bibirnya tak bisa berucap lagi, hanya matanya menatap Nadine dengan sorot mata yang kesakitan.

"Marvinnnnn." teriak Nadine tersadar dari keterpakuannya.

"Tolong!!" teriak Nadine pada teman-temannya yang berada di kantin. Semuanya berdatangan mengerumuni Marvin yang tergeletak di pangkuan Nadine.

"Pak Mat, tolong bawakan air kelapa ijo pak." teriak Mahesa ketua senat. Nadine menangis menangkup wajah Marvin. Mahesa menerima segelas air kelapa ijo, dan segera meminumkannya pada Marvin,

"Ayo Nad, kita harus membawa Marvin ke rumah sakit, Marvin sepertinya keracunan." ucap Mahesa.

"Pak Mat, dan yang lain ayo tolong bantu mengangkat Marv ke mobilku." lanjut Mahesa, berlari ke arah mobilnya, Pak Mat dan yang lain, membopong tubuh Marvin yang lemas dengan bibir yang membiru.

Nadine yang mengikuti Mahesa hanya bisa menangis meratap, hatinya sangat takut jika terjadi apa-apa sama Marvin.

Di dalam mobil Nadine memangku kepala Marvin, sambil mencoba menelpon Ardham.

"Paman, tolong Marv paman." ratap Nadine terisak. Ardham menjadi cemas di sana mendengar Nadine yang menangis.

"Ada apa Nad? kenapa kamu menangis? cepat bilang paman."

"Marvin sepertinya keracunan paman, setelah minum Es teler Nadine tiba-tiba Marv terjatuh dan kesakitan, di mulutnya keluar buih paman. Dia pasti leracunan." isak Nadine merasa kasihan pada Marv.

"Kamu sekarang di mana Nad? paman segera ke sana."

"Nad, lagi membawa Marv ke rumah sakit yang dekat sama kampus paman, ini sudah mau sampai paman."

"Baik, paman sekarang ke sana. Kamu jangan kemana-mana, tetap di samping orang-orang."

Nadine memasukkan ponselnya ke dalam tasnya. Di tatapnya mata Marvin yang terpejam dengan bibirnya yang makin membiru, nadine mengusap pipi Marvin.

"Nad, kamu keluar dulu biar aku sama Pak mat yang mengangkat Marvin." ucap Mahesa saat mobil sudah di depan pintu UGD rumah sakit.

Nadine keluar dari mobil dengan mata sembabnya. Ponsel dan tas ransel Marv di ambilnya dan di panggulnya di pundak.

"Aku harus memberitahu tante Bella." gumam Nadine. Lewat ponsel Marvin, Nadine menelpon Bella.

"Tante, ini Nadine ...tante Marvin sekarang di rumah sakit yang dekat dari kampus, apa tante bisa pulang sekarang dan kemari?" tangis Nadine terdengar lagi.

"Memang ada apa dengan Marvin Nad?" cemas di suara Bella.

"Sepertinya Marvin keracunan tante, Nadine juga belum tahu pastinya." sahut Nadine.

"Ok..oke sayang, tante akan pulang sekarang. Kirim nama kamar Marv nanti ya sayang? jaga Marvin ya Nad."

"Ya tante."

Nadine, berjalan berjalan mendekati Marvin setelah mengakhiri percakapannya dengan Bella. Marvin di tangani dengan cepat, mulut Marv di masuki selang panjang kemudian di sedot oleh suatu alat yang di tekan oleh perawat.

Nampak cairan mulai terangkat dalam selang. dan keluar cairan yang kebiruan. Racun telah di bersihkan dari perut Marv, kemudian nampak dokter memberi suntikan saat Marvin mengerang dan memuntahkan cairan yang lebih banyak setelah selang di cabut.

Tampak tubuh Marv pucat dan lemas.

"Nadine." panggil Ardham yang datang dari balik pintu. Dengan cemas di peluknya tubuh Nadine dengan erat,

"Kamu tidak apa-apa kan Nad?" tanya Ardham menatap Nadine dan memegang kedua pundak Nadine.

"Nadine tidak apa-apa paman, tapi Marvin." mata Nadine yang berkaca-kaca mengarah ke Marvin yang terbaring lemah.

"Sstttt..kamu tenang ya? Marvin pasti selamat, dia akan baik-baik saja." ucap Ardham menenangkan hati Nadine.

"Paman akan menemui dokter dulu, kamu jaga Marvin di sini, jangan jauh dari teman-temanmu." pesan Ardham serius.

Ardham berjalan menyusuri lorong rumah sakit,

Di kejauhan nampak Bella juga berjalan berlawanan arah dengan Ardham. Bella melihat siluet Ardham sebelum dekat.

"Bukankah itu Ardham sahabat Arsen dan Kayla, ada apa dia di sini?" pikir Bella, keduanya semakin dekat, dan pada saat berpapasan, Bella memberanikan diri menyapa Ardham.

"Ardham? kamu Ardham sahabat Arsen dan Kayla kan?" tanya Bella sambil membuka kaca matanya, agar Ardham bisa mengingat dirinya.

Ardham menatap Wajah Bella yang tak asing baginya, karena Kayla dulu sering menunjukkan foto-foto Bella berdua dengan Kayla.

"Bella? teman dekat Kayla?" tebak Ardham.

Sudah hampir 18 tahun tak bertemu, tapi Ardham mengingat jelas wajah Bella di mana dulu pekerjaannya sama dengan Kayla yaitu foto model.

"Syukurlah kamu masih mengingatku Dham, walau hanya tiga kali bertemu." ucap Bella dengan senyum di wajahnya yang masih terlihat muda.

"Ngomong-ngomong kamu masih terlihat muda ya, hampir saja aku tak berani menyapamu takut salah orang." lanjut Bella.

Wajah Ardham bersemu merah, hanya tersenyum malu mendengar pujian Bella pada dirinya.

"Kamu kenapa ada di sini Bell?" tanya Ardham penuh selidik, karena yang Ardham tahu orang tua Marvin namanya juga Bella.

"Anakku Marvin, barusan masuk rumah sakit kata Nadine kekasih Marvin akibat keracunan." ucap bella menjadi nampak sedih saat menceritakan Marvin anaknya.

"Marvinnnnn? Nadinenn?" ucap Ardham spontan karena tak di sangkanya Bella memang benar orang tua Marvin.

"Bella, cepatlah kamu ke ruang Marvin, Nadine ada di sana menjaganya. Aku mau menemui dokter Marvin, ingin tahu Marvin keracunan apa?" ucap Ardham, seraya melangkahkan kakinya.

"Tunggu Dham, Kamu kenal Marvin dan Nadine? apakah kamu paman nadine?" tanya Bella dengan pemikirannya yang semakin jelas.

Ardham mengangguk dan tersenyum, kemudian melanjutkan langkahnya ke arah ruang dokter.