Amira berdiri di depan pintu utama Bangsal Perawatan Akut Rumah Sakit Jiwa. Matanya terpejam sejenak, meresapi kesiapan hatinya untuk menemukan kembali orang yang menariknya dalam jurang kerinduan. Apakah dia bisa sedikit lebih tenang saat tahu bahwa sebentar lagi mereka akan bertemu? Tidak. Amira kehilangan kepercayaan diri. Semua hal membuatnya waspada. Bangsal itu, tak ubahnya seperti hutan purba yang terlarang untuk dimasuki. Dinding yang berwarna keabu-abuan seolah mewakilkan perasaannya yang dingin dan melapuk.
Amira melemparkan pandangannya ke setiap celah di antara teralis besi yang melapisi pintu tiap ruang perawatan. Kalau-kalau sosok itu bisa dilihatnya tidak sengaja. Arga yang bilang padanya kalau Dokter Vero ada di bangsal akut sekarang, dan Amira berharap itu benar.
"Ada yang bisa saya bantu?" Felin menahan Amira.
"Dokter Vero," pelan Amira.
"Anda siapa? Boleh liat tanda pengenal Anda?" tanya Felin masih dengan sangat sopan.